Tujuh Belas

5K 657 37
                                    





***



Yoongi masih betah menatap lantai marmer berwarna putih gading dibawahnya seraya berjalan pelan, rumah sakit hari ini nampak ramai dan Yoongi merasa tak nyaman. Entahlah, sejak ia terbangun pagi tadi dadanya terasa sesak dan sakit, seakan seseorang baru saja menaruh sebongkah batu didalam dadanya. Ditambah lagi Yoongi yang khawatir jika dokter melarangnya untuk menemui Jimin,

"mengapa aku merasa semua ini salah ?" bisiknya pada dirinya sendiri saat tubuhnya kini telah berada di depan pintu ruang rawat milik Jimin, tangannya nampak ragu untuk meraih handle besi itu, :mengapa aku merasa seperti ini ?"

Yoongi merasa semua yang ia rasakan hanyalah keresehan namun ia tak tahu apa yang harus ia resahkan. Pikirannya seakan terus berteriak untuk menemui Jimin dan menenangkannya saat hatinya mendadak terasa tak tenang,

Yoongi membalikkan badannya untuk sekedar menenangkan perasaannya, ia dapat melihat beberapa perawat berlalu lalang dan seorang ayah yang tengah menggendong sang buah hati yang ditangannya tertancap jarum infus sambil sesekali mengajaknya tertawa. Ia merasa semakin tak nyaman, ia bahkan tak ingat kapan terakhir kali ia tertawa lepas bersama kedua orang tuanya,

'ayolah Yoongi, tak ada yang perlu kau takutkan.' Pikirnya

Sibuk dengan fikirannya, Yoongi lalu terlonjak kaget saat tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak sebelah kanannya. Jichul berdiri disana dengan jas putihnya dan- mata yang sembab,

"bukankah kau tidak diizinkan untuk berada disini ?" tanya Jichul lembut yang dibalas anggukan singkat oleh Yoongi lalu pemuda pucat itu menghempaskan tangan Jichul sedikit keras,

"aku akan tetap menjenguk Jimin, jangan hentikan aku." Putusnya lalu melangkahkan kakinya untuk memasuki kamar rawat milik Jimin, namun Jichul menggenggam pergelangan tangannya yang membuat Yoongi menatap Jichul dengan tajam,

"aku tak akan menghentikanmu, hanya saja biarkan aku menemanimu kedalam sana."

Yoongi diam tak ingin membantah perkataan Jichul dan menyetujuinya, toh jichul adalah dokter yang menangani Jimin. Samar-sama Yoongi dapat melihat bagaimana wajahnya nampak sendu juga gurratan lelah dapat Yoongi lihat dengan jelas disana, Jichul terlihat tidak sehat.

"kau terlihat tidak baik uissa, apa kau sakit ? pasienmu bisa terular penyakitmu" tanya Yoongi yang dibalas senyuman kecil oleh Jichul walaupun matanya nampak tak menampakkan itu, "aku tak apa, percayalah."

"aku hanya mengalami malam yang berat"

Yoongi lagi-lagi hanya dapat terdiam saat ia kembali berhadapan dengan pintu kamar rawat Jimin, tangannya nampak membeku disamping badannya hingga ia tak bisa membuat pergerakan untuk membuka handle pintu itu.

Jichul mengangkat alisnya heran melihat tingkah Yoongi, "apa kau tak ingin masuk ?"

"a-aku mau" jawan Yoongi pelan, "hanya saja.. hanya saja perasaanku tak enak."

Jichul mendesah berat lalu membiarkan tangannya menyentuh handle pintu itu dan mendorongnya hingga pintu itu terbuka. Dengan segala keraguannya, Yoongi melangkahkan kakinya perlahan memasuki kamar rawat Jimin. Kamarnya sangat rapih, bahkan terlalu rapih.

Lantainya terlihat sangat bersih, tirai putih itu yang biasanya menutupi jendela kini melambai-lambai tertiup oleh angin yang berasal dari jendela yang dibiarkan terbuka dengan lebar, bahkan ranjangnya pun nampak rapih tanpa ada sedikitpun lipatan diatasnya.

Inferior (Jimin Brothership) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang