11

13.6K 419 5
                                    

Sinar matahari menyilaukan mata. Mau tidak mau membuat Aron terusik bangun. Dilihatnya sesosok wanita yang terlelap dalam dekapannya sejak semalam.

Setelah perdebatan yang bagai tiada habisnya. Ameera dengan berat hati tidur sekamar dengan Aron. Tapi lihatlah sekarang siapa yang tidak bisa lepas dari dekapan pria itu.

Aron mendengkus sebal. Teringat betapa keras kepalanya wanita itu, namun menggemaskan disaat bersamaan.

Dirasanya wanita itu makin mengeratkan pelukan ditubuhnya. Tidak lupa dengan kaki yang tidak sengaja membangunkan sesuatu dibawah sana membuat Aron menahan dirinya untuk tidak menerkam wanita itu dengan kasar.

Sial! Menghirup aroma tubuh Ameera memang memabukkan dan menyiksa jika ditahan.

Dengan hati-hati Aron melepaskan pelukan wanita itu ditubuhnya.

Ameera menggeliat pelan lalu kelopak matanya terbuka.

Masih mengumpulkan kesadaran ketika matanya bertatapan langsung dengan Aron yang menatapnya intens.

Wajah Ameera memerah, lalu ia menyembunyikan wajahnya di dada pria itu.

Aron terkekeh pelan. Dibauinya Aroma apple berasal dari rambut gadis ralat wanitanya itu.

__

"Bu, aku titip Ameera disini sebentar. Sekitar beberapa hari lagi aku kembali." Aron buka suara ketika ketiganya sedang duduk diruang makan.

Hilda menatap Ameera sebentar sebelum memusatkan perhatiannya pada putra tunggalnya itu.

"Ada urusan?" Heran Hilda.

Aron tampak diam sejenak. Sebelum mengangguk--mengiyakan.

Ditatapnya Ameera yang tampak menundukkan kepala, dengan piringnya yang masih terisi penuh.

"Tidak makan?"

Ameera mengangkat kepalanya.
"Tanya si--apa?" Gugupnya.

"Siapa lagi jika bukan dirimu? Ibu ku bahkan sudah akan selesai."

"Maa--f.." Takut-takut Ameera menjawab. Bahkan tangannya saling meremas diatas pahanya.

Hilda memandang keduanya bergantian. Lalu menghela napas pelan. Tampaknya Ameera merasa tertekan didekat anak lelakinya itu.

"Ameera ingin makan apa sayang?" Tanya Hilda lembut.

Ameera mendorong piring makannya kedepan.
"Ingin bubur ayam ma.." Katanya pelan.

Aron menghentikan makannya lalu akan beranjak ketika Ameera menahannya.

"Mau kemana?"

Aron membalikkan tubuhnya menghadap Ameera. Lalu ditatapnya wanita itu dalam.
"Bukankah kau ingin makan bubur, kenapa bertanya lagi?" Aron mengucapkannya dengan nada normal. Namun entah kenapa Ameera merasa bersalah pada pria itu.

"Habiskan makananmu dulu, Ame masih bisa menung--"

"Tapi bayimu tidak." Potong Aron.

Ameera bungkam karena perkataan pria itu memang benar adanya.

"Tidak apa-apa, nak. Aron akan melanjutkan makannya nanti, jadi Ameera tenang saja ya." Hilda akhirnya berinisiatif menengahi. Lalu meminta Aron pergi dengan gerakan mata.

Dilihatnya punggung Aron menjauh membuat Ameera merasa tidak nyaman. Beruntung Hilda dan pria itu mau memakluminya keadaannya.

"Makasih mama.." Ucap Ameera tulus.

Hilda hanya balas tersenyum.

PREGNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang