II

698 83 9
                                    

Langit mendung pada hari itu. Membuat semua orang yang berjalan kaki mempercepat langkah mereka. Setidaknya harus sampai pada halte bus ataupun stasiun jika ingin terhindar dari tiap tetes air yang sudah mulai berjatuhan dari awan, sedikit demi sedikit.

Begitu juga dengan Minghao. Hari ini ia terpaksa menggunakan fasilitas transportasi umum untuk pulang. Won Woo diharuskan izin pada saat jam istirahat, ada urusan keluarga yang mendadak -katanya- . Hingga mengharuskan lelaki manis ini berjalan sendirian.

Sepanjang perjalanannya menyusuri trotoar, kepalanya sesekali menoleh ke sekitar. Tidak sedikit orang yang berlari kecil agar bisa berteduh. Tapi tidak dengan dirinya. Ia menyukai saat-saat seperti ini. Dimana hujan akan datang, dan semua terasa menenangkan untuknya.

Minghao menghentikan langkahnya saat sudah berada di halte bus. Menunggu dengan sabar datangnya bus yang akan ia tumpangi nanti, bersama dengan beberapa orang lainnya. Ia melihat jam tangan yang melingkar manis di tangan kirinya. Pukul 5 sore, dan ia yakin jika sebentar lagi halte akan dipenuhi oleh karyawan yang baru pulang bekerja.

Helaan nafas pelan keluar dari mulutnya. Perlahan gerimis itu sudah mulai tergantikan dengan turunnya hujan agak lebat. Ia mengangkat tangan kanan, merasakan dinginnya air hujan yang membasahi telapak tangannya. Seulas senyum manis mulai terpartri diwajahnya.

Hanya beberapa detik ia mengerjab, segalanya berhenti. Tetes air hujan menggantung di atas sana. Saat beralih menatap ke sekitarnya, semua orang terlihat seperti patung, begitu juga dengan kendaraan yang berhenti di jalanan sana.

Keadaan hening seketika. Hanya dirinya sendiri yang masih dapat bergerak. Membuatnya diliputi rasa takut saat itu juga.

" Ada apa sebenarnya? " pertanyaan yang terlontar dari kedua belah bibirnya, hanya sebatas bisikkan kecil.

Bahkan untuk menarik nafas saja terasa sulit untuknya sekarang. Ketika melihat ke seberang jalan, ada seseorang yang berdiri disana. Dengan pakaian serba hitam yang membalut tubuh tingginya. Kedua tangan pria itu bersedekap dada. Tatapan tajamnya mengarah kepada Minghao dengan intens, tidak berkedip sedikitpun. Lalu jangan lupakan seringainya, membuat Minghao bergidik takut.

" Ikut aku! "

Itu adalah kalimat yang terlontar dari pria tersebut, dan entah bagaimana bisa di dengarnya dengan begitu jelas. Setelah itu, pria menakutkan -menurut Minghao- tersebut mulai melangkah dari tempatnya. Menuju gang sempit yang berada di samping salah satu caffe seberang jalan.

" T-tunggu! Hei! " melawan rasa takutnya, dengan keras ia berteriak seraya mulai berlari. Menyusul pria itu.

Saat memasukki gang kecil itu Minghao berhenti. Netranya melihat ada satu belokkan ke arah kiri. Hatinya mulai ragu. Apakah ia harus menuju kesana atau kembali ke halte? Tapi rasa penasarannya yang begitu kuat, membuat ia memutuskan untuk berjalan kesana. Walau tidak dipungkiri rasa takut itu masih ada.

Dan yang di didapatinya hanya jalan buntu, dengan beberapa tempat sampah berjejer rapi di dekat dinding bata. Dahinya mengernyit bingung dan beralih menatap ke sekitarnya. Tidak ada siapapun.

" Kemana dia? "

Setelahnya ia merasa seseorang menarik tangannya dengan cepat, lalu menghempaskan tubuhnya pada dinding bata yang berada di sisi kanannya. Minghao mendesis sakit dengan mata yang terpejam, dan kedua tangannya yang dipegang kuat pada sisi kanan kiri kepalanya.

" I'm here. Love, " bisikkan di telinga kirinya membuat Minghao tersentak dan mendongak.

Kedua matanya membulat saat merasa lidah pria itu menjilat telinganya. Ingin berontak, tapi tidak bisa. Dibanginkan dengan pria yang menahannya, ia sama sekali bukan apa-apa.

[JunHao] The Darkness WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang