Korban pembunuhan?

35 13 5
                                    

Korban berinisial RS tersebut, ditemukan tewas dengan beberapa luka dari benda tumpul di kepala serta tusukan garpu di kedua payudaranya.
Sampai saat ini, polisi masih belum menemukan pelaku pembunuhan. Berdasarkan pengakuan dari tetangga, korban sering pulang tengah malam dalam keadaan mabuk.

"Wah, lo kudu hati-hati, el" Norman menepuk pundak Noel, membuat ponsel yang sedang ia pasangi LCD jatuh ke karpet.

"Kampret."
Noel mengumpat kesal, ia terpaksa mengulang pemasangan LCD-nya dan mengecek lagi, apa ada kerusakan yang ditimbulkan atau tidak.

"Lo lihat mayatnya, el?"
Luna angkat bicara, karena sejak tadi sibuk mengurus laptop yang perlu ganti keyboard.

Noel hanya diam, ia fokus memasang baut-baut pada bagian bawah ponsel. Walaupun ia ingin sekali menjawab, tetap saja mulutnya memilih bungkam.
Kejadian semalam sudah membuatnya tejaga sampai pagi. Bahkan ia sempat tidur di ruang Service sebelum semua karyawan datang.

"Ah, cewek yang kayak gitu, mah, resiko mati dibunuhnya lebih gede."
Norman berujar sambil membongkar tablet pc yang sudah dua hari tergeletak di rak.

Noel berhenti, ia mencerna kalimat yang Norman ucapkan barusan. Seingatnya, Reisa bukan perempuan murahan yang mau tidur dengan para Om-Om kelaparan.
Mungkin, Reisa memang sering pulang dalam keadaan mabuk, iya, semabuk apapun Reisa, ia akan tetap pulang walaupun berakhir tidur di koridor karena lupa password rumah.

"Reisa itu perempuan yang kuat mabok."
Noel bergumam, tapi masih bisa di dengar oleh Luna dan Norman.

Mendengar gumaman itu, Luna dan Norman melempar pandangan lalu menatap tak percaya pada Noel.
Sadar dirinya sedang diperhatikan, ia membalas tatapan kedua rekan kerja sekaligus teman baiknya itu.

"Tiap hari Reisa selalu pulang tengah malam, entah mabok atau enggak. Kalaupun mabok, dia bakal tetap pulang." Noel menjelaskan.

"Tahu darimana lo?" Sahut Norman.

"Karena gue selalu pulang diatas jam sebelas. Gue tiap hari ketemu, tuh, cewek." Jawab Noel.

"Lo naksir dia? Kok yakin banget?" Luna bertanya dengan tatapan penuh selidik.

Noelbdiam.
Ia tidak menyukai perempuan itu, hanya saja, rasanya aneh kalau Reisa tiba-tiba dibunuh.

______

Setelah memastikan barang-barangnya masuk ke dalam ransel, ia segera memakai hoodie berwarna navy kesayangannya dan mengambil tiket bus yang tergeletak di atas meja kerja.
Dipandanginya tiket tujuan Karawang atas nama Gledis Franceska tersebut, sebelum akhirnya menghela nafas dan menyandang ransel sambil beranjak keluar.

"Pulang, Dis?"
Sapa Leon, penghuni kamar yang pintunya berhadapan dengan pintu kamar Gledis.

Gledis mengangguk tersenyum,
"titip, ya? kalau ada apa-apa, aku dikabarin."

"Siap. Hati-hati, ya."
Leon tersenyum dan melambaikan tangannya setelah Gledis berjalan pergi.

Menuruni tangga ke lantai tiga, Gledis sempat kaget karena suara pintu yang dibuka.
Sejak ditemukannya mayat Reisa semalam, ia jadi paranoid melewati lantai tiga.
Apalagi, Noel sempat mengatakan kalau Gledis harus berhati-hati mulai sekarang, entah apa maksudnya.

Ia berbelok dan berjalan pelan, melewati lorong lantai tiga. Pintu unit milik Reisa dipasangi garis polisi dan ... sepertinya garis itu masih terpasang rapi semalam.

Bruk!

Gledis berhenti tepat di depan pintu unit Reisa.
Ia mendengar jelas suara benda jatuh dari dalam.
Jika diperhatikan, garis polisi yang terpasang sudah terlepas satu dan tiga lainnya yang menutup pintu masih menempel dengan baik.

SHADOW KILLER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang