Pagi itu adalah awal masuk semester awal. Karena sistem sekolah menerapkan pengacakan untuk pembagian kelas. Maka pagi itu aku was-was, bergegas mencari jurnal pembagian kelas.Bukan apa-apa hanya saja aku bukan orang yang mudah bergaul. Bahkan dua tahun lalu aku hanya dekat dengan dua orang teman.
Aku tak suka basa basi, aku juga tak suka orang yang hanya singgah lalu pergi. Karena kebanyakan orang yang kutemui hanya datang ketika membutuhka sesuatu.
Menyalin PR salah satunya. Ah aku malas, dengan orang seperti itu.
Hanya Rahma dan Asih yang bisa dibilang teman dekat. Ketika banyak orang menilai aku anak nerd, mereka menggapku gila.
Memang sih, aku suka melakukan hal tidak jelas kemudian menertawai diriku sendiri. Yah, menurutku melihat orang tertawa karenaku itu menenangkan. Cobalah.
"Eh, Zee. Kita sekelas lagi anjirrr.."
Aku menoleh ke belakang. Aksara sudah berdiri di belakangku menatap jurnal yang baru saja aku lihat.
"Hmm, mimpi apa ya gue semalem sampai sekelas lagi sama lo!"
"Mimpi ketiban pangeran ganteng pasti," ucapanya penuh keyakinan.
"PE-DE!!"
Setelah mengatakan itu, aku segera masuk kelas karena tak ingin senyumku tertangkap olehnya. Karena setengah hatiku senang dengan takdir ini.
===
Tanpa aku tahu, ternyata takdir tersebut membawa penyesalan
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember
Short StoryKatanya, menulis berdasarkan pengalaman akan lebih menyentuh. Benarkah?