Hai Witan

Empat

Sehabis salat isya, aku tidak langsung tidur. Tidak pula belajar untuk besok pagi karena liburan panjang akan segera menyambutku. Berbaring di atas ranjang sambil menatap layar ponsel adalah kegiatan yang kulakukan saat ini.

Kulihat Witan memposting foto unggahan terbarunya. Dia jarang sekali mengunggah foto. Aku tersenyum melihat itu dan langsung ku ketuk dua kali sehingga muncul simbol love seperti pose di fotonya.

"Belum tidur, Nak?" Tanya ibu yang tiba-tiba muncul di ambang pintu kamarku. Aku langsung menyembunyikan ponsel di balik selimut.

"Belum ngantuk, Bu," jawabku seadanya.

"Jangan kecapekan ya. Lusa kita rencananya akan berlibur ke ibukota."

"Hah?! Jakarta? Kenapa mendadak sekali, Bu?" Tanyaku girang.

"Kita hendak menjumpai sepupumu, Si Egy. Bapakmu yang usul, dia ingin sekali melihat keponakannya itu bermain di tanah lapang." Jelas ibu.

Singkatnya saja, bapakku suka sekali dengan sepakbola dan kebetulan sepupuku, Bang Egy, terpilih menjadi pemain timnas u-19. Tentu saja bapakku bangga sekali padanya.

"Ini serius, Bu?"

"Bapakmu mendadak sekali bilangnya. Ibu tahu kamu tidak suka bola, kalau kamu nggak mau ikut gakpapa. Ibu juga tidak memaksamu, kok."

"Nggak, Bu. Pokoknya Risma harus ikut ke sana. Risma mau liburan ke Jakarta untuk melihat Bang Egy!" Ucapku menggebu-gebu. Ibu memandangku penuh tanya.

"Kamu kenapa kok semangat sekali jawabnya?" Ditanya begitu aku langsung tersenyum.

"Gak kok, Bu. Risma pengen jalan-jalan keliling Jakarta, Risma juga kangen sama Bang Egy," alibiku.

"Gak biasanya kamu kangen sama Egy."

"Risma juga gak yakin ngucapinnya, Bu." Ibu geleng-geleng kepala.

"Ya sudah, ibu mau istirahat dulu. Kamu jangan tidur kemaleman."

"Iya, Bu. Habis ini tidur, kok."

Setelah ibu benar-benar meninggalkanku, aku kembali menatap layar ponsel. Wajah Witan masih terpampang jelas di sana. Dia juga terpilih menjadi anggota timnas u-19, itu sebabnya aku kegirangan.

"Witan, entah berapa hari lagi, aku yakin masih ada pertemuan yang mengizinkan."