Malam yang sunyi. Angin semilir terasa dingin menyentuh kulit Minato ketika dia berjalan di lorong kuil. Di belakangnya Nanao mengekor dengan wajah mengantuk. Sesekali dia menguap. Tubuhnya terasa lelah karena tugas 'budak' mereka hari ini.
Setelah acara makan malam selesai dan semua mulai membubarkan diri, bukannya beristirahat, para anggota laki-laki malah saling bercerita. Dan karena Ryohei mencari tau tentang Misaki di internet, mereka hampir saja begadang semalaman.
"Ngantuknyaa...." Nanao kembali menguap. Di depannya Minato hanya diam sejak keluar dari kamar mereka. "Minato... tunggu aku," panggilnya.
Minato tiba-tiba saja berhenti. Dia menoleh ke arah dojo--tempat latihan mereka. Dari tempatnya berdiri dia bisa melihat Fuu bertengger di pagar pembatas. Burung hantu putih itu melihat ke arah tempat menembak. Setelah memperhatikan lebih lama Minato mulai menyadari sesuatu. Dia segera menuju dojo.
Melihat tingkah aneh Minato yang bukannya kembali ke kamar mereka, tapi berjalan ke tempat latihan, membuat Nanao bingung.
"Minato? Mau ke mana kau?"
"Ssshhh." Minato berjalan amat pelan. Dan tanpa sadar Nanao yang mengikutinya juga melakukan hal yang sama.
Dari pintu masuk para pemanah Minato dan Nanao mengintip ke dojo. Memang terlihat tenang namun ada seseorang di sana. Dan begitu mereka berdua tau siapa orang itu, Minato ataupun Nanao hanya bisa membelalakkan mata bergeming di tempat.
Malam semakin larut dan suasana semakin sunyi. Mereka berdua masih tercekat di tempat itu. Sampai-sampai tidak ada yang menyadarai kedatangan seseorang di belakang mereka. Namun bukannya mendapat teguran atau apa, orang itu hanya membiarkan Minato juga Nanao tetap di sana. Dia hanya berjalan melewati mereka berdua.
Minato yang mulai tersadar dengan apa yang mereka lakukan saat ini malah tidak ada niatan untuk pergi. Dia malah semakin mengintip ke dalam dojo. Dia ingin tau.
***
"Lalu luka di tangan kanan itu?" tanya Seiya, seperti mengingatkan karena sejak tadi mereka hanya bercerita tentang kompetisi.
Misaki melirik jam yang menunjukkan hari semakin gelap. Masaki bilang anggota putri tetap akan kembali ke rumah. Mereka tidak akan menginap di kuil. Namun saat dia menatap ke pria tersebut, Misaki seperti melihat jika Masaki memperbolehkannya untuk bercerita lebih lama.
"Karena bukan kecelakaan tunggal kurasa beritanya cepat tersebar luas."
"Kecelakaan bus di Yokohama, 4 tahun lalu benar bukan?" kata Seo.
Misaki mengangguk dengan senyum samar. Dia kemudian menatap Minato. "Waktu itu aku dalam perjalanan mengunjungi pamanku di Yokohama. Aku tidak begitu ingat bagaimana kejadiannya, tapi yang pasti itu tabrakan beruntun. Yang kuingat hanya saat aku tersadar di dalam ambulans. Lalu tau-tau aku tersadar kembali di ruang perawatan."
Misaki kembali tersenyum. Tatapannya kini menerawang jauh pada kejadian itu.
Begitu membuka mata di ruang perawatan dia bisa melihat semua orang tengah dalam keadaan panik. Tangis haru memenuhi ruangan tempat dia terbaring lemas. Setelah mengenali sosok pamannya yang seharusnya dikunjunginya itu duduk di sebelah ranjangnya, Misaki mulai ingat apa yang sudah terjadi.
Dengan tubuhnya yang masih lemah dia memanggil pamannya yang terlihat lelah. Seperti orang-orang di sekitarnya, paman Misaki mulai menangis dan bersyukur karena dirinya masih selamat. Namun ketika Misaki sepenuhnya tersadar dan mendapati ada yang aneh pada bagian tubuhnya, pamannya hanya mengatakan jika semua akan baik-baik saja.
"Aku duduk di sebelah jendela. Serpihan kaca dan besi melukai tanganku dan memotong beberapa saraf. Aku... tidak bisa merasakan tangan kananku. Tidak bisa digerakkan. Tanganku benar-benar mati rasa," ungkap Misaki memandangi tangannya.
"Dokter bilang operasinya berhasil. Tapi untuk melihat hasilnya kami harus menunggu. Dan aku pun menunggu. Sampai sedikit demi sedikit aku mulai bisa menggerakkan jariku dan mulai merasakan lagi. Rehabilitasi tentu saja terus aku jalani. Hingga 2 tahun kemudian aku bisa menggenggam lagi."
Semua terdiam. Lebih tepatnya tidak bisa berkata-kata karena tidak percaya dengan apa yang barusan mereka dengar. Namun di antara mereka ada satu orang yang masih terlihat tenang dengan wajah bersedih. Masaki, dia yang sejak awal memang sudah tau hanya bisa ikut terdiam. Kakaknya yang baru mendengar cerita detailnya kenapa Misaki berhenti dari Kyudo juga hanya bisa terdiam. Ren sebenarnya sudah terbiasa dengan kejadian seperti ini karena pekerjaannya, tapi mendengarnya beberapa kalipun tetap saja itu sungguh disayangkan.
"Lalu, bagaimana sekarang?" tanya Minato.
"Seperti yang kalian lihat. Aku sudah baik-baik saja. Walau genggamanku masih belum kuat," ujar Misaki. Senyumnya melebar kali ini.
Tiba-tiba saja semua jadi menghembuskan napas lega.
"Baiklah. Sudah waktunya istirahat. Besok kita akan latihan penuh," ucap Masaki mengakiri semua cerita masa lalu itu.
Semua berdiri dan memberi salam pada Misaki juga Ren yang masih bertahan di meja makan. Wanita itu melambaikan tangan dan mengucapkan selamat malam. Ren akhirnya ikut mengekor di belakang Misaki yang mengantar murid-muridnya pergi beristirahat.
***
Minato mencoba mengintip lebih dekat. Dia ingin tau apa yang akan dilakukan dua orang itu di sana.
"Minato. Ayo kita kembali saja," bisik Nanao di belakangnya.
"Sebentar lagi. Aku ingin tau apa yang Misaki-san lakukan di sana."
"Tapi belum tentu dia akan melakukan sesuatu kan," protes Nanao terdengar khawatir.
"Hei, apa yang kalian lakukan di sini?"
"Hah!" kejut Nanao dan Minato ketika melihat Kaito sudah berdiri di belakang mereka. Tapi sedetik kemudian mereka langsung membungkam mulut dan menarik Kaito ke bawah.
"Shhh. Tenanglah," bisik Nanao. Dia menaruh jari telunjuknya di depan bibir.
Lalu tanpa diduga Seiya dan Ryohei juga datang dari belakang. Ternyata mereka bertiga pergi keluar mencari Minato dan Nanao karena tidak kunjung kembali dari kamar mandi.
"Masa-san dan Misaki-san? Apa yang mereka lakukan di sana?" tanya Kaito begitu melihat sosok yang sedang mereka intip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsurune: Kazemai Koukou Kyuudoubu -Masaki dan Misaki dan Luka Masa Lalu- [Tamat]
Short StoryKlub Kyudo Kazemai kembali mengadakan camp pelatihan. Dan lagi-lagi anggota putra kembali menjadi 'Budak' dalam camp kali ini. Yang menjadi masalah adalah apa yang akan dilakukan kakak Masaki, Ren, yang ingin meliput mereka selama 3 hari kedepan. Se...