3. Tidak Seperti Manusia

11 4 0
                                    

      Rina tidak tahu harus memulai percakapan apa lagi, aku tidak tahu untuk siapa usaha kerasnya mencari topik pembicaraan. Aku sangat berdoa usaha keras itu bukan untukku, melainkan karena usahanya ingin mendekati Dico, semoga saja begitu. Karena aku tahu betul kalau Dico sangat menyukai Rina.

Rina yang masih menghadap ke tempatku duduk dengan Dico, meski pun harapanku adalah Lucy yang menoleh dan mengajak ngobrol. Tapi lagi-lagi aku harus berjaga jarak dengan Lucy.

"kamu baca bukut Holmes ya, Ta?" tanyanya

"iya Rin" jawabku seadanya

"Rin, minggu ini temanin aku yuk, ke toko buku," sela Dico

"boleh aja sih, emang mau beli apa?" tanya Rina

"komik heheh" jawab Dico dengan sedikit memajukan posisi duduknya menatap serius Rina.

"oh, Arata mau ikut ga?" tanya Rina padaku dengan menggeser sedikit posisi duduknya menjadi benar-benar menghadap padaku.

"engga, sibuk" jawabku singkat lagi.
        
      Aku bersikap dingin dan cuek bukan semata-mata karena sifat asliku, tapi juga di dasari rasa ketidak enakan hati, karena Dico sangat menyukai dan mencintai Rina, dan aku terikat suatu perjanjian.

Meski pun dia cukup dingin kepada banyak wanita, dia bersikap sangat terbuka dan hangat ketika bersama dengan Rina. Menurutku seseorang yang sedang jatuh cinta adalah orang yang dapat mengubah sifatnya ketika berada dekat dengan orang yang bersangkutan.
       
         Sebelum bel pulang ada pengumuman yang sangat menyenangkan mengenai libur sekolah, meski aku adalah orang yang gila belajar, tapi tentulah aku suka liburan, tempat belajar terbaikku adalah rumah.

Sekolah dengan waktu belajar yang padat membuat otakku tidak dapat ber-regenerasi dan tidak dapat pula menyerap secara keseluruhan. Bukan berarti juga aku bodoh, tapi pola belajar yang baik memang tidak dengan waktu yang cukup panjang.

       Pulang sekolah dalam perjalanan aku kembali menikmati rintik-rintik air. Gerimis sudah benar-benar menjadi penikmat hidup pula menjadi penyejuk di tengah panasnya kota. Aku benar-benar menikmatinya.
      Ketika aku ingin berbelok arah, Lucy dengan pacarnya siswa kelas 3, yang juga seniornya di eskul film. Mereka melintas tepat saat aku ingin berbelok arah. Andi bisa di bilang orang paling populer, tampan, tubuhnya ideal, dan tentulah saat bersanding dengan Lucy sangat-sangat cocok.

"hai Ta, duluan ya" sapa Lucy dengan senyum tipisnya, dan tangannya yang masih dalam genggaman hangat Andi, di temani oleh sebuah payung di tangan kiri andi untuk mencegah keduanya dari basah gerimis, yang perlahan sudah akan menjadi hujan.

"nunggu siapa bro?" tanya Andi

"ini kak, lagi nunggu teman" jawabku tanpa menatapnya, sembari menengok kanan kiri seolah benar-benar sedang menunggu.

"yaudah duluan ya," lanjutnya
       
       Rasanya memang tidak enak melihat seseorang yang kita cinta jalan dengan orang lain, yang dalam perbandingan saja sangat berarti selisih jauh. Seumpama bumi dan langit, Andi lebih segala-galanya dariku.

Tapi, itulah yang aku harapkan, perjanjian yang mengikat diriku seolah-olah membuatku hidup tidak
seperti manusia.

"Arata, sebentar" panggil Rina tak lama setelah Lucy melintas

"kenapa?" jawabku kemudian berbalik badan dan kembali berjalan.

"ih tunggu" ucapnya sembari berlari kecil mengejarku

"iyaa kenapa?" tanyaku menoleh padanya

"aku mau jalan sama kamu, gapapa sepanjang jalan ini aja, atau engga nemenin kamu sampe rumah," ujarnya sembari menunduk, namun nampak pula pipinya memerah

"bukannya kamu ada janji sama Dico?"

"aku batalin,"

"ah yaudah lah, aku temenin kamu sampe rumah aja, tapi jalan gapapa kan?"

"gapapa lah, kalo sama kamu yaa gapapa, seneng kok" ujarnya dengan melihatku, tidak lagi menunduk
     
       Cuaca menjadi buruk, gemuruh sudah mulai berdatangan disertai air hujan yang cukup deras. Rina mengeluarkan payung dari tasnya, dia memayungiku sepanjang jalan. Lagi, dan lagi aku harus bertahan untuk tidak simpati padanya.

Namun, situasi benar-benar memaksaku untuk memberikan jaket agar ia tidak kedinginan. Wajahnya pucat, batuk dan flu sudah menunjukkan gejalanya, tidak ada pilihan lain, aku harus benar-benar mempedulikannya.

"kenapa kamu benar-benar mencintai Lucy?" tanyanya setelah aku memakaikan jaket

"tidak tahu, beberapa orang berpendapat cinta tidak perlu alasan" jawabku

"seharusnya punya alasan," selanya
dengan nada tinggi

"mengapa? Bukankah yang orang lain katakan benar? Kalau kita mencintai orang lain karena cantik, saat suatu hari nanti dia tidak cantik lagi, itu bisa jadi alasan kita meninggalkan," ucapku sembari memegangi pundak kirinya sedikit merangkul, karena dia nampak sangat kedinginan, dan tidak ada tempat teduh di sekitar.

"jangan katakan itu adalah cinta. Cinta adalah menerima apa adanya. Saat kamu bisa menerima orang itu dalam kelebihan, kamu juga harus menerima dalam kekurangannya. Lucy cantik, itu mungkin alasan kamu mencintainya. Tapi saat dia menjadi buruk rupa, tapi kamu berpaling, berarti kamu berbohong, jadi perasaan kamu selama ini hanya sekadar kagum. Tapi bisa dikatakan benar-benar cinta adalah ketika kamu bisa menerimanya," ujarnya

"pembicaraan ini cukup serius ya, dan lagi pula itu hanya pendapatmu," kataku sembari tertawa singkat

"ya baiklah, oiya mengenai tugas pembuatan film, apa kamu udah punya kelompok?" tanya Rina menganti topik pembicaraan

"belum," jawabku

"ikut dengan kelompokku saja, mau kan?" ajaknya menarik-narik seragamku

"ga tertarik," kataku menolak
        
         Jarak menuju rumahnya masih cukup jauh apa lagi dengan berjalan kaki, tapi dia terlihat menikmati meski kondisi tubuhnya tidak baik. Kebohongan terus dia berikan, aku mengetahui tujuannya adalah ingin membuatku tetap tenang dan tidak terlalu mengkhawatirkannya.

Meski pun aku tahu hal ini, tetap saja aku tidak akan bersikap lebih padanya. Semoga jawaban-jawaban dan responku yang seadanya dapat membuat dia tidak lagi bersikap hangat padaku.

Setelah aku menolak ajakannya, ia terdiam dan hanya dapat menunduk meski sesaat ia menengok melihat gedung-gedung yang tertutup kabut.

Thanks

Love In MuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang