Five

12 2 0
                                    

Semester ganjil sudah berakhir. Itu berarti semua senior di SD, SMP dan SMA Prestasi School, sudah tidak berada di mode santai. Pulang sekolah harus selalu menjalani PM, tidak lagi mengikuti ekskul, belum lagi kalau ditambah dengan bimbel di luar sekolah.

Ahh, Lena tidak ingin memikirkan itu semua. Toh, dia juga masih lama untuk melewati masa-masa itu.

Hari ini, hari rabu. Tentu saja latihan basket. Latihan pertama setelah libur semester ganjil.

"Len, gimana ceritanya June bisa bikin lo drop gitu?" Tanya Heru. Pelatihnya itu menyeret Lena ke kantin tadi. Dengan alasan mau mereview permainan Lena. Dan tidak boleh ada interupsi.

"Udah lama, kak. Ngapain masih di bahas?"

"Bule?"

"Di kelas kali. Kan lagi PM." Jawab Lena, bodo amat.

"Gak lucu lo, bego! Gue serius."

Lena gak jawab. Dia cuma memutar-mutar sedotan pada minuman didepannya. Sejujurnya, Lena juga gak begitu paham alasan apa yang bikin June segitu kasarnya ke Lena ketika classmeeting waktu itu.

"Gak paham gue juga. Pokoknya, besokannya abis kejadian itu, Bule dateng kerumah, minta maaf ngewakilin kak Chais."

Heru cuma ngangguk-ngangguk mendengar kalimat yang terucap dari mulut Lena. Merasa paham atas kejadian yang dia sendiri tidak menyaksikan secara langsung. Ya namanya juga sekolah, Heru bisa saja dapat info dari siapapun. Bisa saja Jordy yang cerita. Atau Rama yang membeberkan.

"Gue gak pernah liat Bule kayak gini."

"Gue juga gak pernah. Soalnya baru kenal." Balas Lena, berhasil membuat pelatihnya itu mendelik.

"Ck. Gak bisa lurus banget kayaknya kalo ngobrol sama lo. Maksud gue tuh gini, Vanny sama bagusnya sama lo, Bule deket juga sama Vanny, karna Vanny selalu nerima masukan dari Bule, bahkan beberapa kali latian personal sama Bule, tapi nggak kayak ke lo gini, Len." Tutur Heru panjang lebar.

"Halah. Dia mah karna masih dendam aja ke gue kak."

"Kok?"

"Gue pernah ngatain dia bego, pas MOS."

"Lo fikir Vanny, Nurul, Afri, gak pernah ngatain dia bego? Sering! Gak make sense kalo alesannya itu."

"Pusing gue! Lo kesini mau ngelatih apa cuma mau ngajak gue gossip? Ayo balik ke lapangan!"

Lena meninggalkan Heru sendirian di kantin. Berjalan kembali ke lapangan, sambil memutar-mutarkan handuk kecilnya.

Belum sampai di lapangan, Lena mendengar suara Jordy memanggil namanya.

"Kak Lena!"

"Cie, mau UN, cie." Goda Lena, sambil menyenggol-nyenggolkan Jordy yang sudah berjalan disebelahnya.

Jordy memang pernah bilang kalau dia suka Lena. Suka dalam artian seperti kakak. Begitu juga Lena. Jadi, Jordy pun gak merasa canggung kalau berbicara dengan Lena, bahkan, anak cowok itu senang berjalan sambil merangkul pundak Lena. Untuk ukuran anak SMP, Jordy memang tinggi. Itu juga yang menjadi alasan Heru masih menaruh nama Jordy sebagai tim inti untuk pertandingan waktu itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

oddly oddTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang