Two

12 3 0
                                    

D-day!

Latihan yang menguras tenaga jasmani dan rohani selama dua bulan lebih, dibuktikan hari ini.

Sekolahnya menjadi salah satu peserta turnamen antar sekolah se-Bekasi. Dan SMA Teratai Putih menjadi tuan rumah.

Lena sudah berada di sekolah sejak pukul enam pagi. Dia harus mengurus surat dispensasi. Sebelum ia mengurus surat dispensasinya, ia harus memastikan jersey dan sepatunya yang selalu ia tinggalkan di loker, masuk kedalam sport bagnya.

"Main yang bagus." Ucap seseorang dari balik pintu lokernya.

Lena tau itu siapa. Makanya dia enggan menutup lokernya dan melihat wajah orang yang enggan untuk ia ajak bicara.

"Gue ikut kesana lho, Len."

"Ngapain? Kelas 12 udah gak perlu ngurus-ngurus begituan kali."

"Gue LPJ basket, kalo lupa."

"Ya gak mesti ikut juga, Le."

"Suka-suka gue dong. Lagian, surat dispensasi lo, juga gue yang ngurus."

Ya. Lena udah bodo amat ini katingnya mau ngomong apa juga. Capek. Bule tuh batu. Makanya Lena heran, kok Kak Uge betah temenan sama dia.

"Heru mobilnya udah gak muat kayaknya. Lo di mobil gue aja."

"Nggak. Gue sama kak Heru, atau gak sama Jordy aja naik motor."

"Jordy main?"

"Ngaku LPJ, tapi tim inti buat SMP lo gak tau."

"Ya kan SMP mah LPJ nya bukan gue, bego! Dia kelas 9 kok masih dikasih main sih?"

"Sirik lo?"

"Iya lah. Gak yakin gue sama tim putra yang sekarang. Abara tuh kebanyakan TPTP."

Lena melengos. Menutup lokernya, lalu menyampirkan tali tasnya di pundak sebelah kanan, dan berjalan melewati Rhandy.

"Kebiasaan! Orang lagi diajak ngomong." Ucap Rhandy begitu menyajarkan langkahnya, dan menoyor begitu saja kepala Lena.

"Ish! Lo hobi banget noyor kepala gue! Ngapain sih? Sanaaaaaa. Katanya mau ngurusin surat dispen gue."

"Udah gue kasih ke Pak Brahma dari tadi. Makanya jangan songong!"

Lena diam. Merasa malu kemudian.

"Oh."

"Makasih, Len. Makasih! Bukan Oh doang jawabannya." Jawab Rhandy gemas, lalu kembali menoyor kepala Lena, dan berjalan menjauh.

"BULE GILA!! MATI LO!" Teriak Lena, mengisi seluruh lorong kosong sekolahnya.

Setelah kejadian yang gak jelas di lorong loker tadi, disini Lena sekarang, lapangan parkir sekolahnya. Berkumpul dengan timnya, dan mendengarkan sedikit arahan dari Heru.

"Len, turun dari game pertama, ok?" Tanya Heru.

"Gue bisa nolak emang, kak?" Jawab Lena skeptis.

"Nggak."

"Ya ngapain nanya?!" Balas Lena lagi, tapi gak santai kali ini. Lalu di sambar dengan tawa ganggu Rhandy dari belakang.

Irana dan Tiara gak kepilih untuk tim. Karena alasan kesehatan. Iya, Irana dan Tiara sama-sama mengidap asma. Namun Lena senang dengan semangat yang dimiliki oleh keduanya. Tapi, Denis terpilih masuk tim, walau hanya sebagai pemain cadangan.

oddly oddTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang