✨ㅡ3. Christopher Hyunjin Bang

4.7K 732 107
                                    

minho sudah mulai bisa berbicara dengan lancar dan menyebutkan urutan angka, sedangkan changbin sendiri sudah bisa menetapkan pola tidurnya, dan woojin bersama chan kembali membawa berita yang cukup menghebohkan seluruh keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

minho sudah mulai bisa berbicara dengan lancar dan menyebutkan urutan angka, sedangkan changbin sendiri sudah bisa menetapkan pola tidurnya, dan woojin bersama chan kembali membawa berita yang cukup menghebohkan seluruh keluarga.

media kembali direpotkan dengan berita bahwa designer yang baru saja mengeluarkan rancangan terbarunya itu dikabarkan hamil untuk ketiga kalinya dalam kurun waktu yang sangat cepat.

padahal, hari ini chan mendapatkan kebebasan selama satu hari penuh sebab perusahaannya yang sedang stabil. namun, lagi-lagi harapan bersantainya harus lenyap kala panggilan telepon berdesakkan masuk ke ponselnya.

woojin yang melihat suaminya mematikan ponsel dengan kesal itu hanya tertawa kecil sambil menemani changbin yang tertidur pulas disampingnya.

“istirahatlah, chan. kau bisa menyalakan mode pesawat pada ponselmu,” ujar woojin lembut sambil menatap teduh kearah chan.

yang diajak bicara hanya menghela nafas kecil, berjalan mendekati woojin lalu menjatuhkan beberapa kecupan diatas pucuk kepala, lalu turun kearah perut sang istri.

oh, woojin sudah memasuki bulan kesembilan. yang paling membuatnya senang dikehamilannya kali ini adalah, ia bisa meluangkan banyak waktu untuk berinteraksi dengan sang malaikat!

seperti biasa chan akan selalu menemani kesayangannya, mengabulkan permintaannya yang aneh-aneh dan banyak hal lain lagi yang chan perjuangkan agar woojin senang.

selama kehamilan, woojin bersifat seperti biasa. manja, selalu meminta pelukan, atau bahkan woojin bisa mencium chan terlebih dahulu tanpa permisiㅡ dan ini selalu membuat chan terkejut karena perbuatan tiba-tiba itu.

“hey, jagoan,” chan tersenyum lebar, mengusap pelan pipi si kecil changbin menggunakan jarinya.

woojin mendongak, merasakan wajahnya dan chan yang sangat dekat, apalagi kini chan menunduk— memajukan sedikit saja wajahnya, maka bibir woojin akan langsung bertabrakan dengan pipi chan.

“dia dan minho banyak berinteraksi, aku takut apa yang diajarkan kau kepada minho akan menular kepada changbin.”

mendengar penuturan sang istri membuat chan terkekeh, “kalau begitu, tidak akan sulit untuk changbin jika tersesat di jepang mau pun di jerman. oh, mungkin changbin sudah bisa menentukan jumlah statistik perusahaan dan menguasai hukumㅡ”

pusing dengan penjelasan, sebelah tangan woojin terangkat untuk membekap mulut chan, menatap sang suami dengan tatapan yang sulit diartikan.

lalu setelahnya menghela nafas, kembali menatap kearah changbin yang sepertinya mulai terganggu akibat interaksi kedua orang tuanya.

“aku tidak tahu harus memberi reaksi seperti apa, chan. aku begitu bangga kepada minhoㅡ diumurnya yang masih sangat muda, ia sudah bisa memahami apa saja yang kau ajarkan. jadi tolong,” menjeda kalimatnya, lalu mengalihkan tatapan kearah sang suami dengan sorot sayu. “jangan terlalu memaksanya, minho masih kecil. aku takutㅡ”

tidak bisa mendengar kelanjutan kalimat yang dilontarkan, chan langsung menarik woojin kedalam pelukan, memberi usapan lembut pada bahu sang kesayangan, membisikkan kalimat kecil bahwa ia tahu batasan bagaimana harus merawat si sulung minho yang mulai besar.

“aku tidak akan memaksa minho untuk memahami semuanya, aku hanya menginginkan yang terbaik. maaf jika aku terlihat memaksa, akuㅡ”





kriet.





mom, dad!”

kedua kaki halus itu berlari kecil menuju kasur yang ditempati chan dan woojin. sambil membawa selembar kertas digenggaman tangannya, raut wajah yang awalnya terlihat sangat antusias langsung berubah terkejut dengan lucu saat sampai diatas kasur.

“changbin is sleeping, minho should be quiet!” bisiknya halus, meletakkan selembar kertas yang ia genggam ketengah kasur, lalu mengangkat kedua tangan kecilnya untuk menutup mulutnya.

woojin terkekeh, mengulurkan tangannya untuk mengambil selembar kertas yang baru saja diletakkan oleh minho, membaca deretan kalimat dengan tulisan rapi diatasnya.

berbeda dengan chan, lelaki berkulit pucat itu lebih memilih untuk menggendong minho dan memberi banyak kecupan pada pipi gembil si sulung. tentu, ia sudah pasti tahu apa yang ditulis minho diatas selembar kertas itu.

“jagoan daddy sudah belajar apa saja, hm?”

“minho baru saja menulis beberapa kata yang diajarkan dad untuk momㅡ”

belum sempat menyelesaikan kalimatnya, sepasang ayah dan anak itu menoleh sesaat setelah mendengar ringis kesakitan dari woojin.

oh, changbin juga terbangun.

dengan segera minho turun dari gendongan chan, berlari cepat keluar kamar untuk meminta pertolongan kepada asisten rumah tangganya.

“c-chan... sakit!”

tubuh woojin sudah berada digendongan chan. dibawanya tubuh sang istri menuju mobil yang sudah disiapkan oleh asistennya.

sedangkan changbin sendiri sudah diambil alih oleh mama kim, menenangkan tangisan si bayi kecil yang sempat pecah karena mendengar teriakan woojin.

kejadiannya sama seperti tahun lalu, dimana chan yang mengemudi dengan sirat kekhawatiran memenuhi wajahnya, dan woojin yang terus meracau kesakitan dikursi sebelah.

bahkan ketika sampai di rumah sakit, chan kembali menangis.

bukan menangis diawal seperti dulu, sebenarnya. ia menangis setelah woojin selesai di operasi, lalu sang suster membawa dua kabar yang baik dan buruk.

“selamat tuan bang, anak anda adalah laki-laki yang sehat dengan tubuh besar mencapai rata-rata. namun kami harus memberitahu juga bahwa tuan woojin berada di dalam keadaan yang tidak memungkinkan. ia kekurangan darah, dan harus membutuhkan dua kantung darah secepatnya. kami kehabisan stok untuk golongan darah yang sama seperti tuan woojin, jika salah satu dari kalian memilikiㅡ”

“aku. aku ingin mendonorkan darahku,”

mama bang langsung maju, mengabaikan tatapan terkejut dari chan dan kedua orang tua woojin.

“m-mama serius?” tanya chan sambil memegang kedua bahu mamanya.

“tentu saja. golongan darah mama sama seperti kesayanganmu, kau tidak mungkin, kan?” dan berlalu begitu saja bersama sang suster, meninggalkan chan yang masih melongo ditempat.

“sudah, lebih baik kau melihat anakmu terlebih dahulu.” sahut papa bang dan direspon dengan anggukan kecil oleh chan.

mereka berjalan menuju ruangan khusus untuk menangani bayi yang baru lahir, melihat melalui jendela dan chan tersenyum lebar saat melihat kotak bayi dengan tulisan nama woojin dan chan disana.

“christopher hyunjin bang, ia akan menjadi sosok yang lembut dan perhatian. menyayangi seluruh keluarga dan selalu hidup dipenuhi dengan rasa kasih sayang. ia adalah orang yang baik, tidak melawan ketika di beri nasehat. ia... akan menjadi sosok yang penuh dengan kebahagiaan.”

















__________

a/n: uwuuu terimakasih banyak atas dukungannya<3

bang's family | stray kidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang