Help

2.1K 391 52
                                    

Jadilah pembaca yang menghargai hasil kerja keras penulis
.
.
.
( author side )

"Mark.. Apa kau mencoba membuatku jatuh padamu?"

Mark menatap lurus kearah Renjun. Begitu pula Renjun. Entah apa yang membuatnya merasa nyaman ketika berada didekat Mark.

"Kita lihat saja, apa kau akan jatuh atau tidak!" Mark mendorong bahu Renju  main-main. Namun karena Renjun sedang tidak fokus ia hampir jatuh jika seseorang tidak menahannya dari belakang.

"Mark hyung!" Renjun memasang wajah kesalnya. "Kau memanggilnya apa tadi? Hyung? Hahaha dia tidak pantas dipanggil sesopan itu!" ucap seseorang dibelakang Renjun.

Renjun menoleh, lalu membenarkan posisi duduknya. "Heyo cutie.. Kenalkan aku Lucas." lelaki jangkung itu mengedipkan sebelah matanya.

Mark memutar bola matanya. "Ia tidak suka lelaki genit sepertimu.". Lucas mengangkat bahunya, "Aku tahu kau takut tersaingi ketampananku kan?" ucapnya pede.

Sedangkan Renjun menahan tawa melihat wajah konyol Lucas. "Lihat dia bahkan mentertawakanmu." kata Mark lagi. "Itu berarti aku berhasil menarik perhatiannya." sipede Lucas ini benar-benar.

"Hai, aku Renjun." kata Renjun menanggapi Lucas. "Kau benar-benar menggemaskan, pantas Mark.." belum sempat ia melanjutkannya, Mark lebih dulu menendang Lucas. "Pergi sana pengganggu."

"Hah dasar pelit!" ucap Lucas lalu meninggalkan Mark dan Renjun. "Dia sangat lucu.." kata Renjun setelah berhenti tertawa. "Badannya besar tapi dia itu bodoh." ketus Mark.

Renjun merasakan ponselnya bergetar. Itu pesan masuk dari sang ibu.

'Orang-orang Jeno ada disekitar restoran, ibu takut ia melihatmu..'

Membaca pesan itu membuat Renjun menghembuskan nafasnya berat. Mark mengamati, "Ada apa?"

"Orang-orang itu mengawasi ibu.." lirihnya. Mark menggelengkan kepalanya. "Hah dia itu benar-benar merepotkan."

Renjun menggigit kukunya bingung bagaimana ia keluar. Tidak ada pilihan lain, Ia harus bicara pada ketua Lee. Mungkin itu bisa membantu, apalagi ketua Lee sangat memperhatikannya. Tidak mungkin kan ia mendukung Jeno yang seperti ini?

"Jangan melamun," Mark mengalihkan perhatian Renjun. Lelaki mungil itu segera tersadar dari lamunannya.

"Tenang saja, kau akan aman jika bersamaku." lanjutnya, sembari tanganya mengelus surai Renjun lembut. Renjun menghela napasnya pelan.

Diluar sana orang-orang suruhan Jeno tengah mengintai Ibu Huang. Tentu saja itu juga bagian dari tugas. Jeno memerintahkan untuk mengawasi setiap gerak-gerik Renjun dan keluarganya dirumah.

Jeno sedang menatap keluar jendela ruang kerjanya. Tangannya memainkan ponsel miliknya, menunggu kabar dari anak buahnya.

Ia menaruh orang disana karena Renjun pasti akan pergi menemui orang itu lagi. Jeno yakin Renjun akan melakukannya, dan ia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Crying In the Club ( Markren ) // HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang