Awal Cerita Baru dan Buku Masa Lalu

14 0 0
                                    

"Aku Kembali, aku telah berdamai dengan Masalalu"
.
.
.
. 

   Hari ini harus menjadi awal yang baru. Bagi Meira Nadia, hidup adalah sekumpulan misteri yang menunggu dipecahkan. Manusia hanya para pemain, sedangkan Tuhan adalah sutradara terbaik. Kita bisa memilih jalan yang kita ingin, namun tetap Tuhan yang memegang kendali penuh. Mengijinkan, atau diganti dengan yang lebih baik. Ia percaya, apapun yang Tuhan pilihkan untuk Meira, itulah yang terbaik untuknya. Kalaupun ia harus terjatuh, maka hal berharga yang ia dapat adalah pelajaran berarti untuk kehidupanya.

    Meira Nadia adalah seorang Perempuan manis, tangguh, ceria, pemberani di beberapa kondisi dan juga baik, atau justru terlampau baik. Hingga tak jarang kebaikanya justru membuatnya menjadi yang sering disakiti. Ia sadar akan hal itu, namun ia tahu kebaikan sekecil apapun akan selalu dibalas oleh Tuhan.

...

    Di sebuah ruang minimalis yang di dominasi warna pink dan putih, seorang wanita dengan rambut diikat kucir kuda sedang menatap keluar jendela. Ia menghela nafas lelah,
"Finally, kembali lagi ke bandung. Tempat indah beribu kenangan,"
Ia tersenyum, "Halo Kota Parahiyangan, terimakasih untuk sejuta kenangan. Aku kembali, aku telah berdamai dengan masalalu."
Meira melangkah menuju ranjang yang sangat ia rindukan. Ia merenung seperti memutar memori. Dulu di ranjang itu, ia dan kakaknya kerapkali bercanda lalu kemudian tidur bersama. Ia yang penakut dan kakaknya yang selalu menemani serta menenangkanya. Sedangkan ibunya, sibuk dengan bisnis setelah ayahnya meninggal. Meira menyayangi keduanya. Warna indah dalam hidupnya, meski salah satu dari mereka sempat memberi warna kelam. Tanpa sadar air matanya jatuh, ia lantas mengusapnya. Rumah ini, bahkan semua yang ada di dalamnya masih sama. Seakan teringat sesuatu, ia membuka Laci dalam lemari, menatap sebuah buku karyanya yang sengaja ia cetak untuk dirinya sendiri. Buku yang berisi perjalanan hidupnya sendiri, saat sebelum bertemu dengan seseorang yang kini selalu ada untuk selalu menggenggam tanganya. Ia meninggalkan buku ini tiga tahun lalu, saat ia memutuskan pergi karena luka yang terasa sangat menyesakan. Jadi, buku ini berakhir dengan penghianatan dan sebuah upaya ikhlas merelakan...
Saat hendak duduk di ranjang, seseorang mengetuk pintu. Ia tahu yang mengetuk pintu pasti suaminya, laki-laki manis dan romantis. Super heronya setelah ayahnya. Laki-laki yang sangat ia cintai. Ya, ia telah menikah setelah sebelumnya dilukai dengan parah. Tiga tahun yang sangat memilukan dan berkesan, batinya.
"Sayang, aku masuk ya?"
Meira tersadar dari lamunanya setelah ketukan pintu entah yang keberapa. Ia terkekeh geli.
"Iya sayang, masuk aja gak di kunci kok."
Klek..
"Istriku yang manis" ucap lelaki yang kini tengah memeluk sayang Meira lalu mengecup keningnya. Meira memejamkan mata, dalam hati ia berucap, "terimakasih Tuhan, telah memberikan dia di hidupku"
Melihat Meira memejamkan mata, suaminya tersenyum lembut. Mereka saling menatap,
"Kamu gak apa-apa kita kembali kesini?" tanya Lelaki berlesung pipi itu dengan raut wajah menyelidik dan sendu.
Meira tersenyum menenangkan, "Gapapa mas, aku bahagia bisa kembali ke tempat beribu kenangan ini. Terimakasih"
"Anything for you babe, aku harap aku bisa membahagiakan kamu" ia mengelus rambut hitam Meira.
Meira memeluk suaminya, "Aku memilih kamu, karena aku yakin kamu bisa bikin aku bahagia"
Mereka berpelukan, seakan menumpahkan rasa sayang dan takut kehilangan.
"Terimakasih telah bersedia kuajak bersama, i love you my wife" ia menarik dagu Meira dan mengecup bibirnya sekilas.
"I love you too my lovely husband" Mereka sama-sama tersenyum dan menempelkan kening. Suaminya lalu menunduk, tak sengaja melirik buku yang digenggam Meira, nama Meira terlihat dalam cover buku tersebut. Buku itu berjudul Luka Meira.
"Sayang, buku yang kamu pegang, buku tentang kamu?"
Meira melirik pada buku yang ia genggam. Meira tersenyum kikuk, menggaruk leher kemudian mengangguk. "Iya mas"
Ia merasa malu sekarang, bagaimana jika suaminya meminta untuk melihatnya. Dan ternyataaa
"Kalo gitu ayo kita baca, aku ingin tahu lebih detail perasaan kamu saat dulu." Suaminya tersenyum dengan mata berbinar.
Meira menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Harus banget ya sayangg? Jalan-jalan aja yuu"
"Enggak sayang aku penasaran, lagian apa yang kamu sembunyiin sih?" Tanyanya sambil cemberut.
"Kamu gak percaya sama aku jadi gak bolehin aku baca itu?" lanjutnya.
Meira menghela nafas, "Yaudah iya ayoo" ia berjalan ke ranjang dan duduk disana hingga membuat suaminya berbinar senang. Lalu Suaminya duduk disamping Meira, dibukalah buku yang menurut Meira sangat bersejarah tersebut,


Lalu dibukalah lembaran pertamaa...

~~~

Hidup itu seperti sebuah buku. Ada banyak lembaran di dalamnya. Tiap goresan tinta adalah goresan kisah hidup kamu.

Kamu yang menentukan, goresan apa yang ingin kamu tuangkan pada bukumu.

~~~

-Quote ala-ala, wkwk

Tentang MeiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang