Avivah Rizki

17 1 0
                                    

Waktu ku tak sama dengan waktu mu

Aku percaya bahwa setiap orang punya tempatnya masing- masing, punya waktunya masing-masing, punya posisinya masing masing dan aku percaya bahwa aku tak perlu menjatuhkan orang lain untuk naik dalam tangga kehidupan ini. Usia ku baru menginjak 20 tahun. Kerisauan yang selalu menanti tuntutan yang membuang masa depan dan cita cita, angan angan yang selalu ku hembuskan lewat nafas. Aku punya cita cita yang tinggi aku mampu menggapainya aku terus berusaha dan aku mengakui aku menyanggupinya. Tapi tidak dengan keluarga ku mereka memintaku untuk menjadi penyangga yang selalu diandalkan. Sehingga aku melupakan cita citaku itu memutuskan untuk berlari dari rezeki yang sudah diberikan. Serakahkah diriku? Aku sudah menjadikan diriku pion menteri tapi aku malah memilih menjadi pion bidak.

Dari awal karir ku, aku selalu bertahan mengoreksi rasa malas yang selalu hadir, mengoreksi rasa lelah yang selalu dihasilkan. Bagiku aku tak memiliki banyak waktu aku harus cepat sebelum waktu yang menyalipku, sehingga aku selalu memiliki rasa kecewa, aku selalu benci diberi harapan dan emosi selalu muncul tanpa bisa ku tahan. Jangan samakan aku dengan orang lain, banyak yang bilang "kau masih muda perjalanan mu masih panjang kamu akan melewati masa masa itu dengan baik, jangan menyerah sekarang jangan mudah kecewa" mereka yang berkata seperti itu adalah mereka yang melakukan kejahatan padaku mereka yang selalu memberi harapan tinggi dan semangat palsu. Tapi aku tak pernah sadar bahwa itu hanya sebuah harapan kosong bahwa itu adalah semangat palsu, mereka ingin aku berada pada titik yang sama, titik yang mampu dia arahkan. Tapi sulit untuk mengatakan "waktu ku tidak banyak, jika aku tidak naik maka aku harus pergi ketempat yang dapat ku pijaki" sangat sulit. Aku hanya membalasnya dengan senyuman yang ku paksakan.

Sampai aku bertemu dengannya ku pikir inisudah selesai, dia membuatku merasa cukup dalam segala hal, dia bukan cita citaku, dia bukan angan angan ku dan juga bukan masa depan yang ku bayangkan tapidia masa depan dari kenyataan ku.

Akhir dari akhirWhere stories live. Discover now