III

619 71 11
                                    

Sudah terlewat 1 minggu setelah kejadian dimana Ming Hao pingsan. Kini lelaki manis itu terlihat lebih pendiam dari biasanya. Won Woo sering mendapati Ming Hao melamun, entah memikirkan apa. Juga jangan lupakan kedua matanya yang terlihat memilikki kantung mata sedikit menebal, membuat sahabatnya itu khawatir.

Ming Hao sulit untuk tidur akhir-akhir ini. Jika sudah mulai terlelap, ia akan kembali bertemu dengan pemuda yang mengaku bernama Junhui dalam mimpinya. Setelah itu Ming Hao terbangun dengan keringat dingin di tubuhnya. Berakhir dengan rasa kantuk yang menghilang detik itu juga. Ada kalanya Ming Hao juga takut untuk memejamkan mata, mengharuskan ia secara diam-diam membeli obat tidur dan meminumnya saat dirasa butuh.

Won Woo sendiri saat ini tengah memaku pusat perhatiannya pada Ming Ho yang sedang menatap keluar jendela kelas. Jika dilihat, tubuh sahabatnya itu semakin mengurus. Bibi Xian pernah melapor padanya jika selain Ming Hao yang sulit tidur, nafsu makannya juga menurun. Bahkan beberapa hari yang lalu, bibi Min menyajikan makanan kesukaan Ming Hao, makanan itu hanya berkurang 3 atau 5 sendok.

Pernah Won Woo bertanya, tapi Ming Hao hanya membalas dengan gelengan pelan dan tersenyum setelahnya. Seolah mengatakan jika ia baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu apapun. Yang tentu saja tidak dipercayainya begitu saja dengan mudah.

Dengan 1 roti selai strawberry dan banana milk yang dibawanya, Won Woo berjalan mendekati Ming Hao. Menghela nafas ketika melihat sahabat manisnya sama sekali belum menyadari kehadirannya.

" Ming Hao! " Won Woo mengguncang bahu lelaki itu pelan. Membuat Ming Hao tersentak dan menoleh padanya.

Sambil tersenyum Won Woo menaruh roti dan susu itu di atas meja Ming Hao, dan menyodorkannya.

" Makanlah. Aku tahu kau tidak akan pergi ke kantin dan memakan nasi. Jadi ku belikan kau ini, " ucapnya dan mendudukki bangku kosong di hadapan Ming Hao.

Sedotan kecil itu Won Woo ambil dan mencucukkannya pada tutup plastik botol susu itu. Menyerahkannya pada Ming Hao.


Mendapat perhatian dari sahabatnya itu membuat Ming Hao merasa lega untuk sejenak. Tangan kurusnya mengambil alih banana milk itu dan mengucapkan terima kasih. Jika boleh jujur, perutnya memang terasa lapar, tapi ia sama sekali tidak memilikki nafsu untuk memakan apapun.

Roti selai itu sudah terbuka plastiknya, Ming Hao memasukkannya ke dalam mulut dan mengambil satu gigitan kecil.

" Kenapa? " Ming Hao bertanya heran ketika mendapati Won Woo menatapnya -menelisik-.

Gelengan kepala menjadi jawabannya. Sebenarnya Won Woo ingin kembali bertanya, namun ia pikir ini bukan waktu yang tepat. Ia sangat tahu Ming Hao tidak suka dipaksa. Mungkin pertanyaan itu akan ia simpan sampai lelaki yang lebih kecil darinya itu sudah merasa baik.

Bell tanda istirahat siang selesai mengharuskan Ming Hao berhenti memakan rotinya. Roti yang bersisa setengah itu ia masukkan kembali ke dalam plastiknya, dan menaruhnya di dalam kolong meja, bersama Banana Milk yang juga belum sempat ia habiskan.

Won Woo tersenyum. Tangan kanannya mengusak gemas surai halus Ming Hao sebelum kembali ke tempatnya. Sementara Ming Hao sendiri menyempatkan dirinya untuk kembali menoleh ke arah kirinya, menatap keluar jendela kelas dan mendapati pemuda yang selama ini muncul di mimpinya itu ada disana. Berdiri di salah satu atap gedung cafe yang letaknya berseberangan dengan sekolahnya.

XxX

Tidak ada yang lebih menakutkan dibanding dengan mimpi buruk terus-menerus menghampiri sepanjang hari, dan bahkan mimpi itu terasa sangat nyata. Membuatmu tidak ingin tertidur jika bisa melakukannya.

[JunHao] The Darkness WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang