£ First £

8.7K 380 24
                                    

Malam ini langit telihat berawan. Angin sepoi tengah asik bermain kesana kemari. Menyapu dedaunan yang berserakan dijalan.

Juga mengibaskan lembut surai coklat gelap milik pria yang kini tengah menyesap coklat panas sambil menumpukan kedua sikunya pada pagar balkon.

Tatapannya yang menerawang seolah menjelaskan bahwa otaknya sekosong matanya.

Entah kosong karna memang tak ada yang dipikirkan atau justru sangkin banyaknya yang dipikirkan.

Sepertinya pernyataan kedua lebih cocok. Karna sebenarnya dari sekian banyak ada satu hal yang dominan menguasai pikirannya.

Perihal Perasaan.

Cinta.

Memikirkan dua kata itu saja sudah berhasil menekan hatinya, membuatnya merasa sesak luar biasa.

Kalau dipikir lagi bagaimana bisa cinta merupakan suatu masalah? Seharusnya cinta itu dianggap anugrah. Seharusnya cinta itu pelengkap hidup, pengindah hari. Seharusnya cinta itu penyelesaian masalah bukan malah penambah masalah.

Seharusnyaa...

Tapi apa boleh buat?
Begitulah adanya yang pria jangkung itu rasakan.

Tak seharusnya perasaan itu ada. Tak seharusnya perasaan itu tersimpan rapi.

Tapi apa boleh buat?
Semakin dia coba membunuhnya bukannya mati malah kian tumbuh dan kuat bertahan.

Jadi selain diam, apalagi yang bisa dia lakukan?

"Jim, bagaimana yaa jika kau tau?"

"Bagaimana bisa tau kalau tidak diberi tau?"

Pria itu terkejut, sontak menoleh kebelakang dan mendapati pria yang lebih jangkung darinya tersenyum simpul.

"Namjoon Hyung, kau mengagetkanku"

"Siapa suruh kau melamun"

"Mana ada"

"Masih mau menyangkal, Taehyung-ah?"

Pria itu, Taehyung, terdiam. Dia tau tak ada gunanya membalas Leader kesayangannya ini. Namjoon dan segala hal tentangnya, terutama otaknya, bagaikan hal yang mutlak.

Berargumen dengan Namjoon artinya sama saja memperjelas kebodohan diri sendiri. Dapat dipastikan bagaimana akhirnya. Kau akan berakhir terdiam dan segala hal yang dikatakan Namjoon akan melayang-layang didalam otakmu.

"Sampai kapan kau akan memendam perasaan itu, Taehyung?"

Namjoon kini sudah berdiri tepat disamping Taehyung. Tangannya dimasukkannya ke kantong celana. Sekilas melirik dongsaengnya yang terlihat menegang karna pertanyaannya lalu mengalihkan pandangan kedepan.

"A-apa maksudmu, Hyung?"

Namjoon menghela napas. Agak tak habis pikir dengan dongsaengnya yang satu ini.

"Taehyung-ah, kau pikir sudah berapa lama kita tinggal diatap yang sama? Sedikit saja perubahan pada salah satu member, member lain pasti mengetahuinya. Kau pikir kami sebodoh dan setidak peduli itu sampai tidak mengetahui bahwa kau jadi lebih pendiam belakangan ini?"

Lagi lagi Taehyung terdiam. Dan diamnya dia kali ini ditanggapi lain oleh Namjoon.

"Astaga, kau tidak benar-benar menganggap kami bodoh dan tak peduli denganmu kan, Tae?"

"T-ti-tidak, Hyung. Jangan salah paham. Aku..hanya tak menyangka jika aku sejelas itu." Jelas Taehyung agak gelagapan.

"Kau bahkan sedikit menunjukkannya didepan kamera, jika kau tak sadar."

Promise at 4 O'Clock (Vmin)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang