10

2.7K 342 22
                                    

"aku tidak lagi takut dengan matahari, melainkan lampu yang lain."

💫

wajah jeongin sudah memerah, bahkan gugup.

"kakak ga maksa kamu."

ya, setelah menikah dengan jeongin, hyunjin menjadi pribadi yang berbeda. dia berbicara lebih lembut, perlakuannya lebih lembut, dan suami yang baik.

hyunjin memberikan segalanya untuknya, tapi jeongin merasa dia belum menjadi istri yang berguna. hyunjin ingin 'itu' seharusnya sebagai seorang istri, hal itu adalah tugas dan kewajiban seorang istri untuk tunduk dan melayani suami.

"aku siap kak."

"kamu tahu kan kalo kakak ga bisa main halus?"

jeongin mengangguk, wajahnya yang sayu dan pasrah membuat hyunjin semakin nafsu. nafsu dalam artian, ingin memiliki seutuhnya.

hyunjin mengangkat tubuh jeongin ke pangkuannya, mengusap pipi jeongin lembut, "kalo sakit bilang ya."

jeongin mengangguk.

bibir keduanya sudah menempel, hyunjin tahu kalau ciuman jeongin masih amatiran, bibir mungil itu kaku untuk bergerak membalas lumatannya, namun hyunjin bersyukur karena jeongin sudah berani membalasnya sedikit-sedikit meski kurang mampu.

"nah, buka mulutnya."

jeongin menurut, kesempatan itu diambil hyunjin untuk mengoral isi mulut jeongin dengan lidahnya. bibir istrinya bagaikan candu, rasanya manis dan lembut seperti permen kapas.

tangan hyunjin yang semula menekan tengkuk jeongin kini berpindah, hyunjin memanfaatkan tangannya untuk melucuti pakaian jeongin.

"lepasin baju kakak juga."

jeongin dengan wajah memerah yang begitu menggemaskan di mata hyunjin mengangguk malu, hingga keduanya sudah sama-sama telanjang bulat.

hyunjin membalikkan posisi jeongin hingga jatuh di bawah kungkungannya, mengecupi setiap inci tubuh sang istri dan meninggalkan bekas ciuman yang entah kapan akan memudar.

hyunjin merasa dadanya sakit saat dulu mengabaikan si mungil untuk mendesah, "jangan tahan desahannya."

"tapi, ka-kakhh, akhh ahh, ga sshhh ukhhaa. . . ."

"keluarin aja, ini perintah kakak, kakak pengen denger kamu ngedesah."

jeongin benar-benar mendesah kencang, dia tidak tahan karena hyunjin bermain-main pada tubuhnya, mencubit puting hingga menyusu, lalu memainkan pusat tubuhnya dengan lidah hyunjin yang lihai.

"akhh kakhhh hhyunhh jinhh!"

"akhhh sshhh akhhh!"

"kakhhh hhyun jinnhh!"

"kakhhh ahhhh shh!"

satu tusukan dari jari hyunjin memasuki tubuh jeongin, membuat tubuhnya melengkuh kesakitan sampai air matanya menetes.

"kalau sakit, cakar kakak aja."

jeongin ragu tapi dia harus melampiaskan rasa sakit itu.

demi apapun jeongin menikmati malam ini, jeongin suka disentuh hyunjin seperti ini, jeongin suka dengan perlakuan hyunjin malam ini.

untuk pertama kalinya, jeongin menjumpai kenikmatan itu.

"kakhh jeongin pipis shh."

"nakal kamu ya, kakak belum keluar."

bagian inti itu dimulai, hyunjin memasukkan miliknya ke dalam lubang manis jeongin, keduanya sama-sama terbuai, rasanya seperti melayang di atmosfer, tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

lampu di langit-langit kamar • hyunjeong  ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang