Ditinggal
"Gadis my lopeeeeee ...." adalah teriakan Tiara-sahabatnya sejak SMA, itu yang Bunda katakan karena sesungguhnya Gadis tidak mengingat apa pun terkait masa lalunya, pun dengan wanita ini.
Tiara menghambur memeluk dirinya, menyentuh wajah Gadis berulang-ulang, memastikan kalau hanya ada luka di dahinya saja yang bisa merusak kecantikannya. Selain dahi, Gadis juga mengalami luka di tangan dan kaki, sampai saat ini Gadis belum bisa berjalan karena ada saraf yang masih terganggu, tapi bukan berarti Gadis mengalami kelumpuhan.
"Ya Tuhan, Dis ... kenapa bisa kayak gini sih? Kenapa kening lo diperban? Sakit gak itu?"
Gadis menyengir kaku, melirik Bunda yang hanya tersenyum seraya membelai rambutnya. Bersama Bunda, ia saja masih merasa asing, kini Gadis harus dihadapkan lagi dengan wanita asing lainnya yang sangat berisik dan mengganggu.
"Katanya lo lupa ingatan ya, Dis? Bener gak? Lo gak inget gue?"
Kedua bola mata Gadis bergerak gusar, ia hanya bisa tersenyum kaku tanpa mau berbicara. Gadis bingung dan tak paham siapa wanita cerewet di sebelahnya ini.
"Inget gak kita temenan udah berapa lama? Terus makanan favorit gue apa?"
"Tiara ...." Bunda memanggilnya, membuat Tiara berpaling ke arah Bunda.
"Iya, Bunda?"
"Gadisnya masih bingung, kamu pelan-pelan aja ya, Gadis belum bisa inget apa-apa," ujar Bunda memberi pengertian. Tiara mencebik sedih. "Jangan paksa Gadis buat inget dulu."
Menatap Gadis dengan linangan air mata, tak lama Tiara menumpahkan air bening itu hingga sesenggukan, membuat Gadis semakin merasa tak nyaman berada di dekat wanita itu. Gadis menggeliat saat Tiara memeluknya.
"Ya Tuhan ... kenapa Gadis jadi gini? Kasian temen hamba, Ya Tuhan," rancau Tiara sambil sesekali menyusut tangisnya. "Ya Tuhan, hamba mau Gadis cepet sembuh biar bisa diajak main lagi." Lalu mengurai pelukan mereka.
Gadis yang memang tidak ingin berbicara selain bersama Bunda hanya diam.
"Jadi Gadis beneran gak inget Tiara, Bunda?" tanyanya pada Bunda.
Bunda membalas dengan anggukan kepala, raut wajahnya tampak sendu. Tidak terbayang kalau kecelakaan itu merenggut ingatan Gadis. Apalagi semua hal Gadis lupakan sampai pernikahannya dengan Gianza pun tidak wanita itu ingat.
"Gak apa-apa lo lupain gue sekarang, Dis." Tiara menyusut tangisnya, menatap Gadis penuh semangat. "Tapi gue bakalan bantuin lo buat inget gue lagi, biar lo inget sama semuanya juga."
Gadis mengangguk, tampak linglung. Dokter bilang seminggu pertama memang waktu paling sulit untuk penderita amnesia, mereka butuh penyesuaian sebelum kemudian membentuk ingatan baru. Maka itu, Gadis tak bisa berbicara pada orang lain selain dengan Bunda. Ia masih bingung.
"Jangan bilang lo juga lupa ulang tahun gue, Dis?" Tiara menghapus air matanya yang ada di pipi. "Please, lo gak boleh lupa yang satu itu, lo gak boleh lupa kalo ulang tahun gue kali ini, lo bakalan ngadoin gue lipstik YSL yang terbaru," rengeknya.
Bunda tergelak karena celotehan Tiara barusan. Kedua perempuan itu memang memiliki sifat yang berbeda, tapi anehnya hanya Tiara yang bisa bertahan dengan sifat Gadis. "Ya udah, kalo gitu Bunda tinggal sebentar ya, Tiara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Lentera
RomanceDi dalam hidupnya, menikah dengan Gianza adalah hal yang paling membahagiakan untuk Gadis, tidak peduli jika usia mereka masih muda. Gadis sangat menyukai Gianza, bahkan jika Gianza selalu bersikap dingin padanya. Namun, saat Gianza menyaksikan Gadi...