Part 1

16 3 0
                                    

Nama gue Han, Hansyaiful tepatnya. Gue lahir didunia karena ibu,  tentu juga dengan bantuan ayah. Gue adalah pria, yang berambut gondrong,  tapi tidak segondrong Zlatan Ibrahimovic dan tidak sependek Dilan,  mungkin diriku menganggapnya seperti Mondy. Fanatik? Iya jelas kalau soal rambut,  bahkan sat itu aku selalu menghindar dari ulah si botak klonyor,  yang selalu ingin merapikan rambut siswa,  dengan mengadakannya operasi rambut.

[]

Nada halftone escape yang ada dihandphone miliknya pun berbunyi. Gemricik suara air berpadu dengan nada kecupan kaca atau kramik. Dia terbangun, oh tampaknya ibu sedang mencuci piring. Waktu menunjukan pukul 05.45, seperti biasa,  take a bath, drinking milk,  and smoking then go to school. Tapi kebiasaan itu memudar ketika notifikasi Whats Up itu memberitahukan ada pesan grup masuk. "Siapa skip?" temanku mengirim digrup. Gue pun membalasnya

"Gasqeun,mau kemana? Siapa aja? Ramein gue males masuk".
[]

Itu menjadi kebiasaan gue dan langganan untuk menjadi "every wednessday is holyday". Ya,  hari rabu adalah hari favorit gue untuk bolos bersama partner gue. Padahal singkat cerita kalo bolos ya cuman ngapain,  tiduran,ngrokok dan juga main game doang. Tapi itu sangat berwarna kala itu. Sampai akhirnya gue kecanduan oleh yang namanya DOTA2, game yang menurutku penghilang rasa penat, anti galau, dan always by my side. Apalagi ada pusat jual beli itemnya disana,  membuat gue semakin berduit. Tapi sayang, itu hanya ada di warung internet,  bukan digadget seperti game populer saat ini. Walaupun memakan uang, tapi i dont care, karena itu yang membuat gue merasa i have someone perfectly.

[]

Kala itu gue merasa bosan dengan game, setelah gue berdandan rapi dengan outfit youth disertai westback yang berisi dompet,  sisir, rokok,  korek,  handphone dan headset.

"Sebenernya gue sih lumayan, tapi ko jarang banget gue main sama cewe" gumamku heran.

Setelah itu gue cabut ke tempat tongkrong anak anak, cafetaria. Tempatnya gajauh dari rumah.  Hanya beberapa kilo saja. Sampai disana, gue bertemu dengan temen temen gue banyak banget. Biasalah solidaritas, dan cengli anak sekarang kan gitu. Lalu gue ngobrol dengan temen deket gue, Rico. Rico ini adalah biang kerok atau istilahnya channel untuk nomor,pin,line dari cewe, mau lokal kota maupun yang luar kota.

"Minjem hp lo bentar" pinta gue. "buat apa? Enak aja, galiat gue lagi chatan?" Jawabnya kesal. "Minta nomer cewe geh,  atau pin atau line aja ah terserah"jelas gue."Tar aja,  sekarang kumpul dulu, kalo udah dirumah gue kasih entar lewat chat" jawabnya. 

[]

Setelah gue sampai dirumah, gue chat tuh si rico buat minta apa yang gue minta.

Rico: "nih pilih aja,  tar di screenshoot terus lu salin sendiri di kontak lo, gue mau tidur bye!"

Buset dah sensi amat kek emak emak,  dan setelah itu gue lakuin apa yang dia suggest ke gue. Dan gue chat semua kontak cewe yang kira kira 8 orang, dan sedihnya 8 orang dari mereka gaada yang bales. Kecuali setelah 1 jam kemudian notifikasi line berbunyi.

Zendy: "iya, ini siapa?"
Gue.   :  (bingung karena gapernah spika spiki), "maaf ka boleh kenalan?"
Ah lanjut entar ah privasi ini mah, tau kan buat lo para lovers atau bucin, tau lah yang namanya intro. Haha! Oke next.
[]

Seiring waktu berjalan, gue semakin hari semakin deket sama zendy. Si zendy sih orangnya putih, matanya agak sipit, hidung mirip pinokio, dan rambutnya pun lurus banged.
kala itu gue memutuskan diri untuk menyatakan isi hati gue yang udah beberapa minggu gue simpan. Gue memutuskan untuk ngedate at saturday night lol. Kala itu gue bener bener seperti kelenjar prostat yang kena strum. "ini mau gimana, parfum udah,  sepatu kinclong,  rambut bau conditioner,  udah kece ini mah,  tapi gue nyatainnya gimana anjae" batinku di tempat biasa gue mengadu nurani, yaitu cermin.
[]

Waktu menunjukan pukul 18.55 kala itu,  aku sudah didepan rumahnya

"Zen, lo lagi apa?" chat gue melalui via hp
Zendy: "lagi bt gue,  masa iyaa kamar gue sore tadi gue bersihin malah buat mainan sama adek gue dan anak tetangga noh,  mana banyak bungkus makanan lagi hadeh"
"Wah anjay gagal nih,  kan jadwal date nya minggu depan, tapi gue pingin sekarang,  ee malah dia lagi bt. Terus gimana nih" batin gue sambil bingung mau jawab chat dia gimana.
Gue: "yaudah, kalo gak mau bt coba buka jendela kamar lo" (sembari gue masuk ke pagar rumahnya dan menuju ke jendela kamarnya).
Zendi: "ngapain buka jendela? Ih gaje banget sih lo,  diluar dingin tau"
Gue: "yaelah sensi amat ke pantat bayi,  gue juga kedinginan kali, tinggal buka aja apa susahnya ilah"
Zendy: "iya ini lagi mau buka"
(membuka jendela)
Hai! Sapa gue sok ramah
Zendy: (terkejoed kali ya) "ehh? Ehh han lu ngapain di sini?" dengan nada pelan.
Gue: "katanya lu bt,  yuk out sama gue biar gak bt"
Zendy: "aaaaa...kan jatah datenya besok ngapain keburu"
Gue:"kan lu bilang kalo lagi bt,  makannya aku ajak keluar biar gak bt!" sembil gue cubit pipinya.
Zendy: "ah sakit tau, mau masuk apa mau diluar nunggu gue? Gue bukain pintu dulu lu masuk nunggu gue prepare" ujarnya.
[]

Setelah beberapa menit gue nunggu si zendy, kita pergi untuk mencari tempat. Oh iyaa,  zendy ini tinggal dirumah bersama tantenya,  karena mama dan papanya kerja diluar kota. Dan rumah tantenya bukan kaleng kaleng sob, pagernya doang gede, dalemnya kecil haha ups. Oke next
*] sampainya di tempat tujuan gue,  kala itu di sebuah cafe ternama dikota itu namanya MANGKOK CAFE. Yang terkenal akan penataan sofa yang rapi dan dengan background mangkok yang terdapat pada rak sekitar background.
Gue: "Zen,lo mau pesen apa? Lo belum makan kan?" tanya gue sok perhatian
Zendy: "Iyaa,sama aja kek kamu" nadanya ramah.

"iyaaa" denger perkataan zendy barusan, tumben dia manggil gue kamu. Kan biasanya dia manggilnya lo gue, lah ini... Ah semakin gemeteran dan tinggkat kePD an gue diatas Zona Ekonomi Eksklusif. Sambil menunggu makanan datang gue buka percakapan. "jadi, lo mau keluar sama gue cuman mainan gadget lo doang gitu?"
"ehh,gimana? Eh enggak ko, maaf barusan bilang ke tante doang" jelasnya.
"oh kirain lagi bales ke doi" candaku. "enggak lah doi aja gak punya" jelasnya malu. "haha lo sih gak laku" ejek gue. "emang kamu laku?" jlebb,  gue merasakan hal aneh ketika dia mengatakannya. Bukan karena introspeksi diri gue,  tapi malam itu,  dia manggil gue dengen kata kamu 2x.
"tumben manggilnya kamu?" tanyaku malu
"emang apa gaboleh?" balesnya cuek. "aaha engga kok zen, oh iya btw outfit lo malem ini pas banget lo" jelas gue buat ngalihin perhatian.
"pas? Pas sama apa? Emang kalo setiap harinya gimana?" tanya dia heran
"pas banget sama suasana hati gue,  berwarna",  jrengg muka merah pun keliatan darinya dan akupun ketawa tapi disela itu makannan pun datang dan obrolan kami to be continued later.

[]

Im Not LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang