Pergi

30.4K 712 8
                                    

Jangan lupa Vote
Dan jangan lupa love nya.
Jadilah readers yang bijak dan jangan jadi silent readers.

****
Beberapa kali, silau matahari mencoba untuk mengusik tidur ku yang nyaman. Entah apa yang membuat ku untuk malas membuka mata, karena merasa nyaman seperti dalam pelukan seseorang.

Mengingat kata 'pelukan ' membuat ku terjengak dan merasa sadar ada lengan kekar yang melingkari pinggang ramping ku.

Oh tuhan. Aku terlalu takut untuk menerima kenyataan. Berulang kali menghembuskan nafas, ketakutan kembali nyata melihat Devian sedang tertidur lelap tanpa busana.

Air mata ku mengalir deras melihat ini semua. Dengan kasar, aku menyibak selimut putih itu untuk memakainya. Tidak peduli jika pria ini akan kedinginan.

Saat berada dikamar sebelah, aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah itu, baru membereskan semua pakaian untuk dimasukan kedalam koper.

Ya, kabur dari pria brengsek ini lebih menyenangkan ketimbang berada satu rumah dengan nya. Mungkin aku terlalu lebay, tetapi ini sangat menyakitkan. Dia melakukan ini pada ku, tetapi memanggil nama wanita lain.

Saat semuanya selesai, dengan langkah lebar aku meninggali rumah besar yang terasa sepi bagi siapa saja yang berada didalam nya. Dengan menggeret koper bewarna pink, aku memanggil taksi untuk mengantarkan keterminal.

Tujuan ku adalah kembali kedesa bersama keluarga. Terdengar kekanakan memang, tapi ini semua salah. Aku seharusnya tidak bepura-pura bahagia didepan orangtua ku sendiri.

Pernikahan ini mungkin harus selesai sampai disini. Baik Devian maupun aku, sama-sama tidak saling mencintai. Tapi aku sudah mulai ada rasa padanya, entah kapan itu yang pasti, aku ingin orang yang kusukai bahagia dengan pilihannya walaupun tidak bersama ku.

****
Devian POV

Deringan yang sangat memekak kan telinga, membuat ku emosi ketika harus terbangun karena itu. Dalam keadaan setengah sadar, aku menjawab panggilan agar benda itu tidak lagi berbunyi.

" DEVIAN!"  teriak dari seberang sana membuatku menjauhkan ponsel dari telinga.

" Bisakah kau tidak berteriak?! Ini masih pagi."

" pagi?? C'mon men! Ini bahkan sudah jam 10. Dan kau! Tidak masuk kerja! "

" Jangan bercanda denganku Peter. "

" Ck. Aku tidak bercanda! "

Dengan malas, mataku melirik jam yang berada diponsel. Seketika mataku melebar melihat jam yang ditampilkan dilayar.

Shit!

Dalam keadaan berlari untuk masuk kekamar mandi tanpa memperdulikan panggilan yang masih tersambung karena Peter yang berteriak-teriak tidak terima atas keterlambatan ku.

Peter terlalu lebay menurutku, disini akulah yang menjadi CEOnya, dia hanya sekedar sekretaris yang selalu mengikuti ku kemana-mana.

Tidak sampai sepuluh menit, aku sudah berpakaian rapi dan menuruni tangga sambil berlari. Keadaan rumah sepi tidak biasanya. Apalagi melihat meja makan tidak terisi apa-apa.

My Sweet Cold husband (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang