Hari senin selalu dinanti kedatangannya oleh Ira. Bukan karena diadakan upacara bendera di pagi hari, bukan pula karena sorenya harus mengikuti ekstrakurikuler balet. Tapi, karena ada ramalan zodiak di papan mading.
Ketika memasuki gerbang sekolah, yang dituju Ira pertama kali adalah Ruang TU. Bukan untuk masuk atau mencari karyawan di sana, melainkan untuk membaca mading yang dipasang di papan pengumuman depan Ruang TU.
Ira mengabaikan lembaran kertas berisi cerita pendek maupun puisi. Dia hanya mencari deretan keempat. Kolom kedua dari kanan.Pisces ( 19 Februari – 20 Maret )
Pekan ini menjadi pekan keberuntungan bagi Pisces.
Apa saja yang dilakukan akan berjalan lancar.
Keuangan : Ada traktiran yang menanti.
Sekolah : Nilai pelajaran bikin ortu bangga.
Cinta : Maju lebih dulu tak ada salahnya.
Pasangan : Aries, Libra, SagitariusIra menjetikkan jari. “Isinya kurang lebih sama kayak yang ada di tabloid Mama. Berarti ini memang minggu yang menguntungkan buat aku.”
Setelahnya, Ira beranjak pergi dengan rasa gembira yang meluap. Dia sungguh melompat-lompat tanpa mempedulikan pandangan heran orang-orang di sekitarnya. Karena itu, ketika dia berbelok menuju kelas dia menubruk seseorang. Nyaris saja tubuhnya terjengkang ke belakang kalau sebuah tangan tidak menangkap pinggangnya dengan tangkas.
“Hei, lo nggakpapa?”
Bukannya menjawab pertanyaan itu, Ira justru terpana oleh orang yang menolongnya. Terlebih lagi wajah mereka kini berdekatan dengan posisi seakan-akan mereka sedang melakukan dansa romantis.
“Ira? Lo baik-baik aja? Ada yang sakit? Wajah lo merah. Lo merasa pusing?”
Pertanyaan bertubi-tubi itu membuat Ira nyengir lebar. Ya ampun, Kak Theo perhatian banget sama aku, batinnya melayang.
“Lo bisa bangun, nggak? Atau perlu gue anter ke UKS?”
“Nggak usah, Kak. Aku baik-baik aja kok.” Senyum Ira melebar. Jika saja Theo sedang tidak mencemaskan keadaan adik kelasnya, pastilah cowok itu sudah menganggapnya gila.
“Lo yakin? Nggak mau dicek dulu?”
“Beneran, aku baik aja kok.”
“Serius? Bisa berdiri?”
Theo agak menarik badan sekaligus membawa tubuh Ira agar tegak. Seketika muncul ekspresi lesu di wajah Ira.
“Yakin nggakpapa? Lo kelihatan agak sakit gitu.”
“Eh, nggak kok, Kak. Bener deh aku baik-baik aja. Sama sekali nggak ada yang luka,” sahut Ira cepat, hampir mendekati panik.
“Bagus deh kalau gitu. Gue sebenernya mau banget ngater lo ke UKS kalau kenapa-napa, tapi gue lagi buru-buru mesti ke Ruang Guu.”
“Kalau gitu Kak Theo pergi aja. Aku baik-baik aja kok.”
“Kamu yakin?”
Ira mengangguk meyakinkan.
Theo menghela napas pelan. “Ya udah gue duluan ya? Lain kali ati-ati jalannya. Kalau ada yang sakit langsung ke UKS aja,” katanya sambil melambai singkat.
“I-iya, Kak.” Ira mengangguk-angguk bagai robot. Dia terus memandangi punggung cowok itu menjauh. Tubuhnya memang baik-baik saja, tapi perasaannya sedikit kecewa. Kapan lagi ada kesempatan dipeluk ketua OSIS yang dia taksir itu?
“Ah, mestinya tadi bilang aja kalau aku nggak enak badan. Barangkali Kak Theo mau gendong aku ke UKS.” Lagi-lagi wajahnya memunculkan cengiran aneh. “Sayang banget dia udah keburu pergi. Eh, tapi Kak Theo kan mesti ke Ruang Guru, bisa kena hukum gara-gara aku egois. Tapi ya, lihat Kak Theo cemas banget gitu ke aku. Rasanya jadi gimanaaaa gitu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramalan Zodiak ~ bagian pertama
Fiksi RemajaMenurut ramalan zodiak pisces, pekan ini merupakan pekan keberuntung Ira.