Too strange to be close

16 3 0
                                    

Selamat malam,

Lagi-lagi aku tak bisa tidur,

Entah karena terlalu banyak meneguk kafein atau karena terlalu lama terlelap siang tadi,

Atau bisa juga,karena terlalu banyak memikirkanmu,haha.

Bergurau.

Aku ingin memaparkan satu cerita,

Menurutku tak terlalu menarik,tapi aku ingin.

Kalau kau tidak suka,

Pengabaianmu bukan hal menyakitkan untukku,

Dan-lagi-aku tak sedang bersikeras menarik perhatianmu.

Terimakasih.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

05.55 Wib

Disini –lagi- aku berada,

Menanti bus kuning yang selalu mengantarku menuju sekolah.

Biasanya bus itu sudah datang,dan benar setelah aku menyebrangi lampu merah,bus itu sudah ada disana,menunggu lampu berganti warna.

Kau tahu,sebelum aku terbiasa menaiki bus kuning,aku selalu berangkat lebih pagi menaiki transportasi umum.Tapi sekarang,ada sesuatu yang membuatku tertarik untuk rutin menaiki bus itu.

Bukan,

Bukan karena gratis,ya awalnya memang iya,tapi setelah aku berada di dalam bus itu,ada hal lain yang lebih menarik perhatianku ketimbang fakta bahwa bus tersebut 'gratis'.

Tapi nanti saja kulanjut,bus yang kita bicarakan sudah ada dihadapanku,aku pun mengantre sembari menunggu penumpang bus tersebut turun.Aku naik,dan kau tahu,apa yang menyebabkan bus ini menjadi bagian rutin yang tak boleh tertinggal dalam episode hidupku,

Dia.

Ya,dia,lelaki yang selalu memangku tas sekolah nya dan duduk di barisan kursi paling belakang.

Ah,maaf ,membuatmu bertanya,kenapa lelaki yang hanya duduk diam tersebut menjadi alasan ku menandingi fakta bahwa bus tersebut 'gratis'.

Dia tampan.

Baiklah,maaf,menurutku dia tampan dan...

baik.

Aku bahkan baru mengenalnya,dan aku bilang dia baik?

Kau hanya tak tahu kawan,dan kuwajarkan itu.Karena ada cerita sederhana sebelum aku benar-benar memperhatikan dirinya.

Tempo hari,sepulang sekolah,aku dan kawanku –yang memang selalu pulang bersama- menaiki transportasi umum yang kebetulan pada saat itu sedang ramai.Aku naik lebih dulu,dan disaat itu aku melihatnya,dia duduk tepat di kursi depan pintu transportasi tersebut.Waktu itu,aku tak terlalu memperhatikannya,karena ya,dia hanya orang asing yang kebetulan selalu menumpang dalam satu transportasi yang sama.Kalian tahu,karena pada saat itu sedang ramai,aku yang tak kebagian tempat duduk hanya pasrah untuk terus berdiri sampai tujuan,dan yang lebih menyedihkannya,aku harus berdiri dihadapan dia,

hening.

Sampai beberapa menit berselang,tiba-tiba dia berdiri,aku membatin dan bertanya

'Eh biasanya kan aku duluan yang turun'

tapi ternyata dugaanku salah,tepat ketika untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku melihatnya,dia berkata

"Duduk aja,"Ucapnya sambil berangsur diri.

"Eh gak usah,terimakasih."

Jawabku,dan memalukannya aku membutuhkan jeda beberapa detik untuk menjawab.

Karena merasa tidak enak sudah membiarkan ia merelakan kursinya,

yang demi apapun penting sekali disaat ramai seperti ini.Aku akhirnya duduk,dan bodohnya

aku gugup.

Sungguh,perempuan.


Kembali ke detik ini,

Yap,kau bisa berkomentar dan berfikir apapun tentang diriku yang mungkin terlau terbawa perasaan hanya karena hal spele seperti itu,tak apa,toh semua berhak mengemukakan pendapat kan,tapi –sekali lagi- aku tak sedang bersikeras untuk membuatmu tertarik,

Terimakasih.

Saat aku naik,aku –sedikit- melirik ke arahnya,dan ini bukan kali pertama aku satu bus sekolah dengannya,sudah terlalu sering kita berjumpa.Tapi,layaknya orang asing pada umumnya,tak ada dialog,tak ada sapa,apalagi canda..

Diam,dan mengalir.

Tak banyak yang kuharapkan dari dirinya,yang bahkan tak pernah kutahu namanya.

Hal kecil yang Ia lakukan,terkadang membuatku tersenyum sepanjang hari mengingatnya.Pernah satu hari,saat aku sudah di dalam bus,aku menoleh ke samping dimana temanku duduk,namun mataku tak benar-benar memperhatikan temanku yang sedang bercerita tersebut.

Aku meliriknya,dan kau tahu,dia imut sekali.Mungkin karena kurang tidur atau lelah,ia menundukkan kepalanya sembari memeluk tas yang selalu dipangkunya,matanya terpejam.Bodohnya,aku memperhatikannya,lama sekali,hingga tanpa sadar Ia terbangun dan kembali mendongak,mata kami bersibobrok,dan aku panik.

Tapi,dengan elegan aku memalingkan wajahku kembali ke arah temanku –yang entah membicarakan apa-dan tersenyum.

Seharian penuh aku bersemu di sekolah membayangkan wajahnya di bus sekolah tadi,

Oh stranger,i hope someday i'll know your name,then i'll say that in every time of my pray.

Hope Allah makes you being figure of the part my scenario life.

Sudahi dulu.

Lain kali,jika ada yang menarik tentangnya,akan ku ceritakan.

Menghampiriku dan mengajakku berkenalan misalnya,haha.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

See ya

sucks lifeWhere stories live. Discover now