Awal

68.2K 985 11
                                    

Proses revisi.
Jangan lupa Vote ya!
Jadilah readers yang bijak dan jangan jadi silent readers.

****
Mataku menyapu seluruh ruangan yang cukup besar ini, ada satu kasur king size dengan nakas disampingnya, tidak lupa beberapa lukisan tergantung rapi pada dinding yang bercat putih itu. Aku menatap kagum pria yang membawa ku kekamar ini sebagai ungkapan rasa terimakasih. Tetapi pria itu hanya menampilkan wajah datar tidak ber ekspresi.

" Kau bisa menetapi kamar ini sendiri." jelas nya. 

Alis ku bertautan, " Sendiri? " tanyaku mengulang perkataan yang terasa tabu menurut ku. 

" Hmmm. "

"Kurasa tidak ada yang penting. " 

Pria itu berjalan dengan langkah tegap meninggalkanku dikamar sebesar ini. Aku tersenyum kecut, mengingat pernikahan ini atas keterpaksaan, banyak pihak yang dirugikan disini termasuk aku. Atas perjanjian Atuk ku dengan kakek Devian saat bergabung dengan dunia bisnis, mereka berjanji untuk menikahkan cucu mereka jika itu laki-laki dan perempuan. 

Sedikit ku ceritakan tentang hidup ku. Namaku Ferisha Jesslyn, umur ku saat ini masih 18 tahun. Aku anak pertama dari sepasang suami istri Arbeta dan Barwo dan mempunyai satu adik perempuan yang saat ini tengah duduk dibangku SMA.

Status ku saat ini bukan melajang lagi, tetapi aku sudah menikah dengan pria arrogant dan dingin yang bernama Devian Julian Jareda. Dengan umur 26 tahun dia sudah mencapai kesuksesan didunia bisnis.Beda sekali denganku, saat remaja aku harus banting tulang menjadi salah satu waiters di restaurant, saat remaja yang lain bersekolah. 

Rintik-rintik hujan turun membasahi bumi seperti ikut larut dalam kesedihanku. Dengan langkah pelan, kututup jendela yang sedikit terbuka kemudian menghidupkan saklar lampu karena ruangan ini sedikit gelap. Setelah itu, aku berjalan memasuki kamar mandi. Lagi-lagi terperangah melihat kemewahan bath up dan closet duduk seperti film-film yang pernah kutonton. Menjadi gadis desa, membuat ku tidak terlalu mengenal banyak nama-nama barang mewah. Aku hanya mengetahui itu dari menonton tv dari artis-artis indonesia. 

Dengan rasa penasaran, aku mencoba duduk diatas bath up dengan shower yang dihidupkan. Rasa nyaman membuatku betah lama-lama berendam dibath up ini. 

****

Setelah berendam cukup lama, dengan pakaian santai kuno dikampung, aku berjalan keluar kamar karena sedari tadi perut ku berbunyi meminta untuk diisi. Saat menuruni tangga, sempatku melirik kaarah pintu kamar yang ditempati Devian sepertinya. Entah itu kamar yang ditempati nya atau tidak, karena dia tidak memberi tahu ku dimana letak kamar nya. 

Setiba didapur, peralatan masakan terpajang rapi didalam lemari kaca. Aku berjalan untuk membuka kulkas yang berpintu dua itu, kulihat hanya ada satu telor dan dua minuman kaleng yang sudah terbuka. Tidak ada yang bisa dimakan disini, karena nasi tidak ada. 

Dengan segala keinginan, aku mengetuk pintu kamar yang ditempati Devian. 

Tok tok tok. 

Tidak ada sahutan dari dalam, sekali lagi aku mengetuk pintu kamar itu. 

Tok tok tok. 

Keluar lah Devian dengan pakaian tidurnya disertakan dengan rambut yang acak-acakan. Aku gugup tentu saja, karena saat ini Devian sangat tampan.

" Ada apa? " tanya nya dingin membuat ku mengenyah kan pikiran itu langsung. 

" mm-anu" jawab ku gugup. 

" Aku tidak punya banyak waktu. "

" Aku sangat lapar. Tetapi didapur tidak ada bahan yang bisa dijadikan makanan, hanya ada telor. "

" kurasa kau tidak terlalu bodoh untuk menggoreng telor. "

Aku menggeleng, " bukan itu. Jika hanya menggoreng satu telor, tidak membuat kita langsung kenyang bukan? "

Kulihat Devian menyerngit ,mungkin tidak mengerti atas ucapan ku. 

" Nasi juga tidak ada. " terang ku. 

" Kau bahkan tidak terlalu bodoh untuk memasak nasi? "

Baiklah. Pria ini tidak mengerti maksud ku. Segera aku terangkan ,jika aku meminta Devian untuk mengantar ku kewarteg yang tidak jauh dari komplek ini. Karena aku tidak mengenal lingkungan disini. 

" Sudah ku bilang, aku tidak punya waktu. "

Blam! 

Pintu tertutup dengan bunyi lumayan keras membuat ku tersentak kaget. Aku tidak mengerti dimana letak kesalahan ku pada pria itu sampai dia begitu cuek dan dingin. Dengan keadaan perut kosong, kembali aku memasuki kamar. Seperti nya malam ini tidur ku tidak akan nyenyak. 

****

Terimakasih. 

Maaf atas typo yang bertebaran dan cerita yang sedikit gajelas. 

Maklum bukan penulis handal.

My Sweet Cold husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang