One

12 3 1
                                    

Tahun ajaran baru.

Selamat tinggal masa putih-biru. Sekarang Alena —atau yang biasa dipanggil dengan Lena—, bisa merasakan masa-masa kejayaan di umur remajanya. Padahal, gak ada yang seru juga. Hhhh...

Rabu pagi ini, dia benar-benar bangun lebih pagi dari bisanya. Yaiya dong, masa orientasi sekolah itu gak boleh di skip. Apalagi ada atribut yang ia kenakan. Dari menguncir rambut sesuai tanggal lahir, —which is harus ada 15 kunciran di rambutnya— name tag segede gaban yang berhasil nutupin semua bagian depan tubuhnya, dan segala makanan dengan nama yang dipelintir oleh anggota OSIS, yang harus dibawa selama MOS ini. Dan ini adalah hari terakhir.

Sesampainya ia di sekolah, baru banget lewatin pagar sekolah, ya kira-kira baru tiga langkah laah, dia sudah berhasil dibuat terkejut karena suara klakson mobil, yang sumpah, lebay abis.

Tinnnn....

"Yee! Biasa aja dong!" Omel Lena, lalu memundurkan langkahnya.

Orang yang mengendarai mobil itu, menurunkan kaca, begitu mobilnya sejajar dengan wajah Lena.

"Jalan pake mata!"

"Jalan mah pake kaki, bego! Pake mata, berdarah nanti!" Balas Lena gak kalah galak.

Sekolah Lena gak bisa dibilang sekolah biasa juga sih. Dibilang sekolah yang wah banget juga nggak, jadi ya ada di tengah-tengah lah. Jadi, memang ada beberapa siswa yang mengendarai mobil ke sekolah. Biasanya yang kaum begitu. Paham kan?

Setelah membentak siapapun orang yang hampir menabraknya tadi, Lena sudah berada dikelas, berusaha ramah dengan siswa-siswi yang kebetulan juga sudah hadir dikelas.

"Hai! Gue Lena." Tutur Lena kepada cewek yang duduk di bangku depan bangkunya, sambil mengulurkan tangannya.

"Euh? Hai, gue Irana." Jawab cewek itu, lalu menyambut tangan Lena.

"Mulai sekarang kita temenan ya. Walaupun udah sekelas dari dua hari yang lalu, tapi, gue baru niat ngajak lo kenalan hahaha. Nanti makan siang sama gue." Balas Lena, semangat 45.

Setelah basa-basi kenalan yang didominasi oleh Lena yang super semangat, disini lah mereka sekarang. Di lapangan sekolah, siap nerima ocehan, dan titah-titah gak jelas dari senior. Grrr...

Dimulai dengan pengecekan atribut, sampe ke hal yang paling gak penting. Ditanya-tanya sampe nangis. Lebih ke arah dibentak sih bukan ditanya.

"Lo!" Tunjuk salah satu anggota OSIS kelas 12 kearah Lena.

"Gue kak?" Jawab Lena, sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Wuih, jago nih yang ini. Berani pake gue-gue-an, Le!" Kata seorang kating aka kakak tingkat, yang kulitnya agak gelap.

Dan seseorang yang dipanggil dengan sebutan 'Le' datang menghampiri Lena dan si kating tadi.

"Sana, Ge. Ini gue aja yang urus."

"Siap! Tinggal nunggu banjir air mata aja gue mah."

"Dih, yakin banget lo, gue bakalan nangis?" Sergah Lena, yang merasa bahwa dirinya sedang disindir.

"Oh gak bakal nangis nih brarti lo?" Tanya cowok tinggi didepannya.

Sumpah, ini orang makan galah bambu kali tiap hari, tinggi banget. Mana cungkring. Didorong Lena dikit juga kayaknya mah bakalan jatoh.

oddly oddTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang