Part 6

817 99 12
                                    

Remake: CRYING
By;NurtiniChan

Tittle:
CRYING

Main cast: Mean Phiravich
Plan Rathavit

Gender: Percintaan,Romance.
W

arning:boyxboy,boylove,yaoi,bl.

   Author:byyemy

Jauh di seberang sana yaitu di sebuah bandara di Kanada. Plan dan keluarganya telah sampai dengan selamat setelah hampir satu hari menempuh perjalanan dari Bangkok ke Kanada .

***

"Planie," panggil sang ibu Plan.

"Ya, Mae," jawab Plan menoleh ke arah ibunya.

"Ayo kita keluar, di luar sudah ada mobil yang menunggu," ucap mae nya Plan.

"Ya, Mae," angguk Plan lalu menarik koper miliknya.

Terlihat di luar bandara itu sudah tersedia mobil yang sudah menunggu kedatangan mereka di Kanada sejak beberapa menit yang lalu.

"Ayo," kata Mae menuntun Plan menuju mobil silver warna putih tersebut. Lalu mereka pun masuk ke dalam mobil setelah itu mobil pun melaju dengan kecepatan sedang.

Tak butuh waktu yang lama mereka pun telah sampai di depan sebuah gerbang rumah berwarna hitam yang menjulang tinggi ke atas. Plan sempat terperangah dengan tingginya gerbang itu apalagi ia bisa melihat bangunan di depannya yang begitu megah dan dikelilingi oleh berbagai macam jenis bunga seperti mawar, tulip dan bunga yang Plan tidak tau apa itu namanya, serta sebuah kolam kecil yang memiliki air mancurnya. Plan kagum dengan interior rumah yang akan ditinggalinya itu yang menurutnya begitu indah dan mengagumkan. Akan tetapi itu hanya untuk sesaat sebelum Plan kembali terdiam lagi.

"Mae, apa kita akan tinggal di sini?" tanya Plan setelah mereka turun dari mobil.

"Ya sayang. Kita akan tinggal di sini karena ini adalah Mansion milik Pho mu. Apa kau suka?" tanya Sang ibu kepada Plan.

Jika boleh jujur Plan memang menyukai Mansion milik Pho nya itu. Akan tetapi Plan jauh lebih suka dengan rumahnya yang ada di Bangkok ketimbang harus tinggal di rumah megah nan mewah namun suasananya akan terasa sepi. Karena Plan juga masih belum terbiasa dengan tempat baru ataupun rumah baru. Apalagi saat ini ibunya langsung bertanya seperti ini padanya, maka ia bisa menjawab apa. Plan hanya bisa diam sambil memperhatikan rumah barunya itu. Sedangkan Sang ibu tahu jika putranya itu belum terbiasa dengan tempat tinggal barunya itu.

"Planie," panggil sang ibu pelan.

"Eoh, rumahnya bagus Mae," jawab Plan tersenyum simpul.

"Kau tidak bisa membohongi Mae kan, Plan. Mae tau kau belum terbiasa 'kan?" ucap sang ibu mengelus surai Plan.

"Tidak Mae, rumahnya sangat bagus," kata Plan lagi.

"Ya Msnsionnya memang bagus, tapi apa gunanya jika Mansionnya hanya bagus jika putra Mae tidak suka hum,"

"Tidak Mae. Aku bukannya tidak menyukai rumah ini, rumahnya bagus aku suka, hanya saja. Hanya saja, saat ini yang ku pikirkan hanya dia," kata Plan menunduk merasa bersalah tidak bisa menjawab pertanyaan ibunya.

"Dia siapa hum? Ceritakanlah, siapa tau Mae bisa membantumu,"

"Mean, Mae. Aku merasa sangat bersalah kepadanya. Aku pergi tanpa berpamitan padanya. Dan kemarin aku melihatnya di bandara, Mae. Dia menangis, aku melihatnya menangis memanggil namaku. Aku merasa sangat bersalah Mae, aku jahat Mae, aku jahat karena aku membuatnya menangis karena diriku," kata Plan yang sudah meneteskan air matanya.

"Aku sudah berjanji untuk selalu bersamanya. Dan akan selalu berada disampingnya untuk selalu membuatnya tersenyum. Tapi apa yang telah kulakukan Mae. Aku meninggalkannya dan membiarkannya menangis di sana sendirian di depan mata kepalaku sendiri," sambung Plan lagi dengan suara isak tangisnya.

"Aku jahat Mae, aku jahat!" tangis Plan pecah. Plan sudah tidak dapat membendung air matanya lagi yang menguak ingin keluar.

Ny.Rathavit, yang mendengar cerita putranya hanya bisa memeluk Plan sambil menepuk-nepuk punggung Plan.

"Sudahlah Planie. Mae mengerti perasaanmu. Mae tau kau sebenarnya juga tidak tega meninggalkannya sendirian di sana bukan. Tapi kau juga tidak bisa kembali ke sana. Percayalah, jika Mean memang sudah ditakdirkan bersamamu, maka Mae yakin ia tidak akan pergi kemanapun atau berpaling darimu," yakin Ny.Rathavit mencoba menenangkan hati putranya.

Sedangkan Tn.Rathavit  yang tadinya sibuk dengan barang-barangnya kini bingung melihat istri dan anaknya yang saling berpelukan. Apalagi ia bisa melihat jika putranya sedang menangis di dalam pelukan istrinya. Tn.Rathavit pun menghampiri keduanya istri serta putra yang teramat ia sayangi.

"Hey.. hey.. ada apa ini? Kenapa dengan Plan, sayang? Kenapa Plan menangis?" tanya Tn.Rathavit bingung melihat putranya menangis tiba-tiba dan di peluk oleh istrinya itu.

"Planie kau kenapa hum?" tanya Tn.Rathavit langsung kepada Plan.

"Ahh... Planie. Planie tidak apa-apa sayang. Planie hanya belum terbiasa di sini. Benar kan Plan?" kata Ny.Rathavit sambil merapikan anak rambut Plan. Plan mengangguk.

"Eum, Plan baik-baik saja Pho,"

"Baiklah Planie. Pho pikir kau kenapa-kenapa. Pho minta maaf. Pho tidak tau kalau kau akan menangis karena hal ini. Pho benar-benar minta maaf, hum," kata Tn.Rathavit. Menghampiri Plan lalu membawa Plan ke dalam pelukannya.

"Tidak apa-apa Pho," kata Plan namun air matanya justru kembali terjatuh membasahi pipinya.

Ya, Plan kembali menangis. Ia benar-benar beruntung bisa memiliki kedua orang tua yang begitu menyayanginya. Namun ia ia sedih karena bagaimana keadaan Mean saat ini pikirnya dalam hati.

***

4 Tahun Kemudian

Di sebuah universitas Bangkok. Di dalam sebuah kelas terdengar suara gaduh yang terdengar begitu ribut mengetahui jika dosen mereka kali ini sedang berhalangan hadir karena mengetahiu sedang memiliki urusan lain di luar. Jadi bisa dikatakan kelas itu saat ini sedang kosong mengingat tidak ada dosen yang datang untuk mengajar mereka. Di antara murid-murid itu terdapat tiga murid pria yang sama sekali tidak peduli dengan keributan yang ada di kelas itu. Mereka justru sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Setelah hampir tiga tahun mereka berbeda kelas kini ketiga pria itu kembali dipertemukan dalam kelas yang sama siapakah ketiga pria itu?




TBC:

Publish:18-03-2019

CRYING  "Meanplan Ver" ✔ [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang