Bab 4 –end-Keesokan paginya aku merasa penuh dengan rasa bersalah dan khawatir. Marah kepada diriku sendiri karena terlalu lemah, karena tidak bisa bertahan pada perinsipku. Tetapi Jinyoung sudah kembali menjadi sosok atasan yang baik, sangat bertanggung jawab dan mempesona staf kantor dan eksekutif, menyemangati mereka dengan pujian untuk hal-hal kecil, dan membiarkan mereka pergi dengan mudah ketika ia tidak menyukai sesuatu. Dalam perjalanan keluar untuk makan siang, ia berhenti di pintu antara kantor kami.
"Makan malam pukul tujuh. Masakan perancis di Eight," katanya, berdiri diambang pintu yang terbuka sambil menariik jasnya.
"Siapa yang memesan?" tanyaku.
"Aku meminta Daehwi untuk memesannya," ia menjawab sambil menarik pintu kearahnya. "Sampai jumpa disana," pintu itu tertutup, dan ia pergi.
Aku punya semangkuk sup untuk makan siang, yang dihangatkan di dalam dapur kecil di lorong, dan memakannya di atas meja yang penuh dengan kontrak.
Daehwi kembali dari makan siangnya dan aku memberikannya kontrak dengan koreksianku dan bertanya padanya, dengan siapa Jinyoung akan makan malam, malam ini.
"Dia memintaku untuk membuat reservasi untuk dua orang," katanya. "Aku tak tahu kalau kau juga akan pergi. Apakah aku harus memesan untuk tiga orang?" tanyanya.
"Tidak, aku hanya berpikir..." dan aku tidak tahu apa lagi yang harus kukatakan, bagaimana mengalihkannya.
"Oh, mungkin ini adalah kenaikan gaji atau sebuah promosi," katanya, begitu cerah seakan- akan baru saja menangkap sesuatu.
"Aku rasa tidak..." aku mencoba.
"Mungkin dia ingin memberikanmu kejutan. Dia bisa menjadi sangat baik," lanjutnya.
"Apakah kau bisa menyelesaikan ini sebelum jam empat? Aku ingin memastikan bagian Legal akan mendapatkannya sebelum jam lima," tanyaku, mengganti subjek.
"Tentu," katanya, dan berbalik ke komputer.
Jinyoung tidak kembali ke kantor dan aku tidak terlalu yakin dengan makan malam itu. Aku pulang ke rumah dan berganti pakaian, pergi mengenakan kemeja yang lebih santai. Aku tetap terlihat menawan, meskipun mungkin aku harus menghentikan semua ini.***
Jinyoung sudah di sana, duduk di mejanya, menungguku. Ia tampak menawan di balik stelan hitam Pradanya. Aku selalu menyukainya karena itu membuatnya terlihat gelap dan kaya, luar biasa kuat. Matanya menyambutku. Seorang pelayan menarik kursi diseberangnya; dan aku duduk.
Semua ini berlalu dalam keheningan.
Suara sommelier (pelayan khusus penyedia wine) memecah kesunyian dengan cepat, menunjukan sisi perancisnya ketika ia memeluk sebotol anggur seolah-olah ia adalah seorang ayah yang sangat bangga. Jinyoung tersentum pada pria kecil itu dan ia membalasnya. Pria itu menuangkannya, Jinyoung menghirup cairan itu dan menyeringai lebar.
Senyuman sommelier semakin lebar dan ia menuangkan lebih banyak cairan indah berwarna merah itu kedalam gelas kami sebelum ia meninggalkan kami.
"Kamu dengan pakaian seperti itupun—" ia memiringkan kepalanya kearahku. "—sangat indah."
"Terima kasih," kataku sambil meneguk minumanku.
"Apa kau lapar?"
"Ya, kurasa."
"Aku sudah memesankan untuk kita berdua. Kuharap kau tidak keberatan,"
"Tidak, itu oke. Terserah. Jinyoung, apa maksud dengan semua ini?"
"Aku ingin memiliki beberapa saat bersamamu, saat- saat yang tidak terbebani oleh pekerjaan."
"Dotties adalah tempat yang bagus," ujarnya cepat karena degup jantung yang entah kenapa seolah menghantuiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Taking His Boss [DEEPWINK]
FanfictionPark Jihoon terlibat ke dalam suatu hubungan dengan bos di kantornya-Bae Jinyoung, tapi itu bukan tanpa konsekuensi. Jinyoung tampaknya dapat dengan mudah memisahkan urusan bisnisnya di kantornya, dan berpura-pura tak ada apa pun yang terjadi. Sedan...