Tujuh

4.9K 669 70
                                    


***


Jimin kembali membuka bekas sayatan yang belum mengering itu dengan sebuah silet tipis seperti biasanya, air matanya mengalir membasahi pipinya yang nampak pucat itu. Ia mengabaikan fakta bahwa kini tangannya telah dipenuhi oleh bekas-bekas sayatan juga beberapa lebam berwarna biru keunguan.

Jimin sudah tak perduli lagi dengan lebam-lebam yang memenuhi tubuhnya, beberapa ia dapatkan setelah ia terjatuh pada bebatuan akupuntur di taman dan sisanya akibat pukulan demi pukulan yang ia terima dari Tuan Kim.

Ia sudah tidak peduli lagi akan bekas-bekas sayatannya yang tak kunjung mengering, toh kini ia pun tahu jika luka-luka ditubuhnya tak akan sembuh secepat kebanyakan orang lain. Mungkin awalnya semua ini cukup membingungkan bagi Jimin, tapi setelah ia mengetahui semuanya ia mengerti.

Ia memiliki Hemophilia


[HEMOPHILIA adalah gangguan atau kelainan turunan akibat terjadinya mutasi atau cacat genetik pada kromosom X. Kerusakan kromosom ini menyebabkan penderita kekurangan faktor pembeku darah sehingga mengalami gangguan pembekuan darah. Dengan kata lain, darah pada penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darahnya pun tak secepat rekannya yang normal.]


Sebenarnya Jimin harus mendapatkan perawatan yang memadai tetapi tentu saja Jimin cukup sadar diri jika ia tak mungkin melakukan itu semua. Dokter yang menanganinya akan mengetahui jika dia telah melakukan self-harm dan mereka akan melaporkannya pada sang eomma juga Tuan Kim, jika mereka mengetahuinya mungkin mereka akan membuangnya dan membiarkannya terkurung di dalam rumah sakit selama sisa hidupnya. Belum lagi ditambah fakta jika ia memiliki inhibitor yang buruk.


[Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia.]



"seharusnya aku mati saja." bisiknya pada diri sendiri,

Benturan keras yang terjadi pada Jimin di ruang tari siang tadi menyebabkan pendarahan dalam tengkorang kepalanya dan dapat menyebabkan kematian pada Jimin, namun beruntung dokter bertindak cepat dan ia bisa menekan kemungkinan terjadinya pendarahan hebat, walaupun tak menutup kemungkinan adanya kematian.

Semua begitu memuakan juga menyesakkan hingga membuat Jimin kembali melukai dirinya sendiri setibanya ia dikediaman keluarga Kim, berharap luka-luka yang ia buat dapat mengurangi rasa sesak yang seakan menghimpit dadanya.



'kau tahu apa artinya itu Jimin ?' pemikiran liarnya kembali menyapa kepala Jimin 'kau hanyalah sebuah beban.'


'mengapa kau harus hidup jika akhirnya kau akan mati seperti appa mu ?'


'Seokjin bahkan tak melindungimu dari orang tua kalian..'


'kau tidak berarti dikeluarga ini Jimin, kau hanya sebuah beban.'


'percayalah padaku, saat kau mati nanti keluarga ini akan mengadakan pesta perayaan atas kematianmu..'



Jimin menjambak rambutnya sendiri lalu mengeratkan genggamannya pada pinggiran wastafel di hadapannya, nafasnya terengah-engah setelah mengeluarkan cukup darah akibat sayatan-sayatan yang ia buat, belum lagi rasa perih yang menjalar di luka-luka itu. Namun ia merasa sakit itu dapat mengurangi rasa sesak di dadanya dan hanya itu yang ia butuhkan,

"Kau memang tidak berguna Jimin." Ucapnya seraya menatap pantulan wajah pucatnya pada cermin didepannya, "kau hanya beban bagi semua orang."



***



"apa yang terjadi pada kepalamu ?" tanya Taehyung yang baru saja duduk disebalah Jimin dan melihat perban yang tertempel dibelakang kepala Jimin,

"Jatuh." jawaban Jimin yang singkat membuat Taehyung mengernyit bingung,

Jatuh seperti apa hingga membuatnya harus diperban seperti itu ? Dan Jimin nampak berbeda hari ini, ia nampak lebih kacau daripada sebelumnya. Jimin terlihat seperti seseorang yang tak lagi memiliki semangat untuk hidup,

"mengapa kau tidak datang untuk sarapan hari ini ?" tanya Taehyung lagi bersamaan dengan suara bell yang terdengar nyaring,

"Tuan Kim melarangku untuk makan hari ini, lagi pula aku sedang tak berselera." Jawab Jimin seraya mengeluarkan buku matematikanya,

Satu hal yang ia sukai dari matematika adalah bagaimana ia bisa menantang dirinya sendiri untuk mengingat lebih banyak angka Pi yang terdiri dari lebih 100.000 digits itu dan Jimin telah mengingat lebih dari 100 digits,

Ia selalu menghapalkan angka-angka itu ketika ia berusaha untuk fokus atau saat ia sedang tak ingin mendengar fikiran-fikiran liar yang selalu berbisik didalam kepalanya. Dan ketika Cho seonsaennim datang, Jimin mulai menulis angka-angka yang ia ingat

3.14159265358979323-

Rasanya seperti ada sesuatu yang mencekik lehernya kala sesuatu mengalir turun dari dalam hidungnya dan mulai mengotori bajunya,

"Yak dia mimisan!" seseorang berteriak namun Jimin tak dapat mendengarnya dengan jelas karena suaranya terdengar begitu jauh dan kecil. Darah yang keluar dari hidungnya pun tak sedikit hingga Jimin tak tahu harus berbuat apa,

Taehyung dengan cekatan lalu membawa Jimin menuju kamar mandi dan membantunya membersihkan darah yang terus mengalir itu,

"aku bisa membersihkannya sendiri," ujar Jimin seraya menyalakan keran air dan mulai membersihkan wajahnya,

Taehyung memperhatikan namja mungil itu lalu ia menyadari jika pakaian Jimin telah dipenuhi oleh darah,

"pakaian mu dipenuhi dengan darah, tunggulah disini. Aku akan mengambilkan pakaian lan utnukmu."

Jimin tak menjawab, ia hanya terus membersihkan darah itu hingga air yang menggenang diwastafel berubah menjadi berwarna merah. Lalu Taehyung benar-benar kembali membawa kaus putih dengan berpola hitam,

Taehyung membelalakan matanya kala melihat Jimin yang kini tak lagi menggunakan bajunya, bukan badan Jimin yang terlalu indah hingga membuatnya terpesona namun kebalikannya. Tubuh Jimin dipenuhi oleh lebam berwarna keunguan, bagaimana ia bisa menahan semua itu selama ini ?

Dan apa itu, sejak kapan Jimin menggunakan hand-sock berwarna senada dengan kulitnya ?

"J-Jimin-" ucap Taehyung terbata, matanya masih sibuk menatapi tubuh Jimin yang dipenuhi lebam,

"tubuhmu-"

"I know, ugly right ?" potong Jimin seakan mengetahui apa yang Taehyung pikirkan,

"harusnya aku memiliki tubuh yang sempurna seperti kalian, sayangnya aku mengikuti appa ku."

Taehyung tidak tahu harus bereaksi seperti apa namun satu hal yang ia tahu setelah melihat semua ini, Jimin membutuhkan bantuan.



TBC


[Posted 20 Feb '19]

[Reposted 25 Apr '20]

Inferior (Jimin Brothership) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang