#7

1.3K 98 0
                                    


Seketika wajah Zee dan Sofia menegang, mereka menanggapi kalimat Lexi dengan perasaan berbeda. Zee melepas pelukannya dan menatap serius pada Lexi.

Zee merasa bahagia namun Sofia bingung dan menggelengkan kepalanya.

"Sayaaang kamuuu ... kamuuu serius kan, bukan ingin menghibur mama karena kasus ini?" tanya Zee masih dengan isakannya.

"Tidak ibuu, tidak, saya tidak ingin Lexi menikahi saya karena kasus ini, kalaupun kami menikah, saya ingin memastikan Lexi benar-benar mencintai saya," sahut Sofia dengan cepat.

"Sofiaaa dengarkan sayang, tante tidak akan memaksa Lexi menikahimu saat ini juga, biarlah kalian dekat dulu, tante percayakan Lexi padamu, dampingi dia kemanapun, jangan biarkan lagi dia jatuh pada kasus yang sama," ujar Zee menatap Sofia yang terlihat murung.

"Apalah daya saya ibu, saya hanyalah wanita yang mungkin tidak punya kekuatan untuk menarik Lexi melihat saya, jika suatu saat ada kejadian seperti ini lagi, bukan saya tidak mampu menjaga Lexi tapi daya tarik wanita itu lebih kuat dari saya," ucap Sofia dengan suara menahan tangis.

Zee memeluk Sofia, dan berbisik di telinga Sofia.

"Tante yakin, ia akan mencintaimu, kesabaran dan ketulusanmu akan membuat Lexi menoleh dan selamanya takkan berpaling pada yang lain."

Lexi memandang dua wanita yang berpelukan di depannya, ia tak dapat mendengar apa yang dibisikkan mamanya pada Sofia, ia hanya melihat Sofia mengangguk, dengan mata memerah menahan tangis.

Zee melepas pelukannya menatap Sofia dengan lembut.

"Jangan panggil ibu, panggil tante, dulu kamu manggil tante, kok begitu kerja di kantor papanya Lexi kamu jadi berubah panggil ibu," Zee menghapus air mata yang menggantung di mata Sofia.

"Biarlah Lexi di sini dulu ya Sofia, tante titip ya, ini dalam tas tante bawakan baju Lexi, biar besok sore dia pulang, tante tidak ingin papa Lexi jadi sakit lagi jika sekarang melihat Lexi, biar reda dulu emosinya," ujar Zee sambil mengeluarkan beberapa baju dan celana Lexi.

"Iya ibu eh tante, biar letakkan di kasur saja, nanti saya bereskan," ujar Sofia. Zee memeluk Sofia sekali lagi lalu mendatangi Lexi dan mencium keningnya.

"Jangan buat papamu sakit sayang, lupakan wanita itu, ingat pesan mama, akan ada kesedihan, tangisan dan kesialan jika kamu berada di dekat wanita itu," Zee melangkah ke luar kamar diikuti oleh Sofia.

Sesampainya di pintu, Zee mengusap pipi Sofia.
"Titip Lexi ya sayang," ujar Zee dan dibalas dengan anggukan oleh Sofia. Zee melangkah meninggalkan apartemen Sofia, sopir pribadinya menunggu di luar.

Sofia melangkah masuk ke kamarnya dan mendapati Lexi yang memejamkan matanya dan membukanya perlahan saat Sofia duduk di dekatnya.

"Aku mau ganti baju Sofia," ujar Lexi mulai membuka kancing kemejanya. Sofia mengambil baju ganti yang dibawakan oleh mama Lexi.

Sofia agak sungkan saat melihat Lexi yang bertelanjang dada, Sofia memberikan kaos tanpa melihat wajah Lexi, Lexi melihat wajah Sofia yang memerah.

"Celanaku juga Sofia, aku mau ganti," ujar Lexi lagi, sofia mendekatkan celana bahan kaos di dekat Lexi dan ia memilih melangkah ke luar kamar.

"Mau ke mana?" tanya Lexi.
"Ya ke luar, masa aku tetap di dalam sementara kamu buka celana," Sofia hampir mencapai pintu saat Lexi kembali memanggilnya.

"Sofia, badanku sakit semua, masa kamu nggak bantu aku buka celana," setengah memelas suara Lexi. Mata Sofia terbelalak, sakiiit kali ni anak, pikir Sofia.

"Kalo ada celana pendek yang dibawa mama ya celana pendek sajalah Sofi, biar lebih mudah makeknya," pinta Lexi lagi. Sofia menurut, ia cari diantara baju yang dibawa oleh mama Lexi, ia menemukan satu dan diberikan pada Lexi, celana bahan kaos yang terlanjur ia berikan, diambil oleh Sofia dan semua baju Lexi, ia masukkan dalam lemarinya.

Love, Life and Lexi (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang