Dinginnya malam ini sama seperti dinginmu tuan.
Ditambah langit kelabu yang tak jelas warnanya, tidak putih juga tidak hitam.
Entah ini perasaanku saja atau memang seperti ini keadaanya.
Saya tak lagi mengerti dengan waktu.
Semakin hari, ia semakin menjadi jadi. Merontah ingin menyeruak.
Pertemuan kali ini entah mengapa saya tak merasa bahagia.
Tak seperti biasanya, hati saya menghangat jika bertemu tuan.
Namun...
Kali ini bahkan untuk menyapa saja saya tak sanggup.
Merengkuh tuan yang sedang kelabu rasanya saya tak sanggup lagi.
Hati tuan yang terlalu dingin untuk saya luluhkan.
Hati tuan yang terlalu keras untuk sekedar saya ketuk.
Dan ego saya yang terlalu besar hingga tak mau bersua.
Tuan..
Saya mohon, tuan jangan seperti ini lagi.
Saya tak sanggup.
Apa mungkin tuan bosan dengan saya?
Ataukah tuan telah mendapatkan pengganti?
Atau tuan ingin menyudahi kisah ini?
Coba katakan tuan...
Jangan menunggu waktu terus menerus.
Tidak ada waktu yang benar-benar tepat untuk kabar tak bahagia.
Jika memang tuan ingin menyudahi, saya mohon tuan berpamitan.
Agar saya dapat belajar merelakan tuan.
Agar hati saya tak kembali hancur.
Agar pikiran saya tak kembali kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
saya, tuan, waktu dan jarak
Romancesemua yang saya rasakan pada tuan, pada waktu dan jarak yang ikut campur