Guruku sedang menerangkan materi pembelajaran hari ini dan tentu aku mengikutinya dengan senang hati. Apalagi mengingat sebentar lagi pergantian jam. Aku akan bertemu Witan secara langsung.
Bel pergantian jam pembelajaran berbunyi. Segera aku merapikan alat tulis yang masih bertebaran di meja, hendak segera menuju ke aula sekolah.
"Rismaharani?" Merasa namaku dipanggil, aku langsung meresponnya.
"Iya, bu?"
"Ibu minta tolong, ya, bawakan map ini ke meja ibu? Soalnya ibu ada urusan penting dengan guru seni budaya,"
"Oh, baik bu," jawabku tak lupa meninggalkan senyum diakhir kalimat.
Rencanaku untuk ke gedung aula paling pertama gagal. Boro-boro bisa duduk di barisan paling depan. Paling juga nanti akhirnya aku tidak kebagian tempat duduk.
"Ris, mau aku temenin?" Tanya Salsa yang berjalan mendekat padaku.
"Nggak usah, Sal. Kamu sama Nabila duluan aja, entar aku nyusul," aku menolak karena aku tahu, mereka juga tidak sabar untuk ke sana.
"Oke deh, nanti kita cari tempat duduk buat kamu," Usul Nabila.
"Kamu hati-hati ya, Ris?" Ujar Salsa sambil menepuk bahuku.
"Aku gak akan kenapa-napa. Cuma ke ruang guru kok, Sal."
Akhirnya mereka berdua ke aula terlebih dulu, sedangkan aku sesuai yang kukatakan tadi, aku akan menyusul.
Aku berjalan dengan gusar, tak sabar ingin melihat wajah Witan. Tapi naasnya saat dipersimpangan tak sengaja aku membentuk tubuh seseorang dan spontan aku terjatuh bersamaan dengan map yang berkasnya tersebar ke mana-mana. Aku merutuki diriku.
"Aduh!" Ringikku pelan sambil mencoba merapikan berkas-berkas yang tersebar tak tentu arah.
"Kamu gakpapa? Sini aku bantuin."
Seketika jantungku ingin berhenti berdetak. Suara itu, aku seperti tidak asing lagi. Witan Sulaiman? Aku mendongak menatap sanga pemilik suara.
"Hai," sapanya dengan seulas senyuman.
"Hai Witan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Witan
FanfictionDia Witan. Selalu membuatku terkesan dengan gol-golnya yang mengagumkan.