Bapak,

5 1 0
                                    

Bapak,

Begitu aku memanggilnya,

Sudah cukup lama kiranya aku tak melihat beliau.

Rindu sekali

Sampai mati rasa si rindu itu kurasakan.

Bapak,anakmu ini hanya mau bilang,terimakasih.

Terimakasih karena sudah tak mengeluh meladeni tingkahku.

Bapak itu,kawan,tak pernah mau lihat anak perempuannya terluka.

Tak pernah mau lihat anak-anaknya kecewa,tak pernah jua,rela melihat anak-anaknya menjadikan orang lain pahlawan bagi mereka.

Karena ia hanya mau kamu menganggap dia satu-satunya pahlawan untukmu.Juga dalam hidupmu.Hanya sesederhana itu bayaran yang ia minta dari kerasnya perjuangan yang ia lakukan.

Ya,meskipun tak se-heroik pahlawan-pahlawan yang dicipta manusia.

Bapak itu,kawan,pemalu sekali.

Dia malu bilang rindu,

Dia malu memelukmu,

Dia malu bilang kamu bahagia terbesar dalam hidupnya.

Tapi dia tak pernah bisa menyembunyikannya,

Menyembunyikan betapa ia sayang padamu.

Bapak itu lelaki paling romantis,

Pernahkah Bapak bilang padamu kalau ia bosan merawatmu,

Ia lelah dengan sikapmu yang selalu mengeluh tentang lelahnya hidup,lelahnya tugas,lelahnya tanggung jawab.

Tak pernah.

Ia tak pernah meninggalkanmu.

Dan tak akan pernah,janjinya.

Ia mati-matian melawan si hidup yang kamu bilang melelahkan itu tanpa sekalipun mengeluh di hadapanmu.

Pernah sehari,oh jangan,satu jam mungkin,kamu luangkan waktu untuk menghampirinya,membuatkannya kopi hangat sepulang ia bekerja,mengobrol dan bercengkrama dengannya.Sedang ia mengelap peluh yang mengalir di dahinya dengan senyuman karena melihat anak gadis kesayangannya?

Hanya membahas hal sepele,

Seperti,

Bapak sudah makan?

Hari ini bapak lelah?

Bapak kepanasan tidak setelah seharian bekerja?

Aku tak mau sok tahu,tapi sepertinya kalian tak pernah.

Dengarkan aku,

Bapak ku yang keren sudah tak bersamaku,sudah tak akan pernah lagi menjadi penolongku secara langsung,

Ia sudah dipilih Tuhanku untuk menjaga dan merawatku dari atas sana.

Kamu tahu,aku selalu berharap,andai sehari saja,atau mungkin sejam saja,aku diberi waktu untuk bercengkrama dengannya,tertawa dan tersenyum membahas hal spele.

Dan andai saja,saat itu aku tahu ia akan pergi,ia akan memilih untuk menjagaku dari jauh,

Mungkin aku akan berusaha mencegatnya,menghentikannya.Tapi,Bapakku itu misterius sekali,dia juga tak mau beri tahu adik-adikku kalau ia mau pergi.

Dan untuk pahlawanku,untuk cinta pertamaku,

Bapak.

Maaf,

Anakmu ini belum sempat menjadi orang yang kau bangga-banggakan,

Anakmu ini belum sempat tahu diri betapa nakalnya ia,

Anakmu ini belum sempat membuatmu tertawa bangga karena kerja kerasnya,

Maaf sekali.

Tapi,untuk malam ini,mau kah kau temani aku,hanya dalam mimpiku.

Berkunjung dan bercerita denganku,

Aku ingin menceritakan betapa lelahnya hidup setengah windu tanpa dirimu.

Betapa inginnya aku pamer padamu,kalau aku sudah besar,

Anak gadismu sudah tak secengeng dulu,anak gadismu sudah dewasa.

Ah,sayang sekali,aku tak bisa.

Bapak,si cengeng ini rindu.

Sombong sekali kau,sampai tak mau menjengukku,

Sibuk sekali memangnya disana?

Datanglah suatu waktu,bosan sekali aku menangis layaknya orang bodoh yang putus cinta.

Sudahi dulu,

Kan,

Mataku bengkak gara-gara kau.





------------------------------------------------------

i'm sorry.

stuck.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 02, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

sucks lifeWhere stories live. Discover now