Fafa POV
Aku masih berdiri mendampingi dirinya, walau dia berada jauh dariku, tapi, hati kami masih terikat dengan benang yang tidak akan mudah putus dan hancur, walau beberapa kali berusaha diputuskan oleh orang-orang yang iri, tapi persahabatanku dengannya membuahkan hasil.
Pelajaran membuatku frustasi, bayangkan dalam sehari ada 8/9 pelajaran, bagi orang pintar tidak masalah, mereka menganggap ini mudah. Tapi, bagi orang yang tidak pintar, itu menjadi alasan yang sangat lah berat bagiku. Hingga akhirnya UN dimulai, dan aku menjawabnya dengan karangan indah. Lulus atau tidak aku tak peduli, yang penting selesai. Sejak kita berdua sekelas dari kelas VIII, aku belum tertarik dengannya. Tapi, menjelang kelas IX akhir, aku mulai tertarik menjadi sahabatnya. Entah kenapa hati ini mulai menuntunku ke arah yang waktu itu aku belum tahu kalau suatu saat nanti hubunganku dengannya akan melebihi batas pertemanan.
(* ̄︶ ̄*)
Setahun kemudian, aku mulai bersekolah di MA. Aku menuju papan pengumuman dan mencari-cari namaku disana, alhamdulillah, namaku ada. Entah kenapa namanya tiba-tiba muncul di kepalaku, aku kembali mencari nama, tapi bukan namaku yang aku cari melainkan namanya. Aku menatap papan pengumuman tak percaya. Aku sekelas lagi dengannya. Mataku mencari-cari sosoknya. Hingga akhirnya aku melihatnya bersama temannya.
" Hei " Sapaku seraya tersenyum.
Dia memandangku, sekilas tampak dia terkejut melihatku. Tapi detik berikutnya dia membalas senyumku.
" Hai juga " Balasnya.
" Kita satu kelas lagi " Ujarku nyengir.
" Benarkah? " Matanya melebar seakan-akan tak percaya dengan apa yang aku katakan.
" Mai, ayo " Bujuk temannya berusaha mengalihkan perhatiannya padaku.
" Eh, iya, aku duluan ya " Pamit Maira.
Aku melihatnya pergi bersama temannya. Tapi, aku tak melihat senyum tulus terpancar diwajahnya. Yang ada senyum karena terpaksa. Entah apa yang Maira alami, mungkin bukan hal baik.
Sejak saat itu kita berteman, hanya saja saat kita jalan bersama, teman Maira selalu menghalangi kita. Entah karena alasan sepele atau hanya mencari-cari alasan. Intinya kelas X menjadi saksi bisu perteman terbatas kita. Dan kelas XI menjadi saksi dimana aku dan Maira dekat hingga kita terpisah selama 2 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat
Teen FictionRasa jenuh dengan lawan bertopeng kawan menuntunku pada sosok misterius yang membuatku penasaran dan ingin mengungkap jati dirinya, ingin rasanya aku menjadi teman dan sahabatnya (by_NengElla) Cuek pada orang sekitar membuatku merasa jenuh hingga d...