Kak Gilang

17 3 0
                                    

               Terik sinar matahari seperti bola api yang membakar kulit. Entah mengapa, hari ini bisa begitu panasnya? Pohon perindang yang terletak di pinggir jalan dan di halaman sekolah seakan tak mampu melawan panasnya hari itu. Belum lagi beberapa sidak yang membuat suasana terasa sedikit mengerikan. Mulai dari mereka yang suka bolos sekolah, merokok, pakaian dan rambut yang tak sesuai aturan, dan lain-lain.

              Ida dan Nia malah terkesan cuek dengan semua itu, tak ada sidak yang dapat menjerat mereka. Pandangan mereka berubah ketika sosok kakak kelas yang mereka lihat kemarin harus dihukum. Bagaimana tidak, kakak kelas yang tampang wajahnya melebihi standar itu harus masuk kedalam kriteria bad boy? Apa iya, gak ada cara lain untuk membuatnya menjadi siswa terkenal selain dengan cara bolos dari sekolah? Wajah tidak pernah bisa menjamin, dia sosok yang baik atau tidak.

              Ida dan Nia malah terlihat ilfil melihat kelakuan kakak kelasnya yang satu itu. Baju yang selalu terlepas, kancing baju yang terbuka dua dari atas, dasi yang tak pernah dipakai, belum lagi celana yang diciutkan? Dasar, lelaki yang tak punya rasa malu. Rambutnya yang acak-acakan juga raut wajah yang masam tergores jelas di wajah lelaki itu. Ia sama sekali tidak mendengarkan ucapan guru BK. Malahan, ia melakukan hal konyol dengan berteriak.

"Hy, Nia."

Dengan senyum tipis, melambai kearah Nia.

                Sontak saja hal itu membuat Nia mengalihkan pandangannya. Ada rasa aneh yang sedang merasuki diri Nia, ia tak mengerti kenapa kakak kelasnya melakukan hal yang bisa membuat dirinya ikut malu? Apa salah Nia? Apa jangan-jangan lelaki itu juga mengenal Nia? Banyak pertanyaan yang harus dinanti jawabannya. Sedangkan, sang guru BK yang mulai tak mampu menahan emosinya pun memanggil lelaki itu.

" Gilang, segera kamu menuju ruang BK, sekarang!"

               Suara teriakan itu membuat suasana semakin hening. Jangankan untuk berbicara, berkutik pun tak ingin. Gilang yang terlihat biasa saja hanya mengekor mengikuti guru BK. Entah apa yang ada dalam benak Gilang sekarang? Seluruh siswa berhamburan menuju kelasnya masing-masing, sedangkan si Edo, Irfan, dan fajar mendatangi ruang BK untuk berjumpa dengan sahabat karibnya itu.

***

"Dia kenal sama kamu?" tanya Ida penuh rasa penasaran.

Nia yang terlihat kikuk itu mengeluarkan suara terbata-bata.

"E...Enggak tahu."

Ida yang tengah merapikan bukunya kembali mengeluarkan suara.

"Kenapa ia bisa tahu namamu?"

Nia berusaha mengingat-ngingat suatu kejadian yang membuat Gilang mengenali Nia.

"Oh, pantesan. Waktu MOS aku ini disuruh minta tanda tangannya Kak Fajar. Nah, mereka kan satu geng. Mungkin aja Kak Fajar  yang ngasi tahu namaku ke Kak Gilang?" ucap Nia seraya meyakinkan Ida.

***

"Ini kan yang namanya Nia?"

Nia mengangguk.

"Ini dikasih surat sama Kak Gilang. Jangan lupa di balas. Oke?" ucap Kak Fajar sembari pergi.

❄️❄️🐧❄️❄️

DermographismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang