S eptember, Risau Yang Telah Menjadi Pilu

70 10 0
                                    

Apa pun yang menuntunmu kepadaku ternyata hanya fana, atau mungkin itu hanya aku yang berlebihan; Berbicara alam yang memapah, arah waktu yang berkonspirasi...
Nyatanya, itu semua ilusi. Harapku untuk kita menjelma kita hanya sebatas harap. Tanpa ada keberanian untuk memulai

Hatiku terbakar, sukmaku lebur. Kenangan kita yang terlampau sedikit ingin sekali kukubur, tatkala kutahu; kau berada di dekapan orang lain; bermesraan di depanku, bergandengan tangan di depan kelasku kemudian mempostingnya di Instagram.

"Selamat, Nadir! Semoga langgeng"

Ucap bibirku yang seakan kuat menahan derita, kendati hatiku tetap hancur tak bersisa.

Cukup munafik, bukan?

Mendoakan kalian berdua bahagia, padahal diam-diam kudoakan kekasihmu itu mati saja! Terlindas truk yang sedang mengangkut batu-bata

Sekolah hari itu menjelma pelataran neraka, bukan karena guru, ataupun senior yang sok superior. Melainkan karena api cemburu yang terus mengiris kalbu, tak kenal waktu.

Selepas dari sekolah, diriku pulang dengan rasa yang pasrah, sembari membawa hati yang patah, meskipun kutahu. Patah ini hanya satu arah.

Sedang kau? Bersamanya, bahagia. Sesekali tersenyum dengan rona pipi yang merekah

"Salam, dari aku yang menemanimu sampai rembulan berganti peran menjadi mentari. Malah kau tampikan lagi dan lagi"

_______

Hari itu kau hunuskan belati ke hati hingga perasaanku 'tak karuan.

Hari itu juga aku belajar;

Bahwa cinta yang mengandung harapan, akan sangat menyakitkan.

_______

Disforia GandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang