1. Si Tompel

29 12 12
                                    


"Tolong tinggalkan dunia dongengmu, karena aku tidak suka pelajaran sejarah Pak Babel."

"Wahai cermin ajaib, siapakah wanita paling cantik di negeri ini?"

Ucapan keramat itu, menembus langit di atas langit sampai seorang astronot berhenti dari kegiatan melayang-layang di udara. Entahlah, suara itu bahkan lebih nyaring dari iklan permen Heksos.

Dari pantulan cermin, terlihat seorang wanita dengan balutan seragam putih abu-abu tengah berdiri menatap sebuah cermin besar yang tergantung di dinding kamarnya. Cermin itu sangat terlihat mewah karena terbuat dari kayu jati dengan ukiran-ukiran bunga mawar yang sangat indah. Senyum wanita itu mengembang sempurna, layaknya kue bolu yang kelebihan bikarbonat.

Rambut hitam sebahunya dikepang dua kebawah. Jangan lupakan tompel segede jempol kaki di pipi kirinya. Sudah mirip tukang jual jamu belum? Haha.
Postur tubuhnya lumayan tinggi, tapi sayangnya tidak pernah menarik perhatian para lelaki. Justru menjadikannya bahan bully karena tampil dengan sangat ekonomi. Si tompel, itulah sapaan akrabnya bagi siapapun yang melihatnya.

Cermin yang sedari tadi ditatap dengan penuh pengharapan hanya diam membisu--ini benda mati, ayolah. Lima detik berlalu tetapi si tompel itu tetap sabar menunggu jawaban. Ngigo kali.

"Ya, jelas Mami lah. Gitu aja pake nanya!"

Suara itu bukan suara cermin kan?

Si tompel langsung menatap horor cermin yang ada didepannya. Mundur satu langkah dan melirik ke arah pintu kamarnya yang setengah terbuka. Ia memicingkan matanya.

"Oh, jadi suara itu dari kakek sableng yang iri sama kepopuleran Gue," ucapnya dengan nada mengejek.

Mendengar itu, Vino auto balik badan, "Eh, Lo yang lagi ritual bareng cermin persis kayak orang gila keciduk ngak waras, gue kasih info nih, penting banget untuk kelanjutan masa depan Lo yang cerah, secerah giginya Agnes Monica."

"Lo punya muka mending bawa ke klinik Samhyang punya Baba Chang deh, biar diobatin, lagian itu bukan muka doang yang ancur, tapi jiwa lo juga kayaknya perlu dibawa ke bengkel, akinya minta diganti," setelah mengatakan itu, Vino langsung lari sambil tertawa terbahak-bahak.

Ia pun menuruni anak tangga dan langsung menuju ruang makan, duduk di sebuah kursi yang berhadapan dengan Maminya.
Maminya yang heran melihat Vino tertawa sendiri mulai curiga kalau-kalau Vino tertular penyakit rabies.

"Ngapain?" tanya Rissa.

"Biasa, olahraga mulut pagi-pagi," jawab Vino sekenanya dan langsung melahap sarapan pagi itu.

"VIIINNNOOOO????!!!!!" teriak seseorang yang tak bukan dan tak lain adalah si tompel.

Vino megap-megap, mangap-mangap persis kek goyang dumang, duyung mangap ketelen aer selokan pas namanya disebut.

"Ya Allah, bantuin Vino, Ya Allah. Mudahkanlah segala urusan Vino hari ini menyangkut apapun tentang tompel yang populer itu," ucap Vino yang jelas volume suaranya bisa terdengar sampai ke rumah Pak RT. Vino mengaminkan doanya yang seperti jualan tahu kotak. Dadakan.

Vino langsung mendekati si tompel yang berdiri didekat tangga.

"Siniin buku, pulpen, penghapus, pensil, tipe-x. Oh! Lebih tepatnya, alat tulis gue! Buruan!" semprot si tompel dengan ponggahnya dan khas mak-mak nagih kredit seprei.

Vino menggaruk kepalanya yang ketombean, dan nyengir sok manis. Gelagat-gelagat tidak enak.

"Eumm...anu.."

"Gue nanya alat tulis, bukan anu!"

"I-Iya, itu dia. Tempat pensil Lo dipinjam temen gue, namanya Anu. Iya, Anu namanya," jawab Vino seenak jidat.

Keduanya sama-sama diam sekitar sepeluh detik. Hingga tangan kanan si tompel berhasil menempeleng keras kepala Vino.

"Lo pikir Gue percaya!"

"Kena semprot lagi," batin Vino pasrah ketika kepalanya ditonyor. Ketika hendak duduk kembali, Vino mendapati Maminya terkikik geli melihat kelakuan mereka berdua.

"Haha. Mampus, mangkanya jangan usil. Enak ngak? Rasain tuh!" ucap Maminya dengan suara sekecil mungkin, takut jika makhluk astral di sebelah Vino mendengarnya.

Vino hanya mendengus kesal, heran dengan sikap orang-orang disekitarnya yang tak kunjung dewasa? Apa ia memang hidup di zaman purba?

Vino kembali melirik si tompel yang duduk disebelahnya, sibuk menikmati sarapannya. Marah-marah juga perlu energi bukan?

*****

Baru pertama kali nulis;)
Ceritanya absurd banget_-
Ok, semoga kalian suka_^

See you❤

8 March 2019

THE PESONG GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang