Knowhere

2.5K 473 33
                                    

Jadilah pembaca yang menghargai hasik kerja keras penulis
.
.
.
( author side )

Mobik itu melaju dengan kecepatan hampir maksimum! Membuat jantung Renjun berdetak tidak karuan. Jalanan kota Seoul yang mulai sepi semakin membuat Mark dengan semangat melajukan mobilnya.

"Kita mau kemana??" tanya Renjun. Kepalanya benar-benar pusing akibat alkohol dan sekarang nyawanya sedang dipertaruhkan.

Mark menoleh sekilas, "Kau ku culik bukan? Tidak perlu tahu." ujarnya lalu kembali fokus pada jalanan didepan. Renjun memegangi kepalanya, sungguh ia merasakan pusing yang luar biasa.

Lelaki disampingnya tentu menyadari hal itu, ia segera menurunkan kecepatan mobilnya. Dan akhirnya berhenti disebuah minimarket. "Kau baik-baik saja?" tanya Mark.

Renjun mengangguk, namun keadaannya jelas terlihat berkebalikan dengan apa yang ia katakan. Mark keluar dari mobil, ia masuk ke minimarket untuk membeli beberapa obat dan minuman.

Tidak butuh waktu lama untuk Mark berbelanja. Kini ia sudah kembali ke mobil. Ia mengambil selimut dikursi belakang. Renjun sedang memejamkan matanya, mungkin ia tidur pikir Mark.

Mark memakaikan selimut ke tubuh mungil Renjun. Ia menyalakan radio dengan volume kecil nyaris tidak terdengar. "Hey, bisa kau bangun sebentar? Kau harus minum obat dulu."

Ya, lelaki bermarga Lee itu baru membelikan obat penghilang mabuk. Renjun perlahan membuka matanya, ia mengulurkan tangan meminta obat. Mark langsung memberikan tablet obat beserta air mineral.

Obat itu sudah berhasil masuk ke tubuh Renjun. Dan Renjun kembali membaringkan tubuhnya pada sandaran jok. "Apa sampai disini aku diculik?" tanya nya.

Mobil itu kembali melaju setelah Renjun mengajukan pertanyaan tadi.

Mark mengalihkan pandangannya dari jalanan. "Tentu saja tidak, kita bahkan masih diSeoul." balas Mark. Renjun menatap lelaki disampingnya, "Tuan penculik, boleh aku mengetahui namamu?"

Benar juga, mereka belum berkenalan sejak tadi. Mark terkekeh, "Kau duluan, siapa namamu?"

Renjun terlihat tengah berpikir. Apa anak ini mau memalsukan namanya? pikir Mark. Lama sekali Mark tidak mendengar suara milik Renjun keluar dari mulutnya. Hingga akhirnya Renjun kembali buka suara.

"Renjun. Huang Renjun." kata Renjun sambil memeluk tubuhnya sendiri. "Kau kedinginan? Tidak ada selimut lagi disini." kata Mark.

Renjun menggelengkan kepalanya, "Aku Renjun, seorang anak bungsu yang menjadi mahasiswa kesenian yang menyeeedihkan." lanjutnya.

Mark hanya diam. Tentu dia tahu kalau lelaki disampingnya ini sedang memiliki masalah. Ia yakin, Renjun hanya butuh tempat untuk meluapkan apa yang ia rasakan.

Mark masih fokus pada jalanan, ia pikir Renjun akan melanjutkat ceritanya. "Hey! Sekarang giliranmu, siapa kau?"

•••

Jeno memasuki apartemen miliknya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas. Ia menaruh tas milik Renjun diatas meja. Jemarinya meraih ponsel milik Renjun.

Crying In the Club ( Markren ) // HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang