Jam istirahat di siang ini cukup ramai orang di kantin. Hampir semua siswa di jam istirahat berkumpul di titik yang sama, menyantap makanan yang di beli sambil mengobrol dengan teman, begitulah kebiasaan siswa ketika duduk di bangku sekolah.
Di sudut kantin, Nadine duduk tanpa teman-temannya. Didepan gadis tersebut terdapat seorang laki-laki sebaya dengannya, dia adalah Arjun. Pacar Nadine yang bertubuh tinggi, kulitnya tidak putih dan tidak terlalu hitam, wajahnya memikat kaum hawa diluar sana, sehingga Nadine kerap cemburu.
"Lo bawa cermin itu ke sekolah?" Tanya Arjun setelah selesai mengunyah bakso.
"Yup." Jawab gadis itu singkat, lalu memakan bakso didepannya.
"Mana liat?"
"Di kelas." Nadine menunjuk abstrak ke arah kelasnya.
"Emang kecil?"
"Ga terlalu kecil, ga terlalu gede juga sih." Gadis tersebut memandang ke atas, berlagak seperti seseorang yang tengah berfikir.
Suasana semakin panas. Bakso hangat dan kantin yang ramai, membuat Nadine berkeringat. Arjun menatap gadis didepannya lekat, memperhatikan keringat yang menetes di dahinya.
Dengan cepat, Arjun mengambil tissue dari saku celananya, lalu mengambil selembar tissue untuk di usapkan pada dahi gadis didepannya. Ia menggosok pelan dahi Nadine, hingga wajah mereka berdekatan.
Tiba-tiba jantung gadis tersebut berdegup kencang, seperti ada sesuatu yang membuatnya seperti ini. Wajahnya hanya berjarak beberapa cm saja saat Arjun mengusap dahi gadis tersebut yang berkeringat.
"Daahh.." pria itu meremas tissue lalu membuangnya ke tempat sampah.
"Udah ah, aku mau ke kelas dulu." Gadis tersebut berdiri dari tempat duduknya.
"Aku ikut ya?" Arjun berusaha meyakinkan gadis berponi tersebut. "Aku pengen liat cermin kamu." Lanjutnya.
"Why not?" Jawabnya, lalu ia melangkah lebih depan dari Arjun.
***
Nadine merogoh isi tasnya, meraba-raba seisi tas dan berharap ia menjumpai cermin kuno miliknya. Arjun duduk disampingnya, tepatnya di kursi Latifah. Ia menunggu pacarnya untuk mengambil sesuatu yang ia mau.
"Nih." Nadine mengeluarkan benda tersebut.
Sontak mata lelaki di sampingnya berbinar. Ia terkejut melihat cermin tersebut, tepatnya 'isi' cermin tersebut yang bisa ia lihat. Dia perlahan mengambil dan mengelus sisi cermin yang berbatu akik dan terukir ukiran yang halus.
"Dia ganggu kamu ga?" Tanya Arjun tanpa menatap gadis disampingnya, ia masih terfokus pada cermin didepannya.
"Kemaren sih dateng. Kenalan gitu." Ia menjawab apa adanya, sambil menyangga dagu dan memperhatikan pacarnya yang masih kagum.
Arjun meraba cermin tersebut dengan menutup mata fokus. Alisnya mengkerut fokus, dan tangannya tetap meraba cermin tua tersebut seolah ada sesuatu yang ia periksa.
"Oohh.." Arjun membuka matanya, kali ini intonasi suaranya terdengar biasa saja dan tak serius. "Dia baik kok."
Mereka berdua berbincang-bincang sangat lama mengenai cermin tersebut. Mulai dari Arjun yang bertanya darimana orangtuanya mendapatkan cermin tersebut, hingga perasaan Nadine yang pertama kali melihat Emma.
Hingga tiba-tiba, Nadine menahan hasrat untuk buang air kecil. Tepat saat itu juga, Arjun ingin kembali masuk ke kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadine ✔️
Kinh dị[COMPLETED] ia hanyalah seorang gadis remaja biasa, yang tak memiliki kemampuan indigo atau semacamnya. Namun, ia berpotensi bisa melihat 'mereka' dengan kelebihan yang dimilikinya sejak lahir. Dari mana kelebihan itu berasal? Yang jelas kelebihan i...