Perempuan itu terus berlari, melewati lorong gang sempit untuk menghindari dua orang laki-laki bertubuh gempal yang sedang mengejarnya. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat mereka.
Napas perempuan itu mulai tercekat, kakinya terasa sakit, ada luka kecil di sela-sela kulit telapak. Hampir seluruh wajahnya dipenuhi dengan peluh, namun ia tak peduli dan terus berlari.
"Heh! Lentera! Berhenti!"
Teriakan dari salah satu pria yang mengejarnya membuat Lentera melangkahkan kakinya lebih cepat lagi. Seluruh tubuhnya sudah terasa sangat sakit, dan deru napas Lentera juga sudah terdengar tidak beraturan. Tapi itu tidak membuatnya menyerah, Lentera masih terus berlari menghindari mereka.
Setelah melewati beberapa gang, Lentera berhasil sampai di tempat yang terlihat lebih ramai dari gang tersebut. Ada banyak jejeran mobil yang terparkir di sana, dan ia bersyukur karena kedua laki-laki itu terlihat kesulitan mengejarnya.
Melihat jarak mereka yang sudah mulai menjauh, Lentera berhenti sebentar sambil meraup udara sebanyak-banyaknya untuk memenuhi seluruh paru-paru yang terasa sakit. Kedua tangan Lentera bertumpu pada lutut, berusaha menahan berat tubuhnya.
"Kayaknya gue harus sembunyi," gumamnya lirih dengan napas putus-putus.
Lentera mulai putus asa, tenaganya pun mulai terkuras. Ia berusaha mencari persembunyian. Lantas mengedarkan pandangannya ke segala arah, Lentera melihat ada beberapa jejeran mobil di belakang tubuhnya. Memilih bersembunyi di antara sekat mobil satu dan mobil lainnya, Lentera berjongkok di sana, tapi dilihat dari posisinya saat ini, kemungkinan dua orang itu untuk menemukannya akan sangat mudah.
Lentera menggeleng tidak ingin menyerah. "Gue gak bisa sembunyi di sini." Ia tak yakin bisa kabur dari kejaran orang-orang itu. Apalagi dengan napasnya yang sudah sangat berantakan. "Gue harus apa?"
Lantas tanpa sengaja lentera menarik handle pintu pada salah satu mobil di depannya, yang sontak saja membuat matanya terbuka lebar. Lentera membekap bibir, tak menyangka kebetulan itu terjadi. Mobil yang ada di depannya saat ini tidak terkunci. Entah memang kebetulan atau semesta sedang membantunya, yang Lentera tahu ia harus segera masuk ke dalam mobil itu.
Bersembunyi di bawah kursi penumpang bagian belakang, Lentera bisa melihat kedua pria yang mengejarnya tadi berhenti tepat di samping mobil itu. Seketika debar jantung Lentera berdetak semakin kencang. Ia menahan napas, semakin merunduk agar tidak terlihat. Matanya terpejam erat, bibirnya menggumamkan doa.
Namun bersamaan dengan itu, pemilik mobil yang saat ini ia tumpangi masuk ke dalam mobil dan duduk di balik kemudi. Lentera terkesiap saat suara mesin mobil terdengar, sontak ia membuka mata, gelagapan, apalagi saat mobil itu tiba-tiba melaju meninggalkan dua orang yang mengejarnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lentera
RomanceDi dalam hidupnya, menikah dengan Gianza adalah hal yang paling membahagiakan untuk Gadis, tidak peduli jika usia mereka masih muda. Gadis sangat menyukai Gianza, bahkan jika Gianza selalu bersikap dingin padanya. Namun, saat Gianza menyaksikan Gadi...