Fourth

146 33 5
                                    

Dia tahu apa yang dikatakan Soobin benar. Namun, pikiran buruknya tidak pernah bisa menghilang dari otaknya. “Bagi Jungkook sunbae, saat ini kau adalah wanita satu-satunya yang dicintainya. Tidak perlu terlalu jauh memikirkan kalian akan bagaimana kedepannya. Pikirkan saja, setidaknya saat ini kalian berdua saling mencintai.”

Soobin menatap kedua manik mata Yoojung dengan tulus. Mengutarakan pendapatnya mengenai hubungan orang yang sangat penting baginya. Mengesampingkan seluruh perasaannya agar wanita dihadapannya bisa bahagia.

“Soobin-ah, sejak kapan kau jadi sedewasa ini ?” Tanya Yoojung sembari mengacak rambut Soobin. Keduanya tertawa dan kembali menatap langit. Tiba-tiba Soobin mengeluarkan ponsel juga earphone miliknya. Dia menyematkan salah satu earpiece di telinganya dan satunya lagi di telinga Yoojung.
“Kita sudah lama tidak melakukan ini bukan ?” Tanyanya sembari mengutak-atik ponsel miliknya.

Yoojung hanya bisa tersenyum dan menunggu lagu mengalun. Suara gitar yang dipetik memenuhi gendang telinganya. Yoojung selalu menyukai lagu-lagu akustik seperti ini. Dan Soobin selalu mengetahui kesukaannya.

Ketika suara sang penyanyi terdengar, Yoojung terdiam.

Cara mencintaiku tidaklah sulit
Hanya genggam diriku erat seperti apa yang kau lakukan saat ini
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita nanti
Namun aku menyukai bahwa tidak ada yang sudah ditentukan

Yoojung melirik Soobin yang hanya dibalas senyuman oleh pemuda itu.

Siapa peduli apa yang orang lain katakan?
Kita tidak bisa hidup tanpa satu sama lain, jadi apa masalahnya?
Kita bisa lebih jatuh cinta lagi bersama

Gadis itu menggigit bibir bagian bawahnya. Suara yang sangat dirindukannya. Suara yang terasa sudah sangat lama sekali tidak di dengarnya. Sudah berapa kali dia bertahan untuk tidak mendengar lagu milik boy group faforitnya itu agar dia tidak selalu terngiang akan Jungkook ?

Jika kamu mulai menyukai orang lain
Jika aku terbiasa tidak bersamamu
Ketika saat itu tiba, ketika itu waktunya
Hanya saat itu kita bisa putus

Cara mencintaimu tidaklah sulit
Jika aku tersenyum sekali lagi dan lebih memperhatikanmu
Cara kita mencintai tidaklah sulit
Jika kita menatap satu sama lain seperti kali pertama untuk setiap waktu

Siapa peduli apa yang orang lain katakan?
Kita tidak bisa hidup tanpa satu sama lain, jadi apa masalahnya?
Kita bisa lebih jatuh cinta bersama
Jika kamu mulai menyukai orang lain
Jika aku terbiasa tidak bersamamu
Ketika saat itu tiba, ketika itu waktunya
Saat itu, saat itu

Entah kamu menginginkannya atau tidak, aku akan menahanmu
Ketika aku terlalu lelah dan bahkan tak bisa berjalan
Ketika saat itu tiba, ketika itu waktunya
Hanya saat itulah kita bisa putus
Hanya saat itulah kita bisa putus

“Bagi Jungkook sunbae, hanya ada dua alasan yang masuk akal agar kalian bisa putus.” Ujar Soobin tanpa memandang Yoojung. Gadis itu sendiri tidak menatap Soobin. Pipinya sudah basah dengan air mata yang mengalir entah sejak kapan. “Jika kau sudah tidak mencintainya lagi, dan jika dia sudah bisa hidup tanpa dirimu lagi.”

Yoojung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Betapa bodohnya dia. Betapa egoisnya dia ? dia membuat keputusan karena omongan orang lain. Dia menyakiti hatinya sendiri, dia membuat Jungkook terluka.

Mengapa dia harus takut dengan masa depan ? karena masa depan tidak bisa diprediksilah yang membuat masa depan ditunggu. Mengapa dia begitu bodoh ?

“Soobin-ah, aku sudah menjadi orang yang bodoh bukan ?” Soobin tersenyum mendengar pertanyaan Yoojung. Akhirnya gadis itu menyadarinya juga.

“Kau sangat bodoh nuna. Karena kau takut untuk mencintainya makanya kau menjadi sangat bodoh.” Jawab Soobin dan mengusap puncak kepala Yoojung. “Dia masih berada perusahaan.”

Mendengar ucapan Soobin, Yoojung segera menghapus air matanya dan melepas earpiece yang terpasang di telinganya kemudian beranjak dari posisinya.

“Gomawo Soobin-ah. Aku harus pergi sekarang.” Tanpa menunggu balasan Soobin Yoojung segara melesat pergi, meninggalkan Soobin yang kini tersenyum miris menatap Yoojung semakin hilang dari pandagannya.

“Terima kasih untuk malam terakhir yang indah, Yoojung-ah.” Gumam Soobin pelan. Tanpa diharapkan cairan bening turun menuruni pipinya yang segera diseka olehnya. “Hah, jangan menangis Choi Soobin. Dia sudah bahagia.” Pria itu segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. “Tolong ya hyung.”

To be continued

Only ThenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang