Aku tak pernah menyangka pertemuan biasa bisa mengubah segalanya. Hari itu, aku hanya ingin melarikan diri sejenak dari kenyataan—sebuah pernikahan yang tampak sempurna dari luar, namun kosong di dalam. Aku merasa menjadi sosok yang terjebak dalam rutinitas yang membosankan, bersama suamiku, MingYu, yang lebih sering menjadi orang asing bagiku ketimbang pasangan hidup.
Aku bertemu dengannya di sebuah galeri seni kecil di sudut kota, WangYi. Aku tak tahu mengapa ia menarik perhatianku sejak awal, atau bagaimana tawa lembutnya begitu membekas di pikiranku. Seperti ada magnet yang menarikku kepadanya, sebuah rasa yang begitu berbeda, asing tapi menghangatkan.
Aku tak memberitahunya apa pun tentang pernikahanku. Entah mengapa, aku terlalu takut kehilangan percik hangat yang dibawanya ke dalam hidupku yang kelabu. Hari demi hari, pertemuan kami yang awalnya kebetulan, berubah menjadi candu yang sulit aku lepaskan. Bersamanya, aku merasa hidup. Tapi kenyataan, tetap tak bisa kuabaikan—aku Zhou Shiyu, seorang istri yang perlahan terseret ke dalam kisah cinta terlarang.
Apakah ini cinta atau sekadar pelarian dari luka yang terpendam? Hanya waktu yang bisa menjawab, tapi ada satu hal yang aku tahu pasti: rasa ini tak mungkin bisa kuhapus begitu saja, meski aku tahu jalannya penuh dengan kebohongan dan rahasia.
Pertemuan pertama,
Zhou Shiyu berdiri termenung di depan sebuah lukisan abstrak, wajahnya tampak sedikit murung. Tanpa sengaja, WangYi berdiri di sebelahnya, juga memperhatikan lukisan yang sama.
WangYi: tersenyum tipis sambil melirik ke arah Zhou Shiyu
“Lukisan ini... menurutmu apa maksudnya?”Zhou Shiyu terkejut sesaat, lalu tersenyum sopan dan mengalihkan pandangannya kembali ke lukisan
“Aku tidak yakin. Mungkin tentang... kekosongan?” nada suaranya terdengar ragu-ragu “Entah mengapa, aku merasakan hal itu.”WangYi mengangguk pelan, menatap lukisan dengan lebih dalam
“Aku mengerti. Kadang, seni bisa begitu membingungkan, tapi sekaligus membebaskan. Seperti menemukan perasaan yang kita sendiri tak tahu ada.”Zhou Shiyu merasa tersentuh oleh kata-kata WangYi dan terdiam sejenak, lalu tersenyum sedikit lebih lebar.
Zhou Shiyu:
“Kata-katamu seperti datang dari seseorang yang paham akan seni.”WangYi tertawa ringan
“Aku hanya seorang pengagum. Kadang, aku merasa seni adalah cara terbaik untuk berbicara tanpa kata.” kemudian menatap Zhou Shiyu, sedikit lebih dalam “Aku WangYi, senang bisa bertemu dengan orang yang bisa menangkap suasana seperti ini.”Zhou Shiyu tersipu dan memperkenalkan diri dengan sedikit canggung
“Aku Zhou Shiyu. Senang berkenalan denganmu, WangYi.”Percakapan kecil itu seperti memberi kehangatan yang tak terduga di tengah hidup Zhou Shiyu. Dalam senyuman hangat WangYi, ia merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Setelah beberapa kali pertemuan kebetulan di galeri seni dan tempat-tempat umum lainnya, Zhou Shiyu dan WangYi mulai merasa nyaman satu sama lain,Setiap pertemuan membawa rasa yang sulit diabaikan, namun mereka masih ragu-ragu untuk memperlihatkan ketertarikan mereka secara langsung. Hingga suatu sore di kafe favorit mereka berdua, saat mereka bertukar pandangan lebih lama dari biasanya.
WangYi menyentuh ujung cangkir kopinya, menatap Zhou Shiyu dengan senyum yang tulus dan penuh kehangatan
“Entah kenapa, aku selalu berharap bisa bertemu denganmu di sini. Sepertinya, kita punya frekuensi yang sama.”Zhou Shiyu: tersipu dan merasakan debar di dadanya yang sulit disembunyikan
“Frekuensi yang sama, ya... mungkin kamu benar, Tidak banyak orang yang... bisa aku ajak bicara seperti ini.” tertawa kecil, menatap WangYi dengan pandangan hangat
KAMU SEDANG MEMBACA
J'aime Deux Couers
FanfictionZhou Shiyu selalu berpikir bahwa cinta sejati datang dalam bentuk pernikahan, bersama seorang suami yang akan selalu bersamanya. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai merasakan kehampaan di dalam rumahnya sendiri. Pernikahannya dengan MingYu ya...