BAB 2

793 18 0
                                    


Istirahat makan siang ini Hana mengajak Sita ke kantin kantor. Meski ada pantry, kantin tetap menjadi tujuan nomor wahid bagi pegawai di sini untuk urusan makan. Kantin ini terletak satu lantai di bawah ruang kerja Sita. Cukup luas dan terasa nyaman karena ada beberapa tumbuhan di sana. Karena belum mengenal banyak orang, Sita menurut saja saat Hana menyeretnya ke satu meja yang telah di isi dua orang, salah satunya Indri.


Orang yang bersama Indri namanya Aleeya, dari bagian personalia juga. Aleeya memiliki wajah cantik, ia cukup berani dengan memakai lipstick merah. Tebak Sita, pasti banyak pegawai laki-laki yang menaruh hati pada Aleeya. Baru mengobrol sebentar, Sita bisa tahu bahwa Indri memiliki sifat keibuan dan mengayomi. Sementara Aleeya cukup pendiam, berbeda dengan tampilannya.


"Kalian terusin makan, ya! Mbak mau pergi dulu." Indri bangkit dari duduknya. Aleeya yang tidak ingin ditinggal sendiri mengikuti jejak Indri untuk pamit pada Sita dan Hana.


"Mbak Indri kok buru-buru banget? Istirahatnya kan masih agak lama."


"Mbak Indri kan setiap jam segini jemput Salma," jawab Hana. Sita mengerutkan kening. Salma? Pegawai kantor ini juga? Lalu kenapa Mbak Indri harus menjemputnya? "Salma itu anaknya Mbak Indri," ucap Hana seperti bisa membaca pikiran Sita.


Sita mengangguk paham, lalu selintas pertanyaan muncul di kepalanya.


"Han, Fajar kok keliatannya segan gimana gitu ya sama manager kita? Kesannya kayak nggak suka malahan."


"Pak Ardian?" Sita mengangguk, dia sangat penasaran dengan sosok atasannya tersebut.


"Bukan cuma Fajar, sih. Aku, Mas Akbar, bahkan orang-orang di divisi lain agak gimana gitu sama dia. Sifatnya itu, lho, super perfeksionis. Terus orangnya dingin dan semua hal harus sesuai sama kemauan dia, nggak bisa dibantah," ujar Hana semangat. Sita hanya mangut-mangut.


"Berarti orangnya bossy banget, ya?" tanya Sita yang dibalas anggukan oleh Hana.


"Kamu kalau berhadapan sama dia, jangan banyak ngebantah, nurut aja! Daripada kamu kena marah."


"Oh iya, Han, Mas Akbar umurnya berapa, sih? Fajar yang selisih satu tahun aja nolak dipanggil mas, tapi Mas Akbar fine-fine aja."


Hana meletakkan sendok dan menghitung dengan tangannya.


"Sama kita sih jaraknya tiga tahunan gitu," jawab Hana.

Selesai makan, Sita dan Hana menyudahi obrolan mereka. Segera kembali ke ruangan untuk mengerjakan tugas-tugas yang sudah menumpuk.


***


Malam ini Sita tidak bisa tidur awal. Jika kemarin karena ia harus mengerjakan tugas dari Pak Ardian, mala mini berbeda. Sejak selesai salat isyak, Sita sudah memosisikan tubuhnya di ranjang, namun matanya tidak segera terpejam. Pikirannya penuh dengan sosok Pak Ardian, atasannya yang belum ia ketahui sosoknya. Masalahnya foto profil yang Pak Ardian pasang hanya menampakkan siluet, pun sedikit blur.

Boss IssuesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang