Insiden

30.5K 691 5
                                    

Proses revisi.
Jangan lupa Vote ya!
Jadilah readers yang bijak dan jangan jadi silent readers.

****
Hari semakin lama semakin larut, tetapi Devian belum juga menampakkan batang hidungnya dirumah. Biasanya pria itu akan pulang ketika adzan magrib berkumandang.

Menjadi istri selama satu minggu ini, membuatku sedikit peduli kepada Devian. Dengan memencet tombol call dihandphone, akhirnya Mama Lita mengangkat telfon dalam deringan ketiga.

" Hallo Assalammualaikum. "

" Waalaaikumsalam Ma. "

" Iya, kenapa sayang? " tanyanya terdengar kwatir. Maklum saja karena ini sudah hampir jam sepuluh.

" Mm... Ma Devian ada disana? " tanya ku pelan.

" kenapa? Coba ulangi, suara mu tidak terdengar. "

Aku menghirup nafas pelan, semoga saja kedua orangtua Devian tidak panik.

" Apa devian ada disana? " ulangku.

" Tidak. Emang dia belum pulang dari kantor?"

" Iya. Sejak dia pergi tadi, sampai saat ini, belum pulang. "

" Astagfirullah. Kemanaa anak itu!.... Berarti kau lagi sendirian dirumah? "

" Iya Ferisha sendiri. "

" Mama perlu kesana? Kalo begitu Mama akan bersiap-siap"

Bukan nya panik kepada Devian, Mama lebih panik kepadaku. Aku sangat bersyukur diberikan mertua yang sangat baik, dan penyayang seperti Lita dan Gibran.

" tidak perlu repot-repot Ma. Aku cuma kwatir kepada Devian. "

" jangan terlalu dipikirkan sayang. Nanti Mama minta tolong sama papa, buat nyari Devian dikantor. "

" Yasudah kalau begitu, maaf mengganggu Ma. "

" Iya sayang "

" Ferisha tutup dulu Ma. "

" Iya sayang. "

Ketika panggilan terputus, aku memutuskan untuk menunggu Devian diruang tamu. Detik berubah menjadi menit, dan menit berubah menjadi jam. Mataku lama-kelamaan semakin memberat.

Sampai bunyi pintu terbanting keras membuat ku tersentak. Devian dengan penampilan yang sama berjalan sempoyongan masuk kerumah. Aku bergegas memapah nya, setelah mengunci pintu.

Badan kekar nan begitu berat, sampai aku bersumpah serapah ketika menaiki tangga. Cukup lelah ketimbang berolahraga menaiki bukit untuk menjaga kambing-kambing pak Darwin.

Saat berada diruangan dengan ciri khas harum masculine, tanganku mendorong badan Devian keatas ranjang. Dan membuka sepatu yang masih membaluti kakinya, tidak lupa untuk menyelimuti pria itu.

Aku beranjak hendak kembali kekamar,tetapi tertahan ketika tanganku dicekal. Walaupun lampu tidak menyala, aku tidak terlalu bodoh untuk mengenali nya. Aku membalik kan badan, untuk melepaskan cekalan itu.

" Jangan tinggalkan aku. " ucap Devian terdengar lirih.

Entah apa yang terjadi sebelum itu, karena Devian saat ini dalam keadaan mabuk. Tercium bau alcohol yang begitu menyengat ketika aku memapah nya kekamar.

" aku ingin kembali kekamar ku devian. " jawab ku sambil berusaha untuk melepas kan cekalan nya yang semakin erat.

" Jangan tinggalkan aku. Kumohon. "

" kau mabuk Devian. " cegah ku.

Aku tidak ingin mengambil keputusan yang salah apalagi bersama orang yang dipengaruhi alcohol seperti ini. Banyak sekali hal-hak buruk yang ada dipikiran ku. Dengan segala usaha, aku melepaskan cekalan Devian. Namun hal yang tidak terduga membuatku terpekik.

" DEVIAN. Kau mabuk! Lepaskan aku! " teriakku sambil memberontak dalam pelukan nya.

" stt... Tenanglah. Kita akan tetap bersama Arleta. "

Deg. Jantung ku mencelos mendengar nama yang keluar dari mulut Devian. Disaat dirinya tengah memeluk ku, nama seorang wanita yang tidak kukenali lah yang dipanggil oleh suami ku sendiri.

Hati istri mana yang tidak sakit mendengar suaminya memuja wanita lain. Aku tidak mengenali siapa Arleta itu, tapi aku tau kalau dialah orang yang dikatakan Devian spesial itu.

" aku bukan Arleta. " sangkal ku berusaha untuk menahan air mata yang siap untuk kapanpun keluar.

Devian menggeram sambil mengetatkan pelukan nya, " Kau Arleta! Gadis yang kucintai! "

" sudah kukatakan! Aku bukan Arleta! Aku ini Ferisha Jesslyn! "

" Jangan coba-coba untuk menyebut nama perempuan jalang itu Arleta! "

Air mataku menyeluruh mendengar perkataan yang begitu menyakitkan. Harga diriku sebagai seorang wanita, dan sebagai istri jatuh begitu saja.

" Aku bukan 'jalang'!! Kau tau?!! "

" B-bukan, kau bukan jalang Arleta. Wanita itu lah yang jalang. Dia sudah merebut kebahagiaan kita."

" sudah kukatakan bukan?! Aku Ferisha! Ferisha Jesslyn.! Dan lepaskan pelukan mu! "

Aku meringis ketika tangan Devian mencengkam rahang ku kuat.

" Jangan sebut nama wanita sialan itu Arleta! "

Devian menindih tubuh ku, dengan kedua tangan,menahan berat bobotnya. Aku yang berada dibawah merasa ketakutan melihat mata Devian yang melotot walaupun keaadaan ruangan yang remang-remang. Hingga benda kenyal yang menempel dibibirku, membuat mataku melotot. Dengan sekuat tenaga, aku mendorong tubuh Devian.
" Brengsek, Lepaskan aku!!"

" Kau baru saja mengatakan aku brengsek Arleta? "

" YA! KAU BRENGSEK. "

" Baiklah, kita buktikan seberapa brengsek nya diriku. "

Sampai waktu lah yang menentukan nasib ku malam ini.

****
Follow my instagram untuk info cerita ini :

indahrianilidya













My Sweet Cold husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang