bergetar 2

571 35 0
                                    

"الرَّحْمَٰنُ"
(Tuhan) Yang Maha Pemurah,
"عَلَّمَ الْقُرْآ"
Yang telah mengajarkan al Quran.
"خَلَقَ الْإِنْسَانَ"
Dia menciptakan manusia.
"عَلَّمَهُ الْبَيَانَ"
Mengajarnya pandai berbicara.
"الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ"
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
"وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ"
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
"وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ"
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
"أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ"
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.
"وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ"
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
"وَالْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ"
Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya).
"فِيهَا فَاكِهَةٌ وَالنَّخْلُ ذَاتُ الْأَكْمَامِ"

Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang kelopak mayang.
"وَالْحَبُّ ذُو الْعَصْفِ وَالرَّيْحَانُ"

Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
"فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ"
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

"فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ"

"فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ"

Suara lembut itu terus melantunkan ayat-ayat penuh nikmat dan karunia Allah itu dengan hati-hati dan penuh penghayatan, sampailah pada ayat yang membuatnya tertegun begitu lama. Ia coba ulangi ulangi dan ulangi terus ayat itu hingga tak berasa airmatanya menetes tak terkendali. Terjatuh dalam mushaf yang penuh keagungan itu satu dua hingga tak terhitung jumlahnya seakan berlomba-lomba untuk keluar dari manik seindah samudera itu. Lamat-lamat suaranya semakin mengecil diselingi isakan yang semakin menjadi-jadi, namun tak juga menghentikan lisannya untuk terus mengucapkan ayat 
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Seakan ayat itu menjadikan tamparan keras bagi dirinya yang begitu egois tentang dunia.

"Astagfirullah... hiks Astagfirullah... hiks Astagfirullah..." Hingga akhirnya runtuh sudah tangisnya dan bersujud dengan tersedu. Pertemuan tadi pagi jelas tergenang dalam pikirannya, bagai kaset rusak terus bergulir tanpa henti dan tak mau pergi

"Astagfirullah Rabb bertapa kurang bersyukurnya hati ini, bertapa serakah dan egoisnya hati ini" tangisnya

"Cukuplah aku melihat ia sehat dan baik-baik saja, seharusnya aku tak meminta lebih, jika bahkan hanya melihat aku tak mampu, tubuh ini menolaknya Rabb namun kenapa hati ini begitu mengharapkannya" tangisnya mengencang

"Mengapa? Hati ini ingin sekali tangan itu menahan hamba, memeluk hamba dan mengatakan kau sudah kembali adikku aku merindukanmu, egois Naru egois" curahnya lagi

"Cukuplah bagiku engkau Rabb, hasbunallah cukuplah engkau yang menguatkan hamba dalam segala keadaan dan menutupi kelemahan serta ketidak berdayaan hamba cukuplah engkau ya Rabb" doanya lagi disela tangis yang semakin menghebat dan larut dalam doanya itu dengan khusyuk
.
.
.
.

Sementara di Indonesia

"Bengong terus aja bang, sampai tidak dengar dari tadi ummu panggil" kata seorang perempuan dewasa berkerudung coklat sambil memperhatikan anak laki-lakinya yang mendengarkan murotall namun si empu malah asih melamun tanpa mendengarkan

APA SALAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang