"Males banget dah. Itu dosen nggak pernah masuk tapi tiba-tiba kuis materi tiga pertemuan? Gabut dia." Laki-laki dengan bahu lebar itu mengeluh sambil membolak-balikkan kertas catatannya. Ralat, catatan temannya yang di-fotocopy.
Nama laki-laki itu Arsa Dirgantara. Ingin dipanggilnya Dirgantara. Nggak mau dipanggil Tara, kayak nama anak blasteran bule gitu katanya. Nggak mau dipanggil Dirga juga, takut dikira dirgahayu. Pokoknya, Dirgantara, biar keliatan keren dan berwibawa katanya. Kan, jadi ribet kalo mau manggil. Tapi Nabil tetap memanggilnya Arsa.
"Tinggal baca aja, apa susahnya sih?" ucap Nabil.
"Susah, Bil. Soalnya nggak pake niat," keluh Arsa lagi.
"Pake niat dong."
"Niatnya hilang, Bil."
"Cari lagi, sampe ketemu."
"Bantu cariin dong, Bil."
Nabil menghela napasnya. "Gue balik ke kosan nih?" ancamnya seraya menatap Arsa yang sedang duduk di hadapannya.
"Lah, jangan dong! Kalo ada yang nggak ngerti, terus gue mau nanya, gimana? Gue nanya si mbak-mbak warteg gitu?" gerutu Arsa.
Nabil malah mengangguk. "Siapa tau daya tangkap mbaknya lebih bagus daripada lo," ucap Nabil. Ponselnya berdering, buru-buru diangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon. "Halo? Oh, Rian? Sini, sini. Gue masih belajar kok bareng Arsa. Ajak Aqilla juga gapapa. Oke, ditunggu ya!"
Nabil menatap laki-laki di depannya yang sedang menunduk kemudian mengembuskan napasnya.
•••
a.n: yuk tebak yuk siapa yang gamon HAHAH apakah ada yang inget Rian dan Aqilla???
anw, keknya gue tuh kayak lg bikin trilogi gt dah berdasarkan warna wkwkwkw ditunggu aja yak:)) gue pasti bakal aplot semua draf gue
KAMU SEDANG MEMBACA
breakup for you, not yet for me
Short Story"Katanya, perasaan nggak ada yang bisa mengontrol, kan? Jadi, kalo gue masih sayang sama lo, gapapa, kan?"