II

297 46 9
                                    

*

*
*

*
*

"Kau perlu bantuan?" Sasuke mendekat dimana gadis bersurai panjang itu masih terdiam. Tak sampai menunggu jawaban dari gadis di depannya, tangannya terulur mengambil kantong belanjaan yang berada di tangan gadis itu.

"Hinata?"

Gadis bersurai panjang itu menoleh saat mendapati laki laki dengan iris mata sewarna dengannya itu memanggilnya sembari mendekat ke arahnya. Gadis itu tersenyum kemudian menghambur manja kepelukan kakak sepupunya itu.

"Neji-nii, bisakah aku pulang tanpa menunggumu ?" Gadis itu melepaskan pelukannya pada neji dan berbalik memandang kakak sepupunya itu penuh harap. Neji tak mengeluarkan kata apapun, namun dahinya berkerut membalas pertanyaan adiknya.

"Hanabi menunggu," hinata menunjuk kantong belanjanya yang beralih tangan pada sasuke. "Dan akan lama jika harus menunggumu." Hinata memasang wajah masam karena mendapati kakaknya tak segera meng iyakan permintaannya.

Neji sangat mengenal hinata, semua sifat manja hinata maupun hanabi memang sudah mengakar sejak ia kecil. Hinata dan hanabi memiliki rentang usia yang tak begitu jauh, hanabi lebih muda dari hinata 2 tahun. Namun banyak dari kerabat ataupun orang orang yang baru mereka temui mengatakan jika hinata dan juga hanabi lebih terlihat seperti saudara kembar.

Neji mendengus pelan menatap adik sepupunya itu.
"Tunggulah sebentar lagi."
Hinata tak memberikan respon apapun. Wajah masamnya ia pertahankan sesekali menatap layar ponselnya.

"Biar aku yang mengantarnya!"

Perhatian kedua saudara itu tak ayal tertuju pada laki laki bersurai raven yang sedari tadi memperhatikan obrolan kakak dan adik sepupu itu . Tak terkecuali dengan gadis bersurai merah jambu yang masih setia duduk di bangkunya seorang diri. Matanya memang sedari tadi memperhatikan interaksi antara 3 orang yang ia kenal tersebut. Sakura memang tak begitu mengenal hinata, namun karena seringnya ia dan juga sasuke menghabiskan waktu di caffe neji, praktis ia sering juga bertemu dengan adik sepupu neji tersebut. Terlebih saat sasuke mulai sering bercerita tentang kekagumannya terhadap hinata, mau tak mau ia menjadi lebih memperhatikan gadis cantik beriris perak tersebut.

Neji tak langsung menjawab tawaran sasuke begitu juga hinata. Jika hinata lebih menunggu persetujuan dari kakaknya tersebut, namun lain halnya dengan neji, laki laki bersurai coklat itu lebih memilih mengalihkan perhatiannya pada seseorang yang kini tengah duduk berdiam diri dengan perhatian terpusat ke arah mereka bertiga. Bola mata emerald itu terkunci oleh manik perak neji tatkala tatapan matanya tak sengaja bertabrakan dengan mata gadis itu. Namun dengan cepat gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah pengunjung lain. Begitu pula dengan neji, laki laki itu kini lebih memilih menatap hinata dan sasuke bergantian. Ia mendengus keras dan kemudian berlalu begitu saja.

"Terserahmu saja."

Mendengar persetujuan neji membuat senyum di wajah hinata meluap. Dan itu semua tak luput dari perhatian sasuke. Laki laki itu tak bisa untuk tidak ikut tersenyum dengan pandangan yang terus fokus pada gadis itu. Sasuke dengan sigap menarik tangan hinata dengan lembut dengan tangannya yang lain masih sibuk dengan kantong belanjaan gadis itu.

Hinata masih terkejut dengan genggaman erat sasuke di tangannya. Ia menatap kearah laki laki itu yang kemudian membuat wajahnya memanas karena malu. Namun di detik berikutnya ia mengalihkan pandangannya pada gadis merah jambu yang sedang duduk di kursi caffe sendiri. Sasuke yang sadar akan arah pandangan hinata kemudian lebih mengeratkan lagi genggaman tangannya pada gadis itu. Otomatis hinata langsung mengalihkan pandangannya pada sasuke lagi.

"Bukan masalah."

Laki laki itu kemudian membawa hinata keluar dari caffe milik neji tersebut. Sakura bisa mendengar lonceng kecil yang terpasang di atas pintu itu bergemerincing menandakan sasuke dan hinata sudah benar benar keluar. Gadis itu menarik nafas kuat kuat dan kemudian ia hembuskan dengan susah payah. Matanya terasa panas dan dadanya terasa sesak. Bahkan untuk menelan ludahnya saja itu terasa sulit. Ia masih duduk dengan kedua tangannya yang saling meremas. Sakura benci perasaan seperti ini. Ini jelas menyiksa dirinya. Ia mendongakkan kepalanya menatap langi-langit caffe itu. Matanya terasa penuh. Sesuatu yang tak sakura harapkan tiba tiba menyeruak ingin keluar.

Sudut mata itu tiba-tiba saja berembun. Sakura mengusapnya dengan kasar. Ia mengedarkan pandangannya ke pengunjung lain. Ia bernafas lega ketika melihat tak seorangpun yang menatap ke arahnya. Ini sangat memalukan.

Dan sakura tak menyadari jika memang benar benar ada seseorang yang memperhatikannya disaat gadis itu menyeka air matanya.

Sakura mengerjabkan matanya saat dengan tiba-tiba cheese cake dengan krim warna merah muda itu berada di depannya, di atas mejanya lebih tepatnya. Ia mendengus pelan setelah ia mendapati hyuga neji yang duduk di kursi kosong di depannya. Laki laki berwajah datar itu mengingatkannya pada sasuke. Sakura mengenal baik seorang hyuga neji. Meskipun mereka tak berada di fakultas yang sama, namun mereka lebih sering bertemu saat berada di caffe seperti ini.

"Kau mengejekku hn?"
Sakura merengut sambil tangannya bersidekap di depan dadanya.

Neji masih diam, ia hanya mengerutkan dahinya seolah bertanya apa? namun pandangannya tetap fokus pada iris hijau hutan gadis itu.

"Kau tau aku belum memesan apapun? Dan lihatlah! Kau memberikanku ini." Sakura menunjuk dimana kue cantik yang terhidang di depannya saat ini.

"Sama denganmu.... merah muda."
Neji berkata dengan muka datarnya, namun kali ini di iringi dengan senyum tipis laki laki itu. Sangat tipis, hampir tak terlihat.

"Dan juga manis."

Sakura tidak bisa untuk tidak ikut tersenyum, matanya menyipit lucu, setidaknya seperti itulah yang neji pikirkan.

Sakura mengikat rambutnya tinggi tinggi, menggulung lengan kemeja putih yang di pakainya. Tangan mungilnya mengambil sepasang garpu dan sendok kecil di samping kue tersebut, memakan dengan pelan dan sesekali melihat ke arah neji.

"Kau mau?" Ia mengulurkan sendok dengan potongan kue di atasnya dan menawarkan pada laki laki yang sedari tadi memenatap kearahnya itu. Neji menggeleng pelan, ia hanya kembali menatap sakura sebentar dan kemudian beranjak dari kursi itu.

"Habiskan, aku akan mengantarmu pulang."

Sakura masih mencerna ucapan neji barusan, mulutnya terbuka dan matanya masih tak berkedip mengikuti arah laki laki hyuga yang pergi meninggalkannya itu. Sakura masih bisa melihat punggung tegap laki laki itu sebelum ia benar benar masuk ke arah pantry.

Sejak kapan laki laki itu menjadi pemaksa. Dasar!!!

Sakura mengeleng kecil sambil menarik sudut bibirnya sedikit ke atas. Ia menarik nafas lega saat bayangan meremas hatinya itu perlahan memudar. Ia harus mulai berfikir dengan logis. Logikanya tak ada harapan antara dia dan juga sasuke, selain persahabatan mereka.

*
*
*
*

Tbc.

Huhuhu.... aku sebenarnya berat hati ngetik part ini 😑 . Gak syukak sekalee...

👇

ALWAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang