4. →°High School Series HARI°←

36 15 15
                                    

"Nilai kimia lo.... 40?-" belum usai Cuaca berbicara Hari sudah menyerempetnya.

"Iya, terlalu bagus bukan?." Hari menjawab dengan bangganya.

Cuaca hanya menaikan kedua alisnya, sungguh perempuan yang berada dihadapannya ini sangat brutal.

Cuaca memperhatika kertas yang tertulis ulangan harian IPA Kimia tersebut, soalnya tampak mudah, tetapi mengapa perempuan yang berada dihadapannya ini justru hanya mendapat nilai yang sangat kecil?. Cuaca menaikan kepalanya menatap Hari yang tengah melipatkan kedua tangannya dimeja lalu dijadikan bantal untuk kepalanya.

"Lo kesini mau belajar atau tidur?." Tanya Cuaca takhabis pikir.

"Yaelah gue kesini bukan karna dua duanya keles," Ucap Hari mengibaskan rambutnya, bak iklan shampo.

"Jadi gimana tuh soal kimia? Pusing nih gue." Kesal Hari sambil memutarkan bola matanya.

Cuaca menggaruk garuk belakang kepalanya yang takgatal, bingung dengan cewe yang berotak cetek itu.

Hari menarik kursinya agar berduduk lebih dekat dengan Cuaca.

"Perhatiin." Kata Cuaca dengan datar.

Dengan malas Hari mengangguk dan memperhatikan Cuaca yang sedang menjelaskan soal kimia.

"Lo kalau mau cari CO² ini harus pakai rumus agar jawabannya benar." Tukas Cuaca sambil mengerjakan soal kimia.

"Menurut gue ya, asal udah dijawab ajah itu udah untung, jawabannya bener allhamdulilah ya kalau jawabannya salah ya syukuri ajah, gausah dibawa pusing segala. Lagian kenapa harus pake rumus segala yang gue nggak pernah ngerti? Boro boro pake rumus bisa, nggak pake rumus ajah gue kaga bisa."

Penuturan yang berwajah kesal Hari membuat Cuaca tersenyum simpul dan sambil geleng geleng kepala.

"Justru pakai rumus menjadi bisa, dan kalau nggak pake." Cuaca menggidikan bahunya, acuh tak acuh.

"Udah berapa soal gue ngerjain?" Tanya Hari dengan percaya dirinya.

Padahal sedari tadi Cuaca yang mengerjakan dan menjelaskan, Hari hanya memperhatikan dan sesekali mengangguk entah mengangguk paham atau tidak.

"Wagelaseh hebat banget, gue udah ngerjain 25 tugas. Pinter bet ah anaknya Pak Shozi." Bangga Hari sambil mengibaskan rambutnya.

"Tinggal 10 pg lagi, jadi lo ajah yang ngerjain, untung untung latihan. Lo udah paham kan?." Cuaca bertanya sambil melihat jam tangannya.

"Halah cepil, udah paham gue penjelasan lo tadi." Pede Hari sambil merebut kertas ulangan yang berada di tangan Cuaca dengan gaya sombongnya.

Cuaca kembali membaca buku kimianya yang memang sempat ia baca sebelum Hari ke perpustakaan. Begitupun Hari cewe itu mencorat coret belakang kertas ujiannya sebagai tempat hitungan.

"Perasaan tadi, gue liat si tenggengan ngerjain nih soal gampang, tapi kenapa giliran gue kerasa susah amat?." Gumam Hari dalam hati.

Hari menggaruk garuk kepalanya yang beneran agak gatal. Sungguh susah bin sulit ini soal yang sedang ia kerjakan. Saat mendengar helaan nafas seseorang, Cuaca mengangkat kepalanya melihat Hari yang kunciran rambutnya tampak berantakan, wajah ditekuk, dan tentunya cewek itu tak henti hentinya bersumpah serapah.

"Kalau nggak bisa, nggak usah dipaksain." Cuaca merebut kertas yang sedang dipegang Hari.

Hari memperhatikan cowo culun yang berada didepannya dengan sinis.

"Halah sok jago lo, hampir selesai tuh gue ngerjain." Hari berdesis sambil memutarkan bola matanya.

"6 pg lagi hampir selesai ya?" Gumam Cuaca sambil memegang dagunya dan memperhatikan kertas ulangan.

HSS Hari.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang