***"Riri, kamu mau sekolah dimana sayang ?"seraya memakaikan seragam sekolah.
"Nggak tau mah, Riri masih bingung"
"Kenapa bingung ?"seraya menguncir rambut Riri.
"Bingung aja mah, tapi Riri pengen sekolah di TK Pelita biar bareng sama kak Anas"
"Hmm tapi kan jauh, lagian bentar lagi kak Anas nya juga mau masuk SD, terus nanti yang temenin kamu di sekolah siapa dong?"
"Yaudah, terserah mamah aja.Yang penting nanti di sekolah Riri bisa punya banyak teman baru mah"
"Iya pasti kamu bakalan dapet teman baru yang baik sama kamu" seraya menggenggam tangan Riri, melangkah pergi menuju sekolah.
***
kenapa semuanya ga ada yang mau temenan sama Riri ya? batin Riri berucap.
"Hai " Riri menyapa seorang gadis kecil dengan rambut dikuncir sama sepertinya.
"Hai juga"
"Kenalin nama aku Risa Rinjani, kamu bisa panggil aku Riri" seraya mengulurkan tangan.
"Hai Riri, kenalin nama aku Sintia Julianti, kamu bisa panggil aku Tia " membalas jabatan tangan Riri.
"Kalo gitu kamu mau ga jadi teman baru Riri ?"
"Iya ma-"ucapan Sintia terpotong oleh gadis berambut sabahu, wajahnya cukup cantik tapi mungkin hatinya tidak secantik wajahnya.
"Nggak, Tia nggak mau temenan sama kamu.Tia maunya temenan sama aku, bukan sama kamu"seraya mendorong dada Riri, hingga Riri merasa punggungnya membentur tembok dengan keras.
Anak-anak TK yang lain hanya memperhatikan Riri tanpa ada niatan untuk membantunya.
Perasaan Riri sedikit kecewa, dia berusaha untuk menahan tangisnya yang menyayat hati.
Gadis berambut sebahu itu menarik lengan Tia untuk meninggalkan Riri. Dan orang-orang disekitar Riri mulai mengabaikannya.
Riri ingin menangis sekencang-kencangnya, dia berharap bisa pergi darisana secepat mungkin. Tetapi itu tidak mungkin karena jam pulang sekolah masih lama.
Ibunya Riri tidak ada saat kejadian itu, Riri sudah tau kalo ibunya sedang sibuk mengurus pekerjaan dirumah dan mencari pekerjaan sampingan. Dia hanya bisa mengantar dan menjemput Riri sekolah saja.
Riri hanya bisa bersabar, dan mulai bangkit melangkah menuju bangku yang telah disediakan.
Di acara perkenalan dengan teman baru, Riri hanya bisa diam dan merasa iri saat melihat Anak-anak TK yang lain telah mempunyai teman baru.
Sedangkan Riri dia hanya seorang diri, tidak ada yang mau menemaninya apalagi menjadi temannya.
Beberapa menit kemudian, rasa takut Riri sirna begitu saja mendengar bel pulang berbunyi.
Dia melangkah keluar dan melihat sekeliling orang, berharap Ibunya akan menjemputnya.
Anak-anak TK yang lain sudah mulai pulang bersama orang tuanya, sedangkan Riri masih menunggu Ibunya untuk menjemputnya.
Beberapa menit kemudian, Riri merasa senang sekali karena ibunya telah datang menjemputnya.
***
"Riri, gimana sekolahmu ?""Baik kok mah" seraya merundukkan wajahnya.
Karin tahu perubahan ekspresi dari anaknya, maka dia akan mencoba bertanya dengan lembut, agar tidak menyakiti hatinya.
"Riri kamu kenapa ?"seraya mengelus kedua pipi Riri dengan lembut.
Riri yang sedang membuka sepatunya, langsung mendongakkan kepala untuk menatap ibunya.
Dia menggelengkan kepalanya berulang kali "Riri nggak papa kok mah, Riri baik kok "
Karin tidak ingin melihat anaknya yang berusaha menyimpan kesedihan, lantas dia langsung memeluknya.
"Riri kalo kamu ingin bicara sama mamah, mamah bakalan dengerin keluh kesahmu nak" seraya mengelus punggung Riri dengan lembut.
Riri yang mulai terbawa suasana, seketika ia ingin menangis sekencang-kencangnya. Tapi dia tidak ingin ibunya merasa khawatir karenanya.
Riri menggelengkan wajahnya, dan membalas pelukan ibunya.
"Mamah, Riri nggak papa kok, Riri malah seneng bisa sekolah sama kayak yang lain" lagi-lagi Riri berbohong, tetapi tidak apa Riri merasa berbohong untuk hal yang lebih baik mungkin boleh.
"Yaudah, kalo Riri mau cerita sama mamah, mamah akan selalu siap mendengarkan keluh kesahmu kapanpun dan dimanapun"
Riri tidak menjawab, dia hanya mengangguk pasti.
***
Itu baru prolog ya 😇
Jangan lupa Votement ! Karena dukungan kalian sangat berarti bagi saya ♥
Kasih saran sama kritiknya 😉Maaf bila ada kesalahan dalam penulisan 😯
Sekian ,
W_Anjani13
Makasih 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT SEMENTARA
Teen FictionIni bukanlah cerita sahabat sejati seperti pada umumnya , ini hanyalah cerita tentang sahabat yang bisa dikatakan hanya sahabat SEMENTARA bukan SELAMANYA . Apakah kata SEMENTARA bisa diubah menjadi SELAMANYA ? #Hanya untuk dibaca bukan untuk ditulis...