#3

1.8K 122 6
                                    


Lima tahun kemudian...

"Bantulah papamu Lexi, sudah waktunya kamu membantu papa di perusahaan,  mama rasa sudah cukup kuliahmu sampai magister," ucap Zee pada Lexi. Lexi hanya mengangguk.

"Dan satu hal lagi,  mama ingin sekali kamu ke rumah ini membawa kekasih,  lalu memberi tahu mama bahwa kamu akan menikah," goda Zee pada Lexi.

"Ah mama,  usiaku belum 25 tahun,  masih terlalu muda ma," sahut Lexi terlihat tak suka.

"Sayaaang, mengapa kamu terlihat tidak pernah berhubungan dengan perempuan manapun sejak kamu teruuus saja terbayang perempuan itu,  jangan terobsesi ya sayang, hidup ini indah, jalani hidup dengan normal, sekretaris papamu yang baru terlihat sangat menyukaimu, ia perempuan baik, cerdas dan yang pasti kita tahu siapa orang tuanya, ia putri salah satu kepala cabang dari perusahaan kita," ujar Zee menyentuh lengan Lexi pelan sambil menatap Lexi yang duduk termenung,  saat mereka berdua ada di ruang makan.

"Maksud mama Sofia kan, tidak ma,  aku mengenalnya sejak lama, aku dengannya berteman baik,  hanya berteman,  ia sering curhat padaku jika ada apa-apa, tapi kami tidak pernah memendam rasa apapun," Lexi menatap mamanya yang terlihat menggelengkan kepalanya.

"Kamu benar-benar tidak peka sayang,  dia sering menatapmu diam-diam, mama perhatikan jika ia ke sini, jika ada acara perusahaan, masa kamu tidak merasa perhatian-perhatian kecil dia ke kamu selama ini,  saat kamu sakit tempo hari,  hampir tiap hari dia ke sini menyempatkan diri dari kantor meski hari sudah malam," Zee kembali meyakinkan Lexi.

"Tidak mama, tidak,  mama salah lihat pasti, dan lagi aku merasa pasti akan menemukan Bianca mama, pasti," suara Lexi terdengar lirih.

"Sayaaang jika kamu mencari dan tak kunjung menemukan orang yang kamu cari gimana, kamu nggak punya petunjuk apapun,  gimana kalo dia keluar negeri misalnya,  apa kamu nggak terpikir ke sana?" tanya Zee terlihat sedih, anak laki-lakinya yang masih saja mengingat perempuan itu,  ia jadi penasaran seperti apa perempuan itu.

"Beri aku waktu mama,  aku tahu mama berharap aku segera bekerja di kantor papa dan segera menikah, jika di usia ke 28 aku belum juga menemukannya,  terserah mama aku akan dinikahkan dengan siapapun, aku masih punya waktu lima tahun untuk mencarinya," Lexi menatap mamanya sekali lagi mencoba meyakinkan.

"Mama tidak akan memaksamu menikah dengan siapapun sayang,  mama hanya ingin kamu berhenti terobsesi pada perempuan itu,  ia tidak akan kamu temukan,  berapa tahun kamu membuang waktu sia-sia mencarinya,  tapi mana hasilnya?" tanya  Zee.

"Mama sekali lagi aku yakin,  pasti aku akan menemukannya," jawab Lexi.

***

Hari pertama Lexi masuk ke kantor papanya. Ia langsung menemui papanya diantar oleh Sofia.

"Apa kabar bos kecil?" tanya Sofia melangkah di sisi Lexi,  menjejeri langkah panjangnya,  beberapa karyawan menatap Lexi dengan tatapan kagum,  namun Lexi berjalan lurus ke depan.

"Yah gini ini, pengangguran,  dan minta kerjaan ke papa," jawab Lexi sambil tersenyum melihat Sofia sekilas.

"Alah,  ini nanti juga punya kamu," ujar Sofia, dan membuka ruangan Roi perlahan.

"Bapak Roi,  ini Lexi sudah datang," Sofia menyilakan Lexi duduk dan menutup pintu kembali.

Roi memandang wajah anak laki-lakinya dengan bangga.
"Bantu papa ya Lex,  papa yakin kamu akan membuat perusahaan ini menjadi semakin besar, untuk sementara kamu akan ikut papa jika ada pertemuan-pertemuan penting,  agar kamu tahu apa yang akan kamu lakukan kelak,  nanti saat rapat direksi,  papa akan ajukan namamu untuk menjadi wakil papa," ujar Roi menjelaskan pada Lexi. Lexi mengangguk.

"Jadi ceritanya aku nih magang dulu ya pa?" tanya Lexi sambil tertawa.
"Ya nggak gitu,  papa akan membiasakan kamu dulu,  biar tahu apa yang akan kamu lakukan, ruangan kamu di sebelah papa,  tanya ke Sofia ya Lex, dan sini dulu, duduk dekat papa,  ini ada beberapa kerjaan yang harus kamu lakukan," Roi menunjukkan berkas-berkas pada Lexi dan Lexi mendekat.

***

Saat makan siang,  pintu ruangan Lexi ada yang mengetuk.

"Ya silakan masuk," jawab Lexi. Muncul wajah Sofia.
"Makan siang yuk Lex," ajak Sofia.
"Ayo,  dekat-dekat sini ada, eh iya,  papa gimana?" tanya Lexi.
"Pak Roi baru aja berangkat,  ada pertemuam dengan beberapa relasi bisnisnya,  pasti beliau langsung makan siang, ayolah,  biar cepet," Sofia menarik lengan Lexi.

"Iya iyaaaa,  napsu banget mau makan siang," Lexi bangkit dari duduknya dan berjalan di samping Sofia.

Mereka makan di tempat yang tak jauh dari perusahaan papa Lexi. Sambil menikmati makan siang,  mata Lexi melihat ke segala arah,  ah sangat ramai,  mungkin karena jam makan siang.

"Nyari siapa Lex,  ato nyari apa kamu?" tanya Sofia memasukkan suapan terakhinya.
"Ah nggak," jawab Lexi pendek. Ia menghabiskan minumannya dan melihat Sofia yang juga menghabiskan minumannya.

"Weekend ntar nggak kemana-mana Lex?" tanya Sofia. Lexi menggeleng.
"Nggak,  males, pengen di rumah aja," jawab Lexi sambil menatap ke arah pojok rumah makan, yang agak terhalang pot besar, matanya menatap tajam ke arah itu.

"Aku ke rumahmu boleh Lex?" tanya Sofia lagi. Lexi mengangguk dan bangkit melangkah ke arah pojok kanan rumh makan itu.

"Lex mau kemana?" Sofia setengah berteriak saat Lexi tiba-tiba melebarkan langkahnya. Mendekati meja yang berisi empat orang,  tiga laki-laki dan satu perempuan.

"Bianca,  Bi,  kamu kan,  kamu Bianca kan,  aku Lexi,  teman Scott sepupumu," Lexi tiba-tiba menyapa perempuan berbaju merah dengan belahan dada rendah dan tatapan dingin menusuk matanya. Seketika seorang laki-laki berdiri.

"Hei bung,  sopanlah sedikit,  kami sedang ada transaksi bisnis, seenaknya kamu mengganggu kami,  dan apa kamu tanya-tanya wanita yang aku bawa,  dia Nefertiti,  bukan Bianca ato siapalah,  pergi kamu dari sini," laki-laki berbadan tegap itu mendorong tubuh Lexi. Lexi tak peduli sekali lagi dia menatap wajah dingin di depannya,  dan ia sangat yakin itu Bianca. Lexi hampir dipukul oleh laki-laki itu, seandainya Sofia tidak menariknya dan mengajaknya keluar dari rumah makan itu.

"Lex kamu mau cari masalahnya,  apa kamu sudah bosan hidup?" tanya Sofia saat sudah berada di luar rumah makan. Dan ia melihat perempuan itu dipeluk pinggangnya oleh laki-laki yang hampir memukulnya. Mereka memasuki mobil dan meninggalkan derunya dalam hati Lexi.

Lexi menatap mobil itu sampai menghilang dari pandangannya. Ia menghembuskan napas dengan berat dan dalam hati ia yakin bahwa itu adalah Bianca, Bianca yang dicarinya.
"Lex kamu kenapa, siapa yang kamu cari?" tanya Sofia lagi.
"Kita kembali ke kantor," Lexi melangkah dengan perasaan kalut,  mengingat mata Bianca yang dingin dan wajah yang menyiratkan luka yang dalam.

***

Sofia mengikuti langkah Lexi ke ruangannya.
"Lex,  siapa wanita tadi,  mengapa kamu seperti sangat penasaran?" tanya Sofia. Lexi menatap Sofia yang menyandarkan bokongnya di meja kerjanya. Lexi mendongak menatap wajah Sofia yang penasaran. Dari tempat duduknya Lexi menopamg dagunya dengan kedua tangannya.

"Dia wanita yang akan aku ingat seumur hidupku," jawaban pelan Lexi cukup membuat dada Sofia seperti terkena pukulan keras,  sakit tak terperi.

"Lalu,  jika ia mengenalmu dan kau yakin wanita itu yang kau cari, mengapa ia seperti tidak mengenalmu?" tanya Sofia lagi.
"Itulah yang akan aku cari jawabannya, lima tahun ini aku mencarinya,  baru kali ini aku lihat lagi wajahnya," Lexi masih menopang dagunya dan matanya semakin terlihat berkabut. Sofia menghembuskan napasnya dengan berat.

"Lalu berapa tahun lagi kamu akan memburunya, jika suatu saat kamu menemukannya dan dia sudah menjadi milik orang lain,  apa yang akan kamu lakukan?" tanya Sofia sambil mengigit bibir bawahnya,  ia merasakan dadanya sakit, sedikit demi sedikit.

"Selesai sudah perburuanku,  namun sebelumnya akan aku pastikan dia hidup bahagia," Lexi menatap wajah Sofia yang terlihat sedih.

"Ada apa dengan wajahmu,  mengapa kau memandangku seperti itu?" Lexi terkejut melihat wajah Sofia yang menyiratkan kesedihan,  teringat kata-kata mamanya,  bahwa Sofia terlihat seperti menyukainya.


Love, Life and Lexi (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang