Kita hanya bisa berusaha untuk menggapai apa yang kita inginkan. Semua itu harus berlandaskan usaha kita masing-masing. Pendidikan, kesehatan, pekerjaan, bahkan percintaan semua telah dituliskan oleh-Nya. Kita hanya perlu berusaha sekuat tenaga agar dapat mendapat yang terbaik.
***
"Lu kapan sih main lagi kesini?" Tanya Rami ketika telfon darinya diangkat oleh Shira.
"Wess, santai dong gak perlu nge gas" Shira menjawab dengan mengernyit. Dia kaget Rami tiba-tiba saja menelfonnya dan tanpa mengucap salam atau basa basi dia langsung nge gas bertanya kapan Shira akan main lagi ke Bandung.
Shira sekarang sedang ada di Bogor, di rumahnya. Dia memang sempat kuliah di salah satu universitas negeri di Bandung dan sekarang adalah tahun pertamanya menjalani kehidupan orang dewasa.
Rami memang salah satu temannya di jurusan yang sama dan memang mereka berdua cukup dekat sampai kata sapaan atau basa basi sudah tidak diperlukan lagi.
"Ya abis semenjak lu mulai kerja disana lu gak pernah main lagi kesini. Gue kan bete nih belum mulai kerja" elaknya karena menyadari Shira cukup kaget dengan pertanyaannya.
"Ya itu jawabannya lu tau pe'a, kan gue kerja kali gak kaya lu pengangguran" jawab Shira dengan kekehan menyindir.
"Heh, tai emang lu ya. Gini-gini gue udah jadi PNS ya sorry tinggal tunggu aja tanggal mainnya gue bakal lebih cepet sukses dapetin duit dan jodoh dibanding lu" Rami membela diri dengan sombongnya. Merasa sebal Shira pun hanya meng hem hem ria menjawabnya.
"Serah lu dah, yang penting gue udah berpenghasilan dan sibuk sedangkan lu masih membabu aja di rumah lu. Jan sombong lah lu cuma jadi PNS doang" Shira pun jadi ikut sombong.
Ya memang begitulah kalo mereka sudah mengobrol. Saling ejek sudah menjadi kebiasaan. Hal itu pula mungkin yang membuat keduanya mudah dekat. Mereka cukup mirip, baik dari pola pikir, cara berespon terhadap sesuatu, bahkan nasib jomblo lama juga mirip.
Shira yang sempat punya pacar saat kuliah jelas selalu mengeluelukan mantannya pada Rami karena selama kuliah gadis itu tidak punya pacar. Tapi hal ini juga akan balik menjadi ejekan Rami karena Shira pun hanya pacaran sebentar dengan mantannya itu, diputusin pula padahal itu pertama kalinya Shira mencoba pacaran dan berharap untuk serius, tapi kenyataan berkata lain.
Mantannya itu memang berengsek, hanya main main saja dengan Shira. Disa teman SMA Shira di Bogor bahkan bilang kalo Shira hanya dijadikan objek taruhan karena semua orang tahu gadis itu belum pernah berpacaran dan sangat sulit di dekati cowok. Mantannya itu memang "pemain" kalo kata Shira. Jadi walau awalnya Shira menyombongkan akhirnya dia yang akan mati juga.
Mereka jomblo bukan berarti tidak ada yang menyukai mereka, hanya saja mereka memiliki selera sendiri dan mereka bukan tipe cewek yang mau coba-coba dengan cowok yang suka ke mereka jadi kalau mereka tidak suka ya tidak akan mau pacaran dengan cowok cowok itu.
"Eh eh eh sebenernya tujuan gue nelfon selain gue kangen, gue pengen cerita" Rami yang bernama panjang Ramina Julian mengalihkan pembicaraan ke tujuan awal dia menelfon Shira.
"Ape dah? Tumben lu pengen cerita ama gue. Biasanya kan lu pendengar setia" jawab Shira ketus.
"Aduh, Shira Aurela... ini penting penting. Dengerin ya, Lu masih inget Milan kan? Milano Ahmad" Tanya Rami dengan serius.
"Hooh, kecengan lau kan? Kenapa dia? Chat lu?" serbu Shira dengan beberapa pertanyaan. Tidak biasanya Rami tiba-tiba menelfon untuk sekedar curhat apalagi masalah cowok.
Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan si Milan ini. Upss maksudnya Kak Milan or Dokter Milan? Ya intinya dia lebih tua, dia dokter, dan kita berdua kenal dia saat praktek profesi keperawatan setaun lalu di salah satu Rumah Sakit terbesar di Kota Bandung.
YOU ARE READING
My Passion
RomanceKetika Shira harus kembali mengingat keinginan terbesarnya pada saat kuliah dulu, itu membuatnya semakin sakit untuk melepasnya begitu saja. "Apa bertemu dengan kamu lagi seperti bertemu dengan mimpi yang telah lama terkubur?" Bisik Shira pada dirin...