Cheery Blossom: 08

636 119 25
                                    

Kim Jungwoo

Senang rasanya Haru sudah sadar. Ia sadar 7 jam yang lalu.

Aku menyodorkan sendok yang sudah terisi bubur gandum pada Haru. "Haru, kamu makan ya?"

Haru menggeleng, kurasa ia ingin sekali berbicara. Tapi melihat kondisinya, mana mungkin bisa berbicara. Bibirnya membengkak, dan kata dokter, rahang Haru tergeser ke kanan. Tapi anehnya saat dia koma, dia dapat berkata dua kata namunpun tidak terlalu jelas.

Tangan kiri Haru menyentuh punggung tanganku, lalu jarinya menunjuk kearah pintu. Aku mengerutkan dahi, tak paham apa yang dia maksud. "Aku? Pintu? Apa kamu merasakan ada seseorang di balik pintu?"

Haru menggeleng pelan. Kemudian ia menunjuk-nunjuk diriku, lalu menunjuk ke arah pintu. "Pintu? Maksudmu aku harus pergi?"

Haru mengangguk pelan. Aku menggenggam erat tangan kirinya. Aku tidak mau pergi untuk saat ini, aku tidak mau dia merasa bosan sendirian. "Jangan usir aku, saat ini aku ingin di sini." Ucapku terus terang.

Tangan kiri Haru berusaha menggapai tanganku, lalu jari telunjuknya bergerak seperti sedang menulis. Kuperhatikan gerakan jarinya. "Maksudmu, kamu menyuruhku pergi karena kamu malu harus berhadapan denganku? Jangan berkata seperti itu, kamu cantik Haru."

Aku memaksakan senyuman yang terbaik untuk Haru, walapun di rasa perih melihat keadaan Haru.

"Haru, sekarang kamu harus makan. Mark bilang, aku harus memastikan kamu makan makananmu." air wajah Haru terlihat murung, apa aku salah bicara?

Kemudian Haru mengangguk pelan. "Buka mulutmu." Kataku.

Aku menyuapi Haru dengan hati-hati, dan sekelebat memori datang.

"Haru makan ya? Aku suapi mau?"

"Young daddy, mama pernah bilang kalau makanannya masih panas jangan di makan, itu bisa merusak gigi."

"Jadi, aku harus bagaimana?"

"Young daddy boleh menyuapiku kalau makanannya sudah agak dingin."

Haru menekan-nekan punggung tanganku memakai jari telunjuknya. Dia menyadarkanku dari lamunanku. Kulihat dia sudah membuka mulutnya dari tadi. "Maafkan aku karena aku melamun." Kataku sambil menggaruk kepalaku meskipun tak gatal.

🌸

Yukhei diam-diam berkunjung ke gedung pusat untuk menemui Mark. Maksud Yukhei bukan untuk mengganggu latihan Mark, tapi ia harus mengembalikan sesuatu yang menyangkut diri Mark.

Lima belas menit Yukhei menunggu Mark di ruangan VIP yang sering di pakai Yukhei.

Tak lama pintu terbuka dan Mark berdiri di ambang pintu masih dengan handuk kecil yang menganggantung di lehernya bersamaan keringat yang mengalir.

Yukhei mendesis saat melihat Mark dengan kondisi sedang kelelahan. "Sedang latihan?" Mark mengangguk. "Duduklah Mark, aku memanggilmu kemari bukan untuk berdiri di situ."

Mark mengikuti perintah Yukhei, lalu duduk di hadapan Yukhei. "Ada apa, Yukhei hyung memanggilku?" Tanya Mark sambil mengusap keringat di wajahnya.

"Maaf, apa aku mengganggu latihanmu?"

Mark menggeleng. "Aku sedang istirahat." Jawabnya.

Yukhei mengambil napas panjang, kemudian mengeluarkan kalung dengan liontin nama. Ia letakan kalung tersebut di atas meja. "Aku menemukan kalung ini saat tak sengaja menabrak perempuan minggu lalu. Mark Lee, benar itu namamu?"

Mark mengangguk, kemudian menatap tajam Yukhei. "Ini milik Haru, sepupuku. Apa yang sebenarnya kalian lakukan minggu lalu? Mengapa sepupuku di gosipkan berkencan buta denganmu?"

Yukhei terkejut mendengar pertanyaan Mark. "Apa? Bukannya skandalku tentang kencan buta sudah terselesaikan, itupun sudah satu bulan yang lalu. Aku tak melakukan apapun pada sepupumu."

Mark mengerutkan dahinya. "Kamu tidak tahu?" Yukhei menggeleng.

"Jadi semuanya hanya kesalahpahaman dan dampak buruk dari kesalahpahaman itu terjadi pada sepupuku." Lirih Mark. Tak sadar Mark menangis di hadapan Yukhei. "Apa yang terjadi pada sepupumu?" Tanya Yukhei.

Mark menepis air mata yang keluar dari ujung matanya. "Haru koma selama lima hari dan kini sudah sadar, tetapi kulit wajah dan tangan kanannya rusak. Itu akibat kekerasan fisik dari fansmu yang terlalu fanatik terhadapmu, mereka menyangka wanita yang bersamamu adalah Haru."

Sedari Mark menangis, Yukhei berusaha bersikap tenang, tetapi saat Mark menjelaskan keadaan Haru... Sungguh, Yukhei tidak bisa tenang. Masalahnya, ini juga salah Yukhei, dan gosip kesalahpahaman itu juga tidak Yukhei ketahui. "Mark, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak mengetahui hal ini. Minggu lalu saat aku berjalan sendirian, tak sengaja menabrak perempuan dan sekarang aku mengetahui bahwa perempuan itu adalah Haru, sepupumu. Sungguh, aku tak melakukan hal yang lain. Sepupumu juga terburu-buru dan langsung pergi. Mark, maafkan aku."

Mark menggeleng dan berusaha tersenyum pada Yukhei. "Jangan minta maaf padaku. Mintalah maaf pada Tuhan, Haru dan fansmu. Aku ambil kalung milik Haru, dan aku izin pamit. Sebentar lagi jam istirahatku berakhir. Terima kasih Yukhei hyung."

🌸

Byun Haru

Aku sangat benci karena harus berlama-lama tidur di rumah sakit, dan mengapa harus Jungwoo yang kulihat setiap aku bangun tidur?

Aku tidak menyalahi keberadaan dia, namun aku risih dengan tatapan ibanya.

Dan, syukurlah untuk kali ini aku tidak melihatnya di saat bangun tidur.

Satu jam berlalu dan kegiatanku hanyalah menatap langit-langit bangsalku. Jujur saja, ini sungguh membosankan. Tak ada yang bisa kulakukan selain menggerakan tangan kiriku dan menatap kesekelilingku.

Kemudian rasa haus menyerang diriku. Aku harus sabar, karena nakas sebagai tempat menaruh gelas berisi air berada di sebelah kananku.

Tangan kananku mana mungkin dapat menggapai gelas, menggeser tanganku saja masih sangat perih.

Demi hilangnya haus, aku berusaha meraih gelas dengan tangan kiriku. Tidak sampai, masih sangat jauh.

Kemudian aku mendengar pintu terbuka, kukira Jungwoo datang, jadi kumintai tolong padanya. "Jungwoo, tolong." Kataku dengan suara yang tidak jelas. Aku tidak melihat kearah pintu, karena aku masih fokus meraih gelas.

Tetapi. "Jangan bergerak, akan kuambilkan untukmu."

Suara itu bukan milik Jungwoo dan trauma datang menyerang diriku.

ILY❤
Kim Jungwoo✖Byun Haru

Give Me a Cheery Blossom
19_03_15

Miuna Lee

[The End] Give Me a Cherry Blossom ✖ Kim Jungwoo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang